Dari tanggal 24 hingga 27 Oktober 2024, penggerak dan mitra Gerakan Laudato Si’ Indonesia berkumpul untuk saling berbagi semangat. Pertemuan ini dihadiri oleh 76 peserta yang berasal dari 15 keuskupan di seluruh Indonesia, termasuk 10 utusan JPIC religius dan wakil dari berbagai organisasi serta komunitas Katolik. Berlangsung di Rumah Retret Ngison Nando, Kalianda, Lampung Selatan, kegiatan ini melibatkan beragam latar belakang peserta, mulai dari awam, aktivis, akademisi, hingga ibu rumah tangga.
Gerakan Laudato Si’ Indonesia terinspirasi oleh ensiklik Laudato Si’ dan berkembang sebagai gerakan akar rumput di tengah Gereja Katolik. Tujuan gerakan ini adalah untuk mendorong pertobatan ekologis dan perubahan gaya hidup yang berkelanjutan. Gerakan ini merupakan bagian dari Laudato Si’ Movement global yang dimulai pada 2015, sedangkan di Indonesia sendiri resmi berdiri sejak 10 April 2021.
Selama empat hari tiga malam, kegiatan bertema “Membangun Komunitas Basis Ekologis” ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan jejaring animator dan gerakan Laudato Si’, serta memperkuat nilai-nilai Laudato Si’ di kalangan para kader. Peserta juga diajak untuk memberikan umpan balik mengenai langkah-langkah gerakan dan merumuskan cita-cita bersama di masa depan. Pertemuan nasional sebelumnya berlangsung di Desa Dawuhan, Banjarnegara pada 27 September hingga 1 Oktober 2022, dan di Hening Griya, Purwokerto pada 25-27 Agustus 2023.
Acara dibuka oleh Mgr. Vincentius Setyawan Triatmojo pada sore hari tanggal 24 Oktober. Dalam pesan rekamannya, Uskup Allwyn D’Silva, Ketua OHD-CCD FABC dan uskup emeritus Mumbai, India, menekankan pentingnya terjun langsung untuk memahami realitas korban ketidakadilan iklim dan kerusakan ekologis. Menurutnya, perjumpaan langsung dengan pengalaman tersebut akan menghidupkan semangat Laudato Si’ yang lebih bermakna.
Selama pertemuan, peserta mendalami pemahaman tentang Laudato Si’ dan Laudate Deum. Mereka menerima masukan dari berbagai pemuka gereja, termasuk Rm. Martin Jenarut dan Rm. Antonius Vico Christiawan, serta Sr. Stefani. Pesan utama yang disampaikan adalah komitmen Gereja untuk berjuang demi mewujudkan isi ensiklik Laudato Si’, termasuk menjadikan 1 September sebagai hari peringatan penciptaan dalam kalender liturgi.
Hari kedua dimulai dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Vincentius Setyawan dan dihadiri 14 imam konselebran di Bukit Tentrem. Dalam sesi setelah ekaristi, Bapa Uskup menjelaskan tiga tahap karya keselamatan Allah, mengajak para peserta untuk berperan dalam merawat ciptaan.
Di hari ketiga, Dr. Sonny Keraf, mantan Menteri Lingkungan Hidup, membahas ensiklik Laudato Si’ dan akar-akar krisis lingkungan. Beliau juga mengajak peserta untuk memahami kompleksitas perjuangan lingkungan dalam ranah politik. Pada akhir sesi, Sr. Vincentia dari Gerakan Laudato Si’ Indonesia mengundang Dr. Keraf untuk bergabung dalam Dewan Pakar GLSI.
Peserta kemudian diajak untuk merenungkan gerakan Laudato Si’ yang telah dibangun, di mana Cyprianus Lilik KP memaparkan sejarah dan dinamika gerakan. Diskusi berfokus pada analisis situasi gerakan di masing-masing daerah dan rencana aksi konkret dalam pertemuan nasional. Peserta juga melaksanakan aksi bersih pantai di Ketang, Kalianda, mengumpulkan 24 kantong plastik dari sampah yang dibersihkan sepanjang 500 meter.
Di malam hari, peserta berbagi hasil diskusi dan praktik terbaik dari masing-masing daerah, sebelum ditutup dengan malam kebersamaan. Pada hari terakhir, Minggu, 27 Oktober 2024, peserta berdiskusi mengenai tindak lanjut dan evaluasi kegiatan. Pertemuan ini diakhiri dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Irtikandik Darmawanto, O.Carm, didampingi oleh Rm. Adrianus Satu Manggo (Vikaris Jenderal Keuskupan Tanjungkarang) dan tiga imam lainnya.