Salah satu program visioner dari bidang Pelayanan Kemasyarakatan paguyuban ibu-ibu Paroki St. Petrus dan Paulus Paroki Klepu adalah belajar Ajaran Sosial Gereja. Pada kesempatan kali ini Ensiklik Laudato Si‘ dari Paus Fransiskus menjadi pilihan.
Kegiatan dilaksanakan di Aula Pastoran Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu,Minggir, Sleman, 02 Maret 2025. Dibuka dengan menyanyikan lagu Hymne Santo Petrus dan Paulus, dilanjutkan sambutan Wakil ketua II Dewan Pastoral Paroki.
Pada kesempatan ini sebagai narasumber Romo Adolfus Suratmo Atmomartaya Pr selaku Pastor Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu dan juga sebagai Ketua Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KKPKC ) Kevikepan Yogyakarta Barat.
Dengan belajar Ensiklik Laudato Si memberikan pemahaman dan penyadaran akan pentingnya merawat bumi sebagai rumah bersama. Sebagaimana disinyalir oleh Bapa Suci Paus Fransiskus bahwa bumi semakin tidak terawat, pencemaran air, udara dan alam semakin rusak yang dampaknya terjadi pemanasan global dan perubahan iklim yang makin terasa. Upaya untuk melestarikan bumi sebagai rumah bersama dibutuhkan gerakan bersama umat dan masyarakat untuk cinta lingkungan dengan semangat Laudato ‘Si.
Kita semua diajak untuk semakin menyadari bahwa kerusakan lingkungan dan bumi merupakan ulah manusia, karenanya kita mempunyai tanggungajawab moral untuk memelihara, memanfaatkannya dengan arif bijaksana.
Ibu-ibu merupakan sasaran pada kegiatan ini, mereka mempunyai peran penting di dalam rumah tangga dalam mengolah makanan, memanfaatkan air, mengelola sampah dan menjaga lingkungan sekitar, demikian disampaikan oleh Bapak Michael Sariyanto selaku WaKa II DPP dalam sambutan pembuka.
Hadir dalam kegiatan tersebut :
- Ibu-ibu utusan dari lingkungan se Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu sebanyak 120 orang
- Tim KKPKC Kevikepan Yogyakarta Barat 5 orang
- Tim Bidang Kemasyarakatan Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu
Romo Ratmo memberi pengantar bahwa membaca Ensiklik Laudato Si tidak mungkin dibaca tanpa mencermati ensiklik yang lain, khususnya Laudate Deum. Dalam Laudate Deum terdapat anjuran Apostolik Paus Fransiskus yang terbit 4 Oktober 2023 yang menyerukan tindakan cepat melawan krisis iklim dan mengkritisi pihak-pihak yang melakukan penyangkalan terhadap perubahan iklim. Bapa Paus Fransiskus juga menyampaikan harapan agar masyarakat di seluruh dunia mengubah gaya hidup mereka dan mengintensifkan kegiatan kehidupan paling mendasar yang bertujuan mengurangi dampak negatif kegiatan manusia terhadap lingkungan alam, untuk mencegah kerusakan yang lebih tragis lagi terhadap bumi. Degradasi lingkungan yang dramatis ini sangat berdampak tidak hanya pada masyarakat adat, masyarakat miskin, namun juga spesies kehidupan lain terancam punah, sehingga mengacam masa depan seluruh kehidupan manusia.
Ensiklik Laudato Si yang terbit 18 Juni 2015 berfokus pada kepedulian terhadap lingkungan alam dan semua makhluk hidup, serta hubungan yang lebih luas relasi antara Tuhan, manusia, dan bumi. Perhatian untuk bumi mencakup “keprihatinan untuk membawa seluruh keluarga manusia bersama-sama untuk mencari pembangunan yang berkelanjutan dan integral”. Kita perlu membuka dialog baru yang mencakup kehidupan bagi semesta bagi semua orang masa depan planet bumi sebagai ‘rumah kita bersama’.
Ensiklik Laudato Si’ juga ditegaskan bahwa penurunan kualitas hidup manusia dan kemerosotan social merupakan dampak kerusakan lingkungan, dan budaya ‘ membuang ‘ yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Berkaitan dengan perubahan iklim, diharapkan tumbuh kesadaran akan tanggung jawab moral yang mengedepankan tindakan kerendahan hati, solidaritas, dan kepedulian karena manusia diciptakan untuk saling mengasihi. Dengan demikian tercapailah kehidupan manusia yang diberkati dengan hati dan pikiran, serta diberkati oleh kepenuhan Kasih Yesus Kristus, untuk mengantar semua makhluk kembali kepada kasih Sang Pencipta.
Bumi sebagai “rumah kita bersama” bersifat universal bagi semua penghuni di dalamnya, Bapa Paus menegaskan bahwa Ensiklik Laudato Si’ ditujukan tidak hanya untuk anggota Gereja tetapi adalah sarana untuk “masuk ke dalam dialog” dengan semua orang yang “disatukan oleh keprihatinan yang sama”, untuk memperbaiki hubungan yang rusak antara manusia dan seluruh alam ciptaan, dengan harapan dapat memulihkan hubungan yang telah rusak. Perubahan iklim merupakan salah satu “tantangan utama yang dihadapi umat manusia di zaman kita”
Romo Adolfus Suratmo Atmomartaya, Pr dari Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Kevikepan Yogyakarta Barat menekankan pesan Bapa Suci Paus Fransiskus agar kita sadar benar bahwa yang dihadapi tidak mudah mudah seperti yang dipikirkan, kita diajak untuk bertindak untuk melakukan hal-hal yang sederhana diantaranya,
- Mengelola dan mengolah sampah dengan benar
- Membersihkan sungai
- Program kali / sungai bersih
- Mencoba untuk menanam pohon supaya mengimbangi pencebmaran karbon yang sudah berlebih.
Kita manusia sangat mempunyai andil besar terhadap alam lingkungan dan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara bagi kehidupan yang akan datang, mau tidak mau, suka tidak suka kita semua manusia harus berbenah dan berubah supaya menjadi terarah sehingga kehidupan akan semakin menjadi berkah. ( Franz Septy )