Mengajarkan Toleransi Sejak Dini Melalui Wisata Rumah Ibadah

Twitter
WhatsApp
Email
Senin, 27 Juni 2023 merupakan hari yang istimewa bagi siswa kelas 4 MI Muhammadiyah Botoputih. Menggelar Wisata Rumah Ibadah untuk mengenalkan tentang keberagaman kepada siswa-siswi.

Senin, 27 Juni 2023 merupakan hari yang istimewa bagi siswa kelas 4 MI Muhammadiyah Botoputih, Temanggung. Menggelar Wisata Rumah Ibadah untuk mengenalkan tentang keberagaman kepada siswa-siswi. Kegiatan ini berlangsung di lima rumah ibadah yakni kunjungan ke Masjid An-Nur Gendon, Kelenteng Konglibio Cahaya Sakti, Gereja St. Petrus & Paulus, Gereja Pantekosta dan Vihara Dharma Surya Kaloran. Kunjungan rumah ibadah ini juga menghadirkan Clarisa Cindy dan Maura Griselda, perwakilan dari Komunitas Srawung Lintas Agama.

Muhammad Khoiril Azmi, selaku wali kelas 4 mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan makna moderasi dan toleransi dalam beragama sejak dini.

“Kegiatan ini tentunya bertujuan untuk saling mengenal dan memahami perbedaan serta mempererat makna moderasi dan toleransi beragama”, Ungkapnya

Ia juga berharap dari kegiatan ini nantinya siswa bisa menjadi lebih produktif. “Tentu harapan saya selaku wali kelas 4 agar kedepannya siswa siswi bisa menjadi lebih produktif serta menjadi agen dalam perdamaian”, harap Azmi.

20 anak siswa kelas 4 MI Muhammadiyah Botoputih berkunjung ke Masjid An-Nur Gendon

Dengan penuh semangat di Senin pagi, 20 anak berjalan beriringan menuju Masjid An-Nur Gendon yang letaknya tidak jauh dari MI Muhammadiyah Botoputih. Kegiatan dimulai dengan shalat duha berjamaah. seusai shalat, Raida Velayati pendamping kegiatan wisata rumah religi, menjelaskan nilai-nilai masjid sebagai tempat ibadah bagi umat Islam. kurang lebih 20-30 menit bincang-bincang dan tanya jawab seputar masjid dengan Raida selesai.

Kunjungan pun dilanjutkan ke 4 tempat ibadah yaitu klenteng, gereja katolik, gereja kristen, dan vihara. sebab letak 4 tempat ibadah tersebut yang cukup jauh, sehingga anak-anak menggunakan mobil untuk menuju kesana. Tujuan pertama yaitu mengunjungi klenteng. Kurang lebih perjalana 30 menit sampailah di Klenteng Konglibio Cahaya Sakti yang terletak di Jampiroso Temanggung.

Anak-anak berkunjung ke Klenteng Konglibio Cahaya Sakti

Kami disambut oleh bapak ketua klenteng langsung, kurang lebih selama 30 menit kami diajak berkeliling di area klenteng. Disana anak-anak mendapat penjelasan tentang nama bangunan yang ada di klenteng dan istilah-istilah dalam klenteng. Di sana anak-anak mendapatkan penjelasan seputar sejarah berdirinya klenteng, peribadatan yang ada di klenteng, dan dijelaskan bahwa klenteng tersebut menganut aliran Tridharma, yang mencakup tiga agama yaitu Budha, Konghuchu, dan agama Tao. Anak-anak sangat antusias mengikuti penjelasan dari bapak ketua klenteng. Ini menjadi pengalaman pertama anak-anak  belajar langsung di klenteng. Kemudian dilanjutkan kunjungan ke Gereja St. Petrus & Paulus.

Anak-anak berkunjung ke Gereja St. Petrus & Paulus

Maura Griselda dan Clarissa Cindy menyambut kedatangan para siswa. Di dalam gereja, Maura menjelaskan tatacara beribadat di dalam gereja, seperti misalnya dimulai dengan mencelupkan air suci yang berada di samping pintu gereja.

“Itu simbol baptis dicurahi air. Maknanya orang diingatkan memasuki rumah ibadah penyucian diri. Kalau muslim kan wudhu, temen-temen Hindhu juga diperciki air (maknanya) kurang lebih sama,” jelas Maura.

Tak lama kemudian datang Ibu Maya, sekretaris Paroki di Gereja St. Petrus & Paulus. Ibu Maya tak hanya menjelaskan tatacara ibadat umat Katolik, Ibu Maya  juga menjelaskan mengenai alat musik dan desain bangunan gereja. Ibu Maya juga berbagi cerita mengenai sejarah Gereja St. Petrus & Paulus. Salah satu peserta, Keyla juga mengaku senang dengan kegiatan wisata ini. Dia mengaku kagum saat melihat bagian interior Gereja St. Petrus & Paulus.

Anak-anak berkunjung ke Gereja Kristen Pantekosta

Selanjutnya kegiatan dilanjutkan ke Gereja Kristen Pantekosta. Saat berada di Gereja Kristen Pantekosta, para siswa disambut pendeta dan beberapa pengurus gereja. Para siswa diberitahu tatacara beribadah umat Kristen dan sejarah daripada Gereja Pantekosta yang juga bangunan bersejarah. Berkeliling sekitar gereja, dengan penjelesan-penjelasan mengenai ruang-ruang yang ada di Gereja tersebut. Usai berkunjung di Gereja Pantekosta, para siswa kemudian diajak mengunjungi Vihara Dharma Surya yang berada di Janggleng, Tlogowungu, Kaloran, Temanggung.

Anak-anak berkunjung ke Vihara Dharma Surya

Sesampainya di Vihara, langsung disambut oleh Pak Yamno ketua Vihara dan mempersilakan anak-anak untuk masuk ke area Vihara. dimulai dengan memperkenalkan agama budha, anak-anak pun melakukan tanya jawab seputar tradisi dan sejarah dari Vihara. Kurang lebih 45 menit anak-anak melakukan tanya jawab dan diakhir sesi anak-anak mendapat penguatan dari ketua Wihara Dharma Surya yaitu Bapak Yamno sebelum kembali ke sekolah. Pesan dari Bapak Yamno bahwa kita sebagai warga Indonesia harus selalu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, tidak menonjolkan agama satu dengan lainnya. Kita semua sama, hidup saling berdampingan dan harus saling membantu tanpa membedakan agama. Junjung tinggi-tinggi nilai toleransi. tak lupa juga memberi pesan untuk anak-anak agar selalu rajin belajar, hormati guru, dan hormati orang tua.

“Di kelas 4, di kurikulumnya ada tentang keberagaman. Tapi kan text book. Kita inginnya justru mereka mengalami pembelajaran secara aktif melalui pengalaman. Toleransi itu memang harus diajarkan sedari dini,” tandas Azmi sebagai closing statement.

Penulis : Muhammad Khoiril Azmi
Editor : Agustinus Suseno