Taman Doa Yusuf Maria Kebon Ndalem Kokap, 27 April 2025 – “Tangisan Bumi” merupakan gambaran penderitaan dan kerusakan lingkungan yang dialami bumi akibat tindakan manusia. Dampaknya dialami seluruh ciptaan termasuk manusia, hewan dan tumbuhan juga terjadinya penurunan kualitas udara dan air. Situasi saat ini dapat dirasakan langsung adalah terjadinya peningkatan suhu udara rata-rata harian. Talk show kali ini dihantarkan oleh Romo Romualdus Subyantara PP,Pr . Dengan menggandeng kolompok LITANI (Ladang Inspirasi Tani) dari Wilayah Wonokerso Paroki Banyu Temumpang Magelang yang hadir dalam kesempatan ini adalah Antonius Hardono, Gregorius Hartanto Widi Prasetyo, FX. Krisbiyanto menyampaikan pengalaman mengenai olah tani. Dibuka oleh Romo Antonius Henry Atmoko,Pr Vikaris Paroki Santa Maria Bunda Penasehat Baik Wates sebagai master of ceremony umat diajak bernyanyi bersama lagu nasional yang berjudul ‘Ibu Pertiwi’.
Lebih lanjut dalam talk show disampaikan bahwa suhu udara yang naik tidak hanya peran utama efek rumah kaca dari aktivitas industri dan transportasi, tetapi ada peran kegiatan manusia dalam olah tani (tanaman padi) juga pembuangan sampah yang tidak terkendali yakni dengan munculnya gas metana (CH4) menjadi penyumbang pemanasan global disamping peran besar gas karbon (CO2) berlebih di alam bebas yang berkontribusi pada peningkatan suhu udara.
Tindakan terapan dalam mengurangi efek karbon dan metana yang dilakukan kelompok LITANI adalah dengan menanam padi menthik susu yang tidak tergantung pada pupuk hasil industri tapi cukup dengan pupuk organik, dan dengan kearifan lokal dengan membangun ekosistim air yakni dengan memelihara tumbuhnya paku air azolla yang dapan mengendalikan karbon dan dapat mencegah tumbuhnya gulma. Dengan budi daya mina padi azolla juga menjadi salah satu sumber makanan bagi ikan.
Kontribusi sederhana dari kelompok LITANI dalam mengurangi gas metana yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah (limbah rumah tanga) ataupun kotoran binatang (sapi), dapat dilakukan dengan teknologi terapan tertentu dimana gas metana dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-sehari semisal untuk menghidupkan kompor dalam memasak; proses ini yang kita kenal dengan proses pembuatan biogas.
Acara dilanjutkan dengan ekaristi dengan Selebran Utama RM. A.R. Yudono Suwondo, Pr; co-Selebran RM. A.Hendri Atmoko, Pr, RM. Y. Sunaryadi, Pr, RM. Adolfus Suratmo Atmomartoyo, Pr dan Romo Romualdus Subyantara PP,Pr. Dalam homilinya Romo Subyantara menyampaikan bahwa tahun ini ditetapkan menjadi tahun Yubileum oleh Bapa Paus Fransiskus dimana menjadi tahun pembebasan bagi semua ciptaan dalam semangatnya bumi/tanah diistirahatkan tidak digarap, semua makhluk beristirahat tidak bekerja – tidak dibebani dengan berbagai macam kepentingan. Dalam tradisi Katolik tahun Yubileum dilaksanakan 25 tahun sekali, diajak untuk merenungkan Allah yang Maha Rahim; Allah Yang maha Rahim adalah Allah yang mengampuni, Allah yang menjaga kehidupan manusia untuk mencapai keselamatan. Kita diajak untuk mempraktekan Kerahiman Allah dengan memaafkan dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita, memberikan penghiburan terutama di dalam keluarga sebagai komunitas gereja terkecil, sehingga keberadaan umat beriman semakin layak dihadapan Allah. Implementasi secara luas adalah menjaga bumi yang kita tempati menjadi layak untuk generasi selanjutnya. Di akhir kegiatan dilaksanakan simbolisasi penanaman pohon mojo, kedepan pohon mojo direncanakan oleh pengelola menjadi kekhasan taman doa ini.(@ds)