Obrolan Muda Katolik untuk OMK Paroki Ungaran

Twitter
WhatsApp
Email
Tim Pelayanan Pra-Nikah Paroki Kristus Raja Ungaran pada Sabtu, 22 Februari 2025 mengadakan acara Obrolan Muda Katolik yang mengusung tema “Pacaran dan Pernikahan Katolik dalam Pandangan Gereja”, dengan narasumber Romo Marcellinus Tanto, Pr., Pastor Paroki Ungaran.

Ungaran – Tim Pelayanan Pra-Nikah Paroki Kristus Raja Ungaran pada Sabtu, 22 Februari 2025 mengadakan acara Obrolan Muda Katolik yang mengusung tema “Pacaran dan Pernikahan Katolik dalam Pandangan Gereja”, dengan narasumber Romo Marcellinus Tanto, Pr., Pastor Paroki Ungaran. Acara yang berlangsung di ruang Yohanes Paulus II ini dihadiri oleh 60 Orang Muda Katolik (OMK) usia 18 tahun keatas.

Acara diawali dengan sambutan oleh Bapak Thomas Sugiyatno selaku Ketua Bidang Pelayanan Paguyuban dan Persaudaraan. Tujuan dari acara ini adalah mengingatkan OMK bahwa pacaran Katolik tidak bisa dilepaskan dari keterarahan kepada Sakramen Perkawinan, serta memberi pengetahuan dan penghayatan yang lebih, tentang ajaran Katolik terkait dengan perkawinan lewat diskusi dan studi kasus.

Kamu Lintas Generasi Yang Mana?

Romo Tanto saat menyampaikan materinya

Selanjutnya pemaparan materi oleh Romo Tanto, beliau mengajak OMK mengenal The 5 Generations Workplace, yang mana kelima generasi tersebut adalah Generasi Traditionalis (1922-1945), Generasi Baby Boomers (1946-1964), Generasi X (1965-1980), Generasi Y (1981-1995), dan Generasi Z (1996-2010).

Menyadari perkembangan yang pesat ini akan membentuk sebuah generasi baru yang hidup dengan kondisi lingkungan yang baru juga, dalam artian lingkungan yang lebih maju. Hal ini jelas mempengaruhi pola hidup, proses pertumbuhan bahkan karakter setiap generasinya. Jaman telah berubah dan akan terus berubah seiring berjalannya waktu, akan banyak hal-hal berbeda dan baru di setiap generasinya, termasuk karakter masyarakatnya sendiri. Ibarat dalam sebuah keluarga besar yang terdapat kakek, nenek, ayah, ibu, kakak dan adik tentu juga sering merasakan perbedaan sifat, pola pikir serta pengalaman. Namun perbedaan tersebut justru dapat menjadi hal yang indah.

Pernikahan Campur: Perkawinan Beda Agama (Disparitas Cultus) dan Perkawinan Beda Gereja (Mixta Religio)

Apa dasar ajaran gereja dan apakah ada solusi jika memang kedua calon mempelai telah memutuskan akan menikah beda Agama dan beda Gereja?

Pada slide selanjutnya Romo Tanto memaparkan tentang pemahaman perkawinan campur yang mana ini bisa terjadi dengan menggarisbawahi bahwa pihak Katolik tidak akan meninggalkan gereja atau berpindah agama. Meski begitu, Gereja memberikan opsi memungkinkan adanya perkawinan campur dengan syarat-syarat tertentu. Lalu, apakah memungkinkan jika umat Katolik yang akan menikah beda Gereja dan beda Agama, dapat melangsungkan perkawinan di Gereja Katolik? Gereja Katolik lagi-lagi memberikan solusi bahwa ada kemungkinan bagi umat Katolik yang nikah beda Gereja dan beda Agama dapat menikah dengan dispensasi dengan tata peneguhan perkawinan Katolik.

Idealnya, orang Katolik menikah dengan orang Katolik. Namun, kebanyakan masyarakat suatu bangsa tidak hanya menganut satu agama, tidak  hanya beragama Katolik tetapi berbagai agama, plural. Umat Katolik hidup dan bergaul dengan umat beragama lain. Dalam pergaulan sehari-hari, umat Katolik tidak sekadar menerima kehadiran umat lain, tetapi juga ada di antaranya yang saling jatuh cinta dan bahkan memutuskan untuk menjadi suami-istri. Tentu saja, umat Katolik yang berjuang memahami dan menaati iman dan ajaran Katolik pasti tetap setia mengimani ajaran Katolik.

Para OMK dengan serius mendengarkan penjelasan dari Romo Tanto

Perkawinan beda Agama dan beda Gereja yang diresmikan dan mendapat berkat dari Gereja Katolik, hendaknya kedua mempelai dapat melaksanakan kehidupan perkawinannya sesuai Janji Nikah Katolik dan dapat mendidik putra putrinya nanti secara Katolik.

Keberagaman agama merupakan realitas sosial kita, seperti sudah disinggung di bagian awal. Dalam interaksi sosial, sangat memungkinkan orang-orang berbeda agama saling jatuh cinta yang akhirnya sepakat membangun bahtera keluarga. Atas realitas sosial ini, maka Gereja memberikan solusi, tentu dengan berbagai persyaratan yang tegas dan bijaksana.

Romo Tanto berpesan kepada kaum muda yang sedang dan akan berpacaran dengan orang berbeda agama, baiklah jika selama masa pacaran membicarakan mengenai iman, jangan hanya bicara soal makan di mana, rekreasi di mana, dan ngapel di mana. Hendaknya kaum muda juga tidak hanya memikirkan saat ini, tetapi masa depan: Apakah Anda mampu setia pada iman Katolik seumur hidup Anda? Apakah Anda mampu kelak menjamin terwujudkan pembaptisan dan pendidikan anak secara Katolik?

Tentu tak kalah pentingnya adalah usaha kaum muda sendiri untuk mengembangkan diri dan menyiapkan diri sedini mungkin untuk memasuki kehidupan keluarga dan perkawinan. Banyak calon pasangan sungguh tidak siap memasuki hidup perkawinan dan keluarga. Kaum muda perlu mempersiapkan hidup perkawinan sejak dini. Perlu memahami apa itu tujuan perkawinan, sifat-sifat hakiki perkawinan Katolik. Perlu juga mengetahui halangan-halangan perkawinan, dan sebagainya. Karena itu hendaknya kaum muda sungguh berani lebih terlibat dalam aktivitas-aktivitas gereja. Di sana kaum muda juga akan berdiskusi bersama dan lewat interaksi itu akan semakin memahami hakekat perkawinan Kristiani dan mempersiapkan diri ke arah itu. Dan tentu saja, urusan pasangan hidup, kiranya tetap tekun memohon kasih karunia Tuhan untuk itu. (Frida Yunarasari – Komsos Paroki Ungaran)