Kevikepan Kedu melaksanakan Temu Pastoral (Tepas) Keuskupan Agung Semarang pada tanggal 19 November 2024 di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan. Ini berlangsung pada hari ke dua, setelah sebelumnya dijalankan oleh Kevikepan Yogyakarta Barat. Terhitung 115 orang mengikuti Temu Pastoral tersebut. Adapun yang hadir adalah Para Romo Paroki, Perwakilan dari Anggota Dewan Pastoral Paroki-Stasi se-kevikepan Kedu, para anggota komisi pelayanan pastoral, beberapa utusan dari Lembaga Gerejani. Temu Pastoral berlangsung dari pukul 09.30 hingga 16.00 dengan suasana yang mengembirakan.
Acara pembuka diawali dengan doa, sapaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Keuskupan Agung Semarang. Selanjutnya, Romo Sugiyana, Pr sebagai vikjen Kas sekaligus ketua Dewan Pastoral Keuskupan mengantar Temu Pastoral kali ini dengan mengingatkan kembali tentang Pra-Tepas yang sudah dijalankan serentak secara online pada bulan yang lalu. Hal-hal yang ditegaskan adalah semangat kekatolikan melalui domain: pengetahuan, persekutuan, ketaatan terhadap moral Katolik, perlunya kesaksian hidup, dan hidup dalam persekutuan serta penerimaan terhadap “saudara yang hina”. Lokusnya adalah Paroki yang menjadi pusat misi dan evangelisasi dengan upaya memiliki mekanisme perencanaan pastoral. Hal tersebut diperjuangkan di tengah situasi masyarakat yang berubah (dari masyarakat 4.0 ke masyarakat 5.0). Selebihnya, Romo Sugi menjelaskan Tujuan Tepas yang menegaskan kembali Arah Pastoral Keuskupan Agung Semarang di tahun 2025 sebagai perjalanan dalam mewujudkan RIKAS (Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang) tahun 2016-2035. Temu Pastoral ini juga bertujuan untuk merumuskan sasaran strategis Program Pelayanan di Kevikepan maupun di Paroki tahun 2025.
Tema yang dibicarakan dalam proses Tepas ini adalah “Tinggal dalam Kristus dan berbuah, Semakin Katolik dan Apostolik di Tengah Perubahan Masyarakat”. Ada 2 kata kunci, yaitu “Kekatolikan” dan “Apostolik”. Kekatolikan berkaitan erat dengan pengalaman hidup Kristiani yang tak terpisahkan dengan pengalaman relasi dengan Yesus Kristus. Pengalaman relasi dengan Yesus ini dinampakkan dalam perjumpaan setiap umat beriman dengan berbagai pribadi dengan segala macam keberagamaan latar belakang, perjuangan, pergulatan, dan pengalamannya masing-masing (Apostolik).
Hal ini diperkaya oleh Romo Bambang SJ, sebagai Tim Litbang yang menyampaikan pembacaan atas data umat dan trend tertentu di Keuskupan Agung Semarang. Pembacaan tersebut menjadi informasi berharga guna menyusun strategi pelayanan pastoral. Romo Bambang juga menyampaikan beberapa rekomendasi bagi pelayanan pastoral: perlunya pendekatan dari yang tersekat-sekat ke holisitik, kekatolikan – apostolik menjadi bagian tak terpisahkan, perhatian pada umat berdasarkan pembacaan trend ke depan, misal: umat pra-sejahtera, lansia.
Bapak Jumanto sebagai tim Litbang kevikepan Kedu menambahkan tentang sasaran strategis dan rekomendasi program pelayanan (propel) Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) kevikepan Kedu. Dimulai dengan pemaparan survei formation iman, dan rekomendasi propel. Iman menjadi isu penting dalam penggembalan umat saat ini, maka salah satu fokus pastoral adalah FIBB yang dijalankan di keluarga, sekolah Katolik dan paroki.
Sementara itu, Bapak Uskup menyampaikan tentang Arah Pastoral KAS 2025 yakni “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: Semakin Katolik dan Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Masyarakat”. Tema ini memiliki konteks dari Ardas VIII (2021-2025) yang diwujudkan melalui lima perhatian utama pada Kekatolikan, Kerasulan, Kebangsaan, Kerjasama/Sinergi, dan Profesionalitas. Untuk melaksanakannya, maka diperlukan adanya dukungan perangkat: pembinaan dan penguatan iman secara berjenjang dan berkelanjutan (FIBB). Maka, pada tahun 2025 akan melanjutkan dinamika FIBB (Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan) dengan penekanan pada semangat Kekatolikan dan Kerasulan. Ada semacam militansi iman sebagai murid-murid Tuhan Yesus. Dari dasar pemikiran inilah muncul ide tentang “Semakin Katolik”. Iman yang adalah sukacita mesti diwartakan melalui kerasulan, bersaksi tentang keselamatan Kristus bagi semua orang. Dari pemikiran inilah muncul gagasan tentang “Semakin Apostolik”. Hal tersebut dikonkritkan dengan beriman yang cerdas, tangguh, mendalam dan dialogis di tengah masyarakat yang berubah.
Dinamika selanjutnya adalah diskusi kelompok dengan fokus pembicaraan tentang temuan pilot project FIBB dan pendalaman propel Komisi tentang kekatolikan dan kerasulan. Setelahnya, Romo Dodit Haryono, Pr selaku vikep kevikepan Kedu memberi informasi-informasi seputar gerak pastoral di kevikepan Kedu, seperti: program visioner, gerakan dua ribu untuk pendidikan, sekolah DPP Kevikepan Kedu dan sebagainya. Aktualia lainnya dipaparkan oleh Karina KAS, UPP Pendidikan, Pastoral Education Training Center. Mgr Rubi menutup perjumpaan Tepas Kedu dengan peneguhan dan berkat penutup. Semoga Tepas Kedu kali ini menjadi awal yang baik untuk semakin Katolik dan Apostolik di tengah perubahan masyarakat.