Duta Damai di Hari yang Fitri

Twitter
WhatsApp
Email
Keanegaragaman budaya, bangsa dan agama menjadi kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini, terlebih Keuskupan Agung Semarang. Gereja Keuskupan Agung Semarang berdampingan erat dengan saudara-saudara umat Islam. Umat dari tingkat lingkungan sampai

Keanegaragaman budaya, bangsa dan agama menjadi kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini, terlebih Keuskupan Agung Semarang. Gereja Keuskupan Agung Semarang berdampingan erat dengan saudara-saudara umat Islam. Umat dari tingkat lingkungan sampai tingkat keuskupan merayakan sukacita di hari kemenangan umat muslim. Mereka saling membangun relasi yang mendukung dan mengembangkan. Mereka menjaga semangat toleransi di hari yang fitri ini.

Beberapa elemen Gereja membangun tali persaudaraan dengan berbagai kegiatan menyambut dan merayakan hari penuh berkah ini. Minggu (16/4/2023) teman-teman dari OMK wilayah St. Petrus Tegalsari mengadakan bagi bagi takjil gratis di sekitar kapel St. Petrus Tegalsari. Sabtu (22/4/2023) 21 OMK Beato Carlo Acustis Gereja Paroki St. Ignatius Ketandan ikut jaga parkir di lapangan Jokopuring. Di hari yang sama pula, Mgr. Robertus Rubiyatmoko bersama Kuria Keuskupan dan Anggota HAK mengadakan kunjungan ke Komunitas Ahmadiyah di Semarang, Pengurus Masjid Agung Jawa Tengah. Mgr Robertus Rubiyatmoko juga mengadakan kunjungan ke Pondok Pesantren Al Iklas Meteseh Tembalang Semarang, PondokPesantren Edy Mancoro, Salatiga dan Pondok Pesantren Al Falah, Sidomukti Salatiga. Ini sebagian kegiatan yang bisa diupayakan oleh elemen Gereja, masih ada sekian kegiatan yang dilakukan oleh Romo paroki dan dewan paroki di Gereja parokinya masing-masing.

Kegiatan ini menjadi kesempatan untuk bersilahturahmi, srawung dan nandur sedulur. Semua orang yang terlibat diajak untuk menjadi duta damai di tengah hiruk-pikuk dinamika dan situasi di masyarakat, lebih-lebih menjelang tahun politik. Diperlukan bahasa kasih untuk menjadi duta damai bagi sesamanya. Kasih adalah bahasa universal tanpa memandang latar belakang agamanya masing-masing. Bahasa itu dapat diterima oleh semua mahkluk termasuk kita dengan sesama. Idul Fitri menjadi kesempatan berharga mewartakan kasih itu dengan cara- cara sederhana.

Felisitas Lolita OMK Beato Carlo Acutis mengungkapkan kesannya menjadi duta damai di hari yang fitri ini. Ia mengatakan bahwa “Saya merasa senang bisa pelayanan ke luar, tidak hanya di dalam Gereja saja. Apalagi di moment sholad Id itu, kita bisa senyum warga yang mungkin terasa sedikit terbantu. Kegiatan ini juga menjadi kesempatan untuk menjaga hubungan baik, bersilahturahmi dengan umat lintas agama dan juga dengan warga sekitar Gereja dan mengingatkan bahwa Gereja kami juga berada di tengah pemukiman masyarakat”. (YKA)