Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr Robertus Rubiyatmoko melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Colombarum di Kompleks Makam Dusun Kenalan, Desa Bangunjiwo, Kapanewon/Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Jumat (10/9/2021). Foto: Philipus Jehamun/Bernasnews.com
Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr Robertus Rubiyatmoko didampingi Vikep Jogja Timur Romo Maradiya Pr dan Pastor Paroki Pugeran Sukendar Pr melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Colombarum di Kompleks Makam Dusun Kenalan, Desa Bangunjiwo, Kapanewon/Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Jumat (10/9/2021).
Gedung Colombarium yang direncanakan dibangun di atas lahan seluas 478,29 meter persegi itu akan menjadi tempat penyimpanan abu jenasah setelah dikremasi maupun tempat menyimpan tulang-tulang jenasah yang dimakamkan 8 tahun di makam tersebut atas seizin keluarga.
Gedung Colombarium yang pertama di DIY bahkan di Jawa Tengah itu sudah bisa mulai dibangun setelah mendapat IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dari Pemkab Bantul Nomor 1776/DPMPT/002/VIII/2021 setelah diproses selama 5 tahun.
Menurut A Sardjono, Wakil Ketua Pembangunan Gedung Colombarium, mengungkapkan pembangunan gedung akan menghabiskan dana sebesar Rp 1,7 miliar lebih dengan rincian pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktural, arsitektural, pengecatan, instalasi listrik, jasa pelaksana dan lain-lain.
Dikatakan, dasar pertimbangan pembangunan Gedung Colombarium adalah pertama, karena PSSJ kesulitan mencari lahan untuk perluasan tanah makam; kedua, dalam kurun waktu 10 tahun luas tanah makam yang sudah digunakan yaitu sepertiga dari keseluruhan luas tanah makam.
Kemudian, ketiga, setelah 8 tahun jasad dimakamkan, tulang-tulang dipindahkan ke Colombarium sehingga liang lahat bisa digunakan lagi untuk jasad berikutnya; keempat, adanya kebutuhan pemakaman dari umat yang relatif pesat di Jogja memunculkan kebutuhan makam yang berkelanjutan; dan kelima, lingkungan makam akan lebih bersih dan nyaman.
Menurut Sardjono, Gedung Colombarium dibangun di lahan makam yang sudah dibeli PSSJ (Paguyuban Sukma Sinukarta Jogjakarta) 17 tahun yang lalu seluas 8.307 meter persegi seharga Rp 550 juta lebih di Dusun Salam, Desa Kenalan, Kapanewon/Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.
Selain makam, di lahan tersebut sudah ada bangunan joglo untuk doa, kenduri, misa, ruang kantor, kamar kecil dan lahan parkir. Hingga saat ini sudah ada 100 warga yang sudah dimakamkan di lahan tersebut dan 150 liang lahat yang sudah dibangun.
Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr Robertus Rubiyatmoko mengatakan, pembangunan Colombarium untuk menyiasati kesulitan umat untuk menyimpan abu jenasah yang sudah dikremasi. Menurut Uskup, ada umat yang punya tradisi untuk kremasi jenasah lalu abunya dilarung dan ditaburkan.
“Ke depan makam ini bisa menjadi taman makam orang beriman sehingga siapa pun mau datang ke sini tanpa ada rasa takut,” kata Mgr Robertus Rubiyatmoko.
Menurut Romo Sukendar, Gereja Katolik membolehkan jenasah dikremasi dan abunya disimpan, tidak boleh ditabur atau dilarung. Kalau pun dilarung namun harus dimasukkan ke dalam kendi dan kendi berisi abu jenasah itulah yang boleh dilarung. (lip)
sumber : https://bernasnews.com/uskup-kas-melakukan-peletakan-batu-pertama-pembangunan-gedung-colombarium/