MENGENAL ALLAH SEBAGAI BAPA DAN HIDUP RUKUN SEBAGAI SAUDARA SEBANGSA
Saudara-saudara terkasih, dalam dua tahun terakhir ini (2023-2024) dinamika politik di negara kita mengalami perkembangan yang berbeda dan akan mewarnai secara signifikan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di masa mendatang.
Sejak tahun 2023 kita memasuki tahapan pemilihan umum (pemilu) serentak 2024. Masa kampanye merupakan bagian penting perkembangan dimaksud. Berpuncak pada Rabu, 14 Februari 2024 lalu. Kita sebagai warga negara memilih pemimpin tertinggi eksekutif (presiden/wakil presiden) dan anggota legislatif nasional dan lokal (DPR, DPD, DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota). Hasil pilihan kita tinggal menunggu pelantikan sesuai dengan masa jabatan masing-masing. Kita bersyukur semua sudah berjalan dengan lancar dan damai, meski diringi dengan berbagai perdebatan yang gemanya masih terasa sampai sekarang.
Pemilu serentak di tahun 2024 belum selesai. Masih ada rangkaian selanjutnya yakni secara serentak memilih kepala daerah/wakil kepala daerah se Indonesia. Rabu, 27 Nopember 2024, semua daerah otonom akan mengadakan pemilihan kepala daerah/wakil kepala daerah (pilkada) di tingkat propinsi, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan di tingkat kabupaten/kota.
Dari dua agenda kenegaraan tersebut, kita lalu mengatakan bahwa tahun 2023 dan 2024 sebagai “Tahun Politik”. Tapi apakah benar bahwa “Tahun Politik” itu terjadi hanya pada saat terlaksananya pemilu dan pilkada? Apakah yang disebut dengan “politik” memang dibatasi pada peristiwa dan kepentingan tersebut?
Melalui bulan Ajaran Sosial Gereja pada bulan Agustus ini, Gereja Keuskupan Agung Semarang mengajak seluruh umat untuk melihat dan memahami “politik” tidak hanya urusan kontestasi antara kandidat saja. Namun melihat dan memahami cara yang berbeda. Teks Kitab Suci yang dapat kita jadikan titik tolak permenungan kita, salah satunya adalah perikop dari Injil Lukas 4: 18 – 19.
“Roh Tuhan ada padaKu, karena Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan.”
Tujuan Tuhan datang ke tengah tengah manusia adalah untuk membangun tatanan kehidupan bersama sehingga orang miskin menerima
kabar baik, orang yang tetawan dan tertindas dibebaskan, orang buta dibuat melihat. Keadaan seperti itu menjadi tanda-tanda yang nyata bahwa tahun rahmat Tuhan benar-benar telah hadir di tengah umat manusia. Dengan demikian terwujudlah apa yang menjadi harapan Tuhan yang dikatakan-Nya saat mengajari para murid berdoa: “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga.”
Teks Kitab suci tersebut menjadi titik tolak permenungan dan sekaligus menjadi titik sampai yang mau dituju oleh Gereja dalam peziarahan dan
perutusannya di tengah dunia. Sampai akhirnya semua bangsa akan mengenal Allah sebagai Bapa dan hidup rukun sebagai saudara. Sebuah kehidupan bersama yang ditopang oleh tatanan hidup yang membuat orang semakin sejahtera, dihargai martabatnya dan memiliki kebebasan
untuk membangun relasi yang baik dan benar dengan Allah, yang menjadi Bapa bagi semua orang.
Membuat tatanan hidup bersama menjadi tatanan yang menyejahterakan, yang menjunjung martabat dan memberi kebebasan untuk membangun relasi yang baik dan benar dengan Allah, itulah yang disebut dengan tindakan politik. Dengan kata lain: membangun tataan hidup
yang membuat orang mengenal Allah sebagai Bapa dan hidup rukun sebagai saudara, adalah tindakan politik.
Permenungan kita akan mengambil inspirasi dari ensiklik Paus Fransiskus “Fratelli Tutti”, dan akan kita jalanni dalam tiga tahap pertemuan. Pertemuan Pertama: membangun sikap dasar yang mengembangkan penghargaan terhadap martabat manusia. Pertemuan Kedua: merefleksikan pengalaman saudara-saudara yang terlibat dalam usaha membangun tatanan hidup yang bermartabat dan menemukan langkah bersama yang bisa dilakukan untuk menampakkan wajah Gereja di tengah masyarakat sekitar. Pertemuan Ketiga: Mempersiapkan hati
untuk memilih pemimpin yang mampu membangun martabat rakyat dalam pilkada yang akan datang.
Sebagai bagian evaluasi dan pembelajaran, kita bersama untuk masa yang akan datang, kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan masukan dari hasil sarasehan pada tautan di akhir masing-masing pertemuan. Semoga buku ini dapat membantu umat dalam mendalami pesan Bapa Suci Fransiskus.
Panduan dapat dilihat di sini