Meneguhkan Hidup Berkeluarga

Twitter
WhatsApp
Email
Apa yang membuat setiap orang unik adalah kombinasi dari ciri-ciri kepribadian mereka

Penyelenggara Katolik Kabupaten Sleman mengadakan Pembinaan Keluarga Katolik yang Berwawasan Moderasi Beragama. Kegiatan dilaksanakan di  Aula PAUD Yayasan Pelita Kasih (Sabtu, 31 Mei 2025) dan diikuti 15 pasang suami istri (30 keluarga). Para Pasutri berasal dari Gereja Katolik Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu dan Gereja Katolik Santo Yohanes Chrisostomus (Stasi Pojok, Sendangarum, Minggir).

Kegiatan ini mengambil tema “Damai Sejahtera Kristus di Keluarga”. Narasumber dalam pembinaan; Suster Agnes Samosir, FCJ., (Koordinator FCJ Outreach), Markus Mardius (Trainer, Coach dan Fasilitator), dan Pastor Paulus Erwin Sasmita, Pr., (Staf Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan).

 Dalam sambutan CB Ismulyadi, SS, MHum (Penyelenggara Katolik Kemenag Kabupaten Sleman), memperkenalkan tentang Penyelenggara Katolik Kantor Kementerian Kabupaten Sleman. “Kami dari Penyelenggara Katolik mengucapkan terima kasih kepada Pastor paroki Gereja Katolik Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu dan Gereja Katolik Santo Yohanes Chrisostomus yang menyambut baik kemitraan ini.” Lebih lanjut, CB. Ismulyadi mengatakan, “Pembinaan Keluarga Katolik yang Berwawasan Moderasi Beragama ini merupakan program tahunan. Semoga kegiatan ini memberikan ruang bagi keluarga untuk melakukan refleksi terkait relasi antar pribadi, baik dalam komunikasi personal maupun iman, serta memberikan dampak bagi pendampingan keluarga di Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu dan Gereja Katolik Santo Yohanes Chrisostomus, Pojok.”

Pasangan suami istri menyampaikan komitmen dan mempersembahkan bunga mawar kepada pasangan dan bendera merah putih sebagai tanda peran serta dalam kemasyarakatan

Rama Adolfus Suratmo Atmomartaya, Pr., (Pastor paroki Gereja Katolik Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu dan Gereja Katolik Santo Yohanes Chrisostomus) menyamut baik kegiatan ini. “Semoga melalui kegiatan ini, para pasangan suami istri dapat semakin menyadari panggilan hidup berkeluarga, semakin teguh dan tangguh serta mampu menjadi teladan dan penggerak keharmonisan  dan kesejahteraan keluarga-keluarga Paroki Santo Petrus dan Paulus, Klepu dan Gereja Katolik Santo Yohanes Chrisostomus.”

Sr. Agnes, FCJ, dalam materi Pengantar dan Spiritualitas Keluarga menyampaikan “Konflik lahir secara alamiah. Perbedaan pandangan hidup, iman, pola pikir dan peri laku adalah bagian dari pengalaman hidup kita sebagai manusia. Konflik itu wajar. Manusia melihat dunia masing-masing melalui kaca mata masing-masing, sehingga diantisipasikan ada saat-saat Ketika cara melihat dunia itu tidak cocok. Ketika konflik itu muncul dalam keluarga, kelompok atau masyarakat, ada dua pandangan yang dapat kita ambil. Kita bisa melihat konflik itu sebagai keadaan yang menyusahkan bahkan menakutkan, membuat kita rapuh dan menderita di mana orang mengambil kesempatan untuk menghakimi, mempermalukan atau menyalahkan. Atau, kita bisa melihatnya sebagai kesempatan belajar, bertumbuh, membangun relasi yang lebih sejati dan harmonis.”

Romo Paulus Erwin, Pr menyampaikan materi Perbedaan Pribadi dan Relasi dalam Keluarga

Pastor Paulus Erwin Sasmita, Pr., menyampaikan materi Perbedaan Pribadi dan Relasi dalam Keluarga. Pada awal materi, Pastor Erwin Sasmita mengajak peserta untuk menghubungkan antara perbedaaan yang ada. Kita akan mengenal beberapa tipe kepribadian. Melalui tes dengan menggunakan metode MBTI, peserta memgetahui 16 ciri kepribadian yang membuat seseorang begitu berbeda dengan orang lain. “Salah satu pemicu konflik adalah tidak memahami perbedaan pribadi. Beberapa orang lebih terbuka daripada yang lain, sementara beberapa orang lebih pendiam. Beberapa orang merasa nyaman untuk tetap berada di belakang layar. Beberapa orang lebih analitis atau lebih kreatif, sementara yang lain lebih menyenangi kestabilan. Apa yang membuat setiap orang unik adalah kombinasi dari ciri-ciri kepribadian mereka,” tutur Pastor Erwin.

Dalam materi Komunikasi Keluarga, Markus Mardius mengajak pasangan suami istri untuk mengetahui model komunikasi tipe E/I (Ekstrovert/Introvert), S/In (Sensing/Intuition), T/F (Thinking/Feeling), P/J (Perceiveng/Judging) dan menerapkan tipe komunikasi: asertif, agresif, submisif “Kita juga perlu mengetahui kendala komunikasi, misalnya bahasa, kepercayaan, pendidikan,  budaya,” jelas Markus Mardius.  “Kunci komunikasi adalah ketika kita memahami kepribadian kita. Kita perlu menempatkan diri ketika berelasi dengan orang lain dan atau pasangan yang memiliki tipe kepribadian berbeda dengan diri kita,” tuturnya.

Sister Agnes Samosir FCJ menyampaikan materi Pengantar dan Spiritualitas Keluarga

Pada penghujung acara, Ibu Kristina mengutarakan, ”Hidup berkeluarga itu unik. Saya merasa senang mengikuti kegiatan ini. Semoga saya memahami kelebihan dan kekurangan pribadi dan semakin saling mengasihi,” Bapak Ignatius Suryanto mengatakan, “Saya bersyukur kepada Tuhan karena dapat mengikuti rekoleksi ini. Semoga saya semakin memahami diri dan pasangan saya, serta semakin menyadari kasih Tuhan dalam hidup keluarga sehingga saya dapat membagikan dalam pelayanan saya.”

Pada akhir acara, para pasangan suami istri diundang untuk menulis niat/komitmen, mempersembahkan bunga mawar dan bendera Merah Putih. Proses ini menandakan semangat pembaruan diri untuk membawa damai bagi dan dalam keluarga, masyarakat, dan negara.***