Gerimis Tak Halangi Ratusan Umat Rayakan Tahun Yubileum di Pelataran GMKA

Twitter
WhatsApp
Email
Antusias umat untuk merayakan Tahun Yubileum dan untuk memperoleh idulgensi begitu luar biasa. Hal itu tampak dalam Misa Jumat Pertama dan penerimaan Sakramen Tobat di Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA), Jumat (7/3/25). Meski di awal misa diguyur hujan gerimis, tak kurang dari 700 umat tak beranjak dari tempat mereka duduk.

Ambarawa – Antusias umat untuk merayakan Tahun Yubileum dan untuk memperoleh idulgensi begitu luar biasa. Hal itu tampak dalam Misa Jumat Pertama dan penerimaan Sakramen Tobat di Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA), Jumat (7/3/25). Meski di awal misa diguyur hujan gerimis, tak kurang dari 700 umat tak beranjak dari tempat mereka duduk.

Selain payung, umat melindungi diri dari gerimis dengan mengenakan topi, selendang, jas hujan bahkan ada yang tanpa perlindungan apapun. (dok Elwin)

Demi melindungi diri dari gerimis, beberapa membuka payung. Ada pula yang mengenakan jas hujan yang memang sudah mereka siapkan. Lainnya? Ada yang memakai topi, koran, jaket, namun ada pula yang membiarkan diri dibasahi ‘rahmat’ air gerimis.

Trio MSF mempersembahkan perayaan Ekaristi Yubileum (ki-ka): Romo Ben, Romo Nano, dan Romo Yuwono. (dok Elwin)

Siang itu tepat tengah hari misa konselebrasi dipersembahkan oleh trio MSF: Romo Yusup ‘Nano’ Sunarno, MSF (Pastor Paroki Atmodirono), Romo Petrus Yuwono Hendro Prasetyo, MSF (Novisiat MSF Salatiga), dan Romo Benediktus ‘Ben’ Mbemba Budo Bedi, MSF (Vikaris Parokial Salatiga). Misa Yubileum Maret 2025 ini dilayani oleh Paroki Atmodirono, mulai dari petugas koor, lektor, pemazmur, kolektan, juga tatib.

Mengapa Misa Yubileum di GMKA? Sebagaimana telah dipublikasikan, GMKA oleh Keuskupan Agung Semarang ditetapkan sebagai salah satu tempat ziarah bagi umat untuk memperoleh idulgensi. Maka setiap bulan pada Jumat pertama diselenggarakan Misa Yubileum bagi umat. Selain itu, usai misa diadakan pula penerimaan Sakramen Tobat di aula GMKA.

Seorang umat tampak memasuki bilik pengakuan, sementara itu ratusan umat dengan setia menunggu giliran dalam 3 kelompok antrean di aula GMKA. (dok Elwin)

Siang itu Sakramen Tobat dilayani oleh 3 imam yang sama: Romo Nano, Romo Yuwono, dan Romo Ben. Tak kurang dari 200 umat mengantre untuk menerima Sakramen Rekonsiliasi ini. Mereka terbagi dalam tiga kelompok antrean. Pemandangan tersebut tampak mulai pukul 13.30 WIB hingga 16.00 WIB. Bahkan Romo Nano melayani pengakuan hingga pukul 17.00 WIB.

Pada kesempatan homili, Romo Nano mengingatkan akan pantang dan puasa, serta akan cara untuk memperoleh indulgensi dari Tuhan. Bertolak dari sabda Tuhan yang dibaca siang itu, ia mengajak supaya jika kita berpuasa hendaknya kita mengendalikan diri dan bukan mengadili sesama. Misal kata ucapan ‘Koq kamu gak berpuasa?’ “Sikap tersebut malah membuat puasa dan pantang kita kontra produktif,” tandasnya.

Selanjutnya, dibahas tentang Tahun Yubileum. Tahun Yubileum adalah tahun rahmat Tuhan yang dirayakan oleh Gereja setiap 25 tahun sekali. Menurut sejarah, Tahun Yubileum sudah dirayakan Bangsa Israel sejak zaman dulu. Setiap 25 tahun sekali mereka memperoleh rahmat khusus. Apa itu? Dosanya diampuni, hutangnya dihapus, para budak dibebaskan.

Romo Nano MSF mengajak umat untuk tidak melupakan amal kasih saat berpuasa, salah satunya melalui kotak APP. (BD Elwin)

Secara rohani hal tersebut diteruskan oleh Gereja, yaitu dosa-dosa umat diampuni atau dihapuskan, yang untuk memperolehnya telah diatur oleh Keuskupan dan disebut indulgensi. Ada 5 cara untuk memperoleh indulgensi, pertama mengikuti Ekaristi, mendoakan intensi Bapa Paus, menerima Sakramen Tobat, berziarah, dan tindakan amal kasih.

“Yang terakhir ini yaitu amal kasih! Dan jangan dilupakan. Yaitu perbuatan-perbuatan baik yang bisa kita lakukan dalam banyak hal. Dan salah satunya melalui kotak APP. Maka ketika memasukkan uang ke dalam kotak APP, lakukanlah itu dengan bersungguh-sungguh dan penuh kasih serta keyakinan bahwa ‘aku memberikan sedikit dari yang Tuhan berikan kepadaku’. Jangan sebaliknya dengan bersungut-sungut,” pesannya.

Akhirnya Pastor Paroki Atmodirono ini menegaskan, puasa bukan hanya bicara tentang diri kita sendiri, melainkan puasa yang berdampak bagi sesama kita. Karena kotak APP akan kita saluran untuk saudara-saudari kita yang membutuhkan. (BD Elwin)