OGF pendamping PIA PIR Rayon Kulon progo kevikepan Yogyakarta Barat

Twitter
WhatsApp
Email
pelatihan ini mengajak dia untuk berani bicara di depan orang lain, bisa "wani omong" mengungkapkan pendapatnya.

Perjumpaan para pendamping PIA PIR rayon Kulonprogo Kybar adalah perjumpaan pembelajaran pendamping yang terakhir. Rayon Sleman dan Rayon Bantul sudah terlaksana beberapa bulan yang lalu.

Kebutuhan pendamping PIA PIR yang makin banyak mengajak tim KKM menjawab kebutuhan itu dengan pelatihan dan pengembangan lanjut pendamping PIA PIR. Ada 45 pendamping dari paroki Boro, paroki Promasan, paroki Nanggulan, paroki Bonoharjo, dan paroki Wates, sedangkan Paroki Pelem Dukuh tidak mengirimkan utusannya.

Selama 2 hari 1 malam, para pendamping diajak untuk berefleksi akan pengalaman hidupnya sebagai sumber dasar pendampingan. Ada edukasi yang dihubungkan dengan pembacaan perikop kitab suci. Teks teks kitab suci yang seringkali tidak mudah dipahami ternyata bisa diolah sebagai materi dan dinamika perjumpaan oleh para pendamping ini. Teks bacaan dari Misa Mingguan digunakan sebagai materi pokok pendampingan dan diolah menjadi bahan yang ramah anak.

Kak Juwita, anggota tim KKM mengungkapkan bahwa perjumpaan dengan anak-anak itu harus ada 3 hal yang muncul, yaitu “kata, nada, gerak”. Apapun bahannya harus ada kata-kata yang dipilih dan dirangkai sekaligus mudah diingat oleh anak anak. Kak Cila dan Kak Fani dari tim KKM-KKI Kybar menambahkan bahwa kata – kata yang dipilih itu harus diberi nada dan animasi gerakan. Dengan 3 hal itu, “kata nada gerak” dapat dipastikan anak anak akan mudah menangkap berbagai materi edukasi dan refleksi yang ditawarkan dalam setiap perjumpaan anak anak PIA PIR di paroki masing-masing.

Doa dan devosi Rosario bisa diolah dengan menambahkan teks – teks kitab suci yang menjadi dipilih sebelum mendoakan butiran Salam Maria. Para pendamping menikmati perjumpaan dan pembelajaran bersama ini. Doa “Jadikanlah pembawa damai” dan “Jiwa Kristus” dipilih dan dianimasi sebagai doa penutup hari dan pembuka hari yang bisa menyentuh rasa dan emosi para pendamping.

Rista dari paroki Boro dan Sisca dari Peroki Promasan mengungkapkan bahwa pelatihan ini seperti rekoleksi yang mengajak mereka untuk menemukan sumber dasar kekuatan hidup dan inspirasi dinamika pendampingan di parokinya. Fani dari Bonoharjo menambahkan bahwa pelatihan ini mengajak dia untuk berani bicara di depan orang lain. Dia wani omong mengungkapkan pendapatnya.

Deo dan Ocha yang mengajak para pendamping untuk berefleksi tentang kasih Allah mengungkapkan bahwa wajah yang dipahami oleh setiap pribadi itu bisa bermacam-macam. Mereka mengungkapkan bahwa Allah yang dikenal adalah Allah yang menerima dan memaklumi sekaligus Allah yang selalu memberi kesempatan. Allah nggak pernah kehabisan waktu untuk memberi kesempatan kepada manusia untuk berkembang.