Turi, 9 Maret 2025 – Taman Doa Maria Damparing Kewicaksanan, Ngembesan Turi Sleman menjadi tempat pelaksanaan Novena Laudato Si’ periode kedua dengan mengusung tema Spiritualitas Ekologis. Tema ini menekankan pentingnya cara hidup yang berlandaskan nilai-nilai ekologi dan hubungan spiritual antara manusia dengan alam ciptaan Tuhan.
Di halaman Parkir Taman Doa Maria Damparing Kawicaksanan dilaksanakan donor darah bekerja sama dengan PMI Kabupaten Sleman, dengan 45 orang peserta pendonor. Juga dimeriahkan oleh bazar UMKM Paroki Yohanes rasul Somohitan.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Keuskupan Agung Semarang, diiringi oleh alunan gamelan Jawa serta paduan suara umat Gereja Katolik Santo Yohanes Rasul, Somohitan. Sebelumnya, Bapak Wiyono selaku Master of Ceremony membuka acara dengan doa dan panduan jalannya kegiatan.
Sebelum perayaan ekaristi, anak-anak PIA/PIR dari Paroki Yohanes Rasul Somohitan mempersembahkan fragmen yang ‘apik’ bertema spiritualitas ekologis yang menggambarkan prinsip-prinsip penting dalam menjaga lingkungan hidup. Fragmen menceritakan gambaran komunikasi dalam sebuah keluarga: mereka saling mengingatkan untuk saling ‘tepo seliro’ antar anggota keluarga dan selalu menjaga lingkungan terkecil dalam keluarga. Digambarkan bahwa semua makhluk hidup saling terhubung, pentingnya penghormatan terhadap kehidupan, serta peran
manusia dalam merawat bumi. Dalam bagian katekese yang dipandu oleh Ibu Maria Rosa Delima dalam akhir fragmen tersebut juga disampaikan ancaman dan ketidakadilan lingkungan serta cara-cara menyelamatkan lingkungan tempat tinggal dari kerusakan akibat tindakan manusia yang tidak menjaga lingkungannya.
Ekaristi dipimpin oleh Romo AR Yudono Suwondo, Pr selaku Vikaris Episkopal Kevikepan Yogyakarta Barat, didampingi oleh Romo Rafael Tri Wijayanto, Pr, dan Romo Adolfus Suratmo A., Pr selaku Ketua Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan Kevikepan Yogyakarta Barat. Dalam pengantar misa, Romo. Adolfus Suratmo, Pr mengajak umat untuk bersyukur atas keindahan alam ciptaan Tuhan dan menyadari tanggung jawab dalam merawatnya. Ia mengingatkan pentingnya meneladani Santo Fransiskus Asisi dalam memuliakan Allah melalui kepedulian terhadap lingkungan.
Dalam homilinya, Romo Rafael Tri Wijayanto, Pr mengajak umat untuk merenungkan tantangan dalam kehidupan. Ia mengutip pernyataan pujangga Jawa yang menyatakan bahwa hidup di dunia tidaklah mudah, dan manusia membutuhkan bantuan serta kerja sama untuk menghadapi tantangan. Ia menekankan bahwa manusia sering kali memiliki kehendak yang berbeda dengan kehendak Allah, sehingga perlu usaha dalam menyesuaikan diri dengan kehendak- Nya.
Bacaan Injil dalam misa tersebut menyoroti tiga godaan yang dihadapi Yesus: kebutuhan jasmani, kekuasaan, dan melawan kehendak Allah. Romo Rafael menegaskan bahwa manusia harus bersahabat dengan alam dan tidak menolak hukum alam, melainkan mengelolanya dengan bijaksana sesuai kehendak Tuhan.
Pada kesempatan ini, umat diajak untuk memelihara alam dengan menjaga jagat cilik (alam kecil) dalam dirinya sendiri, yang terdiri dari unsur api, angin, air, dan tanah. Hal ini mencerminkan pentingnya menata hidup sesuai dengan kebijaksanaan alam. Umat juga diajak untuk berpartisipasi dalam aksi nyata seperti sedekah tanpa pamrih, matiraga, doa, dan perbuatan baik sebagai bentuk pengendalian diri terhadap godaan hidup.
Menjelang akhir misa, Romo AR. Yudono Suwondo,Pr menegaskan pentingnya keberanian dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup. Ia mengajak umat untuk meneladani Yesus yang mampu menahan godaan serta menjadi pribadi yang berani berjuang.
Sebagai wujud nyata dari komitmen menjaga lingkungan, acara ditutup dengan kegiatan penanaman pohon di Taman Doa Maria Damparing Kewicaksanan. Setiap pohon yang ditanam menjadi simbol harapan bagi keberlanjutan bumi sebagai rumah bersama yang harus dijaga oleh seluruh umat manusia. (@c)