Srili: Saatnya Perempuan Setara Berpolitik

Twitter
WhatsApp
Email
Komunitas Srikandi Lintas Iman (Srili) mengadakan Rembuk Aspirasi Perempuan untuk Pemilu Damai di Balai Diklat Industri Yogyakarta pada Sabtu 28 Oktober 2023. Rembuk aspirasi perempuan ini merupakan rangkaian acara yang diadakan oleh Srili dalam mengupayakan perempuan sebagai agen perdamaian.

Komunitas Srikandi Lintas Iman (Srili) mengadakan Rembuk Aspirasi Perempuan untuk Pemilu Damai di Balai Diklat Industri Yogyakarta pada Sabtu 28 Oktober 2023. Rembuk aspirasi perempuan ini merupakan rangkaian acara yang diadakan oleh Srili dalam mengupayakan perempuan sebagai agen perdamaian. Rembuk aspirasi ini mengundang 60 orang perwakilan perempuan dan aktivis dari berbagai agama dan kepercayaan. Peserta yang hadir dari latar belakang perwakilan agama, FKUB DIY, GMKI, Kelompok Tuli, Komunitas Naracita, dan masih banyak lagi.

Srikandi Lintas Iman sebagai sebuah komunitas perempuan lintas iman, saat ini sedang menjalankan kampanye Pemilu Damai di media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya teman-teman perempuan dalam menggunakan hak suaranya dalam memberikan kontribusi dalam
politik dan demokrasi, serta bersama-sama menjaga pelaksanaan rangkaian pemilu dalam situasi aman dan damai. Sebagai bagian dari kampanye tersebut, Srikandi Lintas Iman mengajak teman-teman, baik perorangan, maupun lembaga yang memiliki kepedulian terhadap isu ini untuk duduk bersama membahas perkembangan partisipasi politik perempuan di parlemen dari pemilu ke pemilu dan dampak apa yang telah mereka buat.

Rembuk aspirasi ini diawali dengan talkshow yang dibawakan oleh Sri Surani, S.P sebagai anggota KPU Daerah Istimewa Yogyakarta (Ketua Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi, Masyarakat dan SDM) dan DR. Amalinda Savirani, M.A., Dosen Fisipol Universitas Gadjah Mada. Talkshow ini berlangsung sangat hidup dan meriah di mana para peserta aktif bertanya mengenai bagaimana perempuan dapat terlibat dalam pemilu dan bagaimana peran perempuan yang ingin terlibat sebagai legislator.

Carolina Rika, perwakilan Komisi HAK Kevikepan Jogja Timur, merasa sangat senang karena ini dari perempuan dan untuk perempuan. Carolina Rika juga berharap bahwa pemilu dapat berjalan dengan baik damai dan lancar dan semoga di masa depan keterlibatan perempuan memenuhi 30% di kursi parlemen.

Donda Hasian Tumpalina Sihite, utusan Kokerma DIY, mengungkapkan setelah mengikuti acara Srili ini ia tergerak akan memantik rekan-rekannya untuk terlibat dalam politik. Hal ini dikarenakan dalam Kokerma sendiri pembahasan tentang perempuan Katolik dan politik belum banyak. Ia mengkritisi bagaimana rekan-rekan ini tidak mau terjun di dunia politik karena mereka merasa tidak layak. Ketika pembicaraan politik sudah mulai masuk tingkat awareness, Donda akan mengajak mereka untuk menempatkan keberpihakan mereka dalam berpolitik. Donda menambahkan mengutip Romo Mangun, keberpihakan perempuan dalam politik untuk kaum KLMTD, sehingga keterlibatan perempuan dalam politik makin tinggi dan jelas.

Diakhir acara, para peserta menghasilkan beberapa poin sebagai bentuk kepedulian akan peran perempuan dan situasi politik di Indonesia. Berikut adalah poin-poin yang dihasilkan:

  1. Mendorong partai politik untuk melakukan pendidikan politik yang bersih dan sehat.
  2. Mendorong agar kebijakan affirmative action dilaksanakan secara maksimal oleh pemerintah dan partai politik.
  3. Mendorong agar legislator perempuan lebih banyak menyuarakan isu-isu keberpihakan kepada perempuan dan kelompok disabilitas, dan kelompok minoritas lainnya.
  4. Mendorong peluang dan akses yang setara bagi perempuan untuk melakukan partisipasi politik dan mempengaruhi proses politik dengan perspektif perempuan.

Semoga keempat poin tersebut dapat menjadi aksi nyata dan mengawal pemilu 2024 nanti.