Komlit KAS selenggarakan Rapat Pleno

Twitter
WhatsApp
Email
Sabtu-Minggu , 27-28 Januari 2024 Komisi Liturgi (Komlit) se Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengadakan rapat pleno di Rumah Retret Santo Fransiskus, Muntilan. Pertemuan pleno ini guna melakukan evaluasi pelayanan Komlit di tahun-tahun sebelumnya, serta membahas program untuk kedepan.

Muntilan – Sabtu-Minggu , 27-28 Januari 2024 Komisi Liturgi (Komlit) se Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengadakan rapat pleno di Rumah Retret Santo Fransiskus, Muntilan. Pertemuan pleno ini guna melakukan evaluasi pelayanan Komlit di tahun-tahun sebelumnya, serta membahas program untuk kedepan. Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 40 anggota Komlit se-KAS.

Suasana Misa Pembuka Pleno Komlit (dok. Komlit Kev Smg)

Acara dibuka dengan perayaan Ekaristi konseleberan, sebagai konselebran utama Romo Yohanes Sunaryadi, Pr., ketua umum Komlit KAS. Dalam homilinya, Romo Sunaryadi mengajak para peserat untuk menimba kekuatan Ekaristi sebagai nafas orang beriman. Dalam konteks pelayanan di Komisi Liturgi, sebagai penggerak jalannya liturgi di KAS, kita juga harus selalu menghidup daya dan kekuatan Ekaristi dalam karya pelayaanan kita, “hendaknya kita rajin untuk menerima Sakramen Ekaristi, karena dengan itulah kita bisa menerima kekuatan penuh dari Yesus sendiri”.

Kemudian acara dilanjutkan dengan perkenalan tim yang hadir dari setiap Kevikepan dan sesi sharing pelaksanan kegiatan pelayanan Komlit selama masa pandemi. Secara umum pelayanan Komlit di setiap Kevikepan bisa tetap berjalan kendati menggunakan media online. Banyak program-program garapan yang bisa dilakukan, misalnya pertemuan dan pembalajaran melali media zoom, membuat konten-konten berbasis sosial media atau youtube, dengan demikian umat tetap bisa tersapa. “Perayaaan Ekaristi Pembaruan Janji Imamat juga tetap bisa dilaksanakan kendati pada pasa pandemi jumlah yang hadir, dari imam dan umat dibatasi dan dibackup menggunakan media youtube”, demikian salah satu paparan dari Komlit Kevikepan Semarang.

Usai jeda makan malam, acara dilanjutkan dengan paparan dari Romo Agus Widodo, dalam paparannya Romo Agus menampilkan materi draft Pedoman Pelaksanaan Liturgi di Keuskupan Agung Semarang, para peserta diminta untuk  mencermati dan memberikan masukan-masukan atas draft yang pada tahun ini akan disahkan oleh Bapak Uskup dan Komisi Liturgi yang selanjutkanya berlaku di KAS.  Dalam pedoman tersebut termuat praktik-praktik pelaksanan kegiatan liturgi baik dalam perayaan Ekaristi maupun peribadatan. Dengan adanya Pedomaan tersebut harapannya para pelayan liturgi bisa terbantu ketika menghadapi kendala-kendala praktis didalam berliturgi.

Suasana Misa Pembuka Pleno Komlit (dok. Komlit Kev Smg)

Pada hari kedua kegiatan pleno diisi dengan kunjugan ke Vihara yang berada di daerah Mendut. Vihara Mendut merupakan salah satu bangunan religi Budha di desa Mendut, Magelang, Jawa Tengah. Di dalam vihara, lingkungan cukup asri dan terjaga dalam kerapiannya, dinaungi pepohonan dan taman dengan berbagai ornamen dan monumen Budha. Tujuan rombongan Komlit ke vihara ini adalah untuk merajut persaudaraan sesama umat beragama dan menjalani sikap saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. Selain itu juga untuk mengenal dan melihat lebih dekat tentang tata cara peribadatan umat Budha.

“Dengan mengenal dan berefleksi bersama Tradisi dan Peribadatan Budhis dan survey ke lokasi Candi Borobudur, serta silaturahmi ke Vihara Mendut tempat dimana para Biku tinggal, kita bisa memupuk rasa toleransi dan menghormati satu sama lain”, demikian ungkap Romo Dedi selaku koordinator kegiatan. Namun  karena para Biku ada acara lain, maka rombongan diterima oleh salah seorang pengurus vihara, yakni calon Pandita Mas Utomo Wahyu. Mewakili para Biku, Mas Wahyu panggilan akrabnya, merasa dihormati dan bahagia karena bisa menerima kunjungan rombongan Komlit. Sebagai tanda mempererat tali persaudaraan, Romo Sunar menyerahkan kenang-kenangan kepada komunitas di Vihara Mendut berupa plakat bergambar Burung Pelican sebagai logo dari Keuskuapan Agung Semarang dan disusul oleh Romo Agus serta Romo Dedi yang menyerahkan 3 buku, yaitu buku yang berjudul Fratteli Tutti, ⁠lingkungan hidup dan ⁠Kearifan Lokal-Pancasila, buku yang mempunyai banyak makna dan pesan. Semoga perjumpaan yang singkat itu bisa ditingkatkan lagi dikesempatan-kesempatan lain, meskipun saat itu para rombongan tidak bisa berkeliling masuk area vihara karena suasana hujan cukup deras.

Acara diakhiri dengan mengunjungi Paroki Adminstratif Santo Petrus Borobudur, yakni paroki yang sangat berdekatan dengan pusat Budhis Indonesia berada. (Ant)