Tirakatan HUT ke-58 Kevikepan Semarang Mengupas Society 5.0 dan Siber

Twitter
WhatsApp
Email
“Ketika kita pergi ke gereja, atau masjid, ataupun pura, (kita) sudah tidak lagi membawa Alkitab tetapi membawa HP, karena Alkitab, Alquran, dan Weda itu sudah ada di layar HP, itu salah satu gambaran bahwa kita sudah berada di era Society 5.0 (baca: five point O ).” Demikian ucap Dr. Dhyah Ayu Retno Widyastuti, S.Sos, M.Si, dosen Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam acara Sarasehan, Tirakatan, dan Doa Lintas Agama di Aula Yerusalem Gereja Hati Kudus Yesus, Tanah Mas, Semarang, Jumat (11/10/24) malam.

Tanah Mas – “Ketika kita pergi ke gereja, atau masjid, ataupun pura, (kita) sudah tidak lagi membawa Alkitab tetapi membawa HP, karena Alkitab, Alquran, dan Weda itu sudah ada di layar HP, itu salah satu gambaran bahwa kita sudah berada di era Society 5.0 (baca: five point O ).” Demikian ucap Dr. Dhyah Ayu Retno Widyastuti, S.Sos, M.Si, dosen Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam acara Sarasehan, Tirakatan, dan Doa Lintas Agama di Aula Yerusalem Gereja Hati Kudus Yesus, Tanah Mas, Semarang, Jumat (11/10/24) malam.

Dua narasumber sarasehan dan tirakatan HUT Kevikepan Semarang bersama moderator Sr Krista SDP. (dok Elwin)

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara dalam perayaan HUT ke-58 Kevikepan Semarang. Sesuai dengan tema perayaan tersebut Quo Vadis Ecclesia? Gereja yang Tanggap Zaman di Era Society 5.0 maka dalam kegiatan sarasehan, tirakatan dan doa lintas agama ini, dihadirkan 2 narasumber: dosen Ilmu Komunikasi Dhyah Ayu Retno W. dan Kanit I Sudit Ditresssiber Polda Jateng (Siber Polri) AKP Antonius Endro Prabowo, S.Kom, CHFI, CITAP, CISP. Acara ini dimoderatori oleh Suster Krista SDP.

Hadir dalam kegiatan ini para tokoh agama, FKUB, Pelita (Persaudaraan Lintas Agama) Kota Semarang, dan Penyelenggara Bimas Katolik Kota Semarang. Selain itu ada utusan-utusan dari paroki serayon Kota Semarang.

Vikep Semarang Romo JB Rudy Hardono memberikan sambutan di awal acara. (dok Elwin)

Dalam kesempatan tersebut Vikep Semarang Romo J.B. Rudy Hardono, Pr. mengapresiasi kehadiran para tokoh agama dan FKUB serta Pelita. Ia katakan, “Kehadiran Anda semua sungguh sangat membanggakan kami. Membuat kami merasa tersanjung dan terhormat. Kita bersama saat ini sedang menziarahi zaman society 5.0 . Semoga kebersamaan ini menjadikan kita semua lebih percaya diri dalam mengarungi zaman ini.”

Dhyah Ayu sebagai narasumber pertama mengatakan, “Jika era sebelumnya 4.0 komputer dipakai untuk membantu kita, namun dalam era society 5.0 ini hidup kita adalah komputer itu. Inilah tanda bahwa kita sudah memasuki era society 5.0.”

Era society 5.0 ini tentu banyak sekali sisi positifnya. Sesuatu yang dapat kita nikmati, kemudahan informasi yang kita miliki, serta berbagai akses yang kita dapat, merupakan hal-hal positif dari era society 5.0 ini. Dhyah Ayu pun tak menampik adanya sisi negatif dari era society 5.0 .

“Di era ini, kejahatan bukanlah secara fisik. Keamanan telah menjadi sebuah resiko dan masuk dalam ranah Siber. Misalnya, data-data di email yang bisa hilang atau dicuri orang; hoaks yang muncul di mana-mana khususnya terkait dengan ranah agama yang bisa memecahbelah bangsa,” tandas pemeluk agama Hindu ini.

Lalu bagaimana lembaga agama menanggapi tantangan zaman ini? “Kita perlu berkolaborasi bersama. Bukan hanya para tokoh agama dan pemerintah saja. Gerakan-gerakan kecil umat perlu dirawat. Ini yang namanya participatory culture. Participatory culture adalah budaya untuk membangun keterlibatan bersama dengan dukungan yang kuat menciptakan dan berbagi melalui kesadaran bahwa pelibatan dan kontribusi semua pihak adalah penting, dengan merasakan tingkat hubungan sosial tertentu dengan satu sama lain,” ucapnya.

Sementara itu AKP Antonius Endro menyampaikan tentang penegakkan hukum dalam ruang siber. Menurutnya, di ruang siber itu ada banyak kategori seperti berita, multimedia, dan aneka informasi. Berita merupakan salah satu kebutuhan masyarakat. Kita bisa menyebarkan informasi baik yang terverifikasi maupun tidak. Contoh dari multimedia adalah adanya foto, video, maupun data diri.

Ia juga mengingatkan akan pentingnya keberadaban digital. Menurutnya, keberadaban digital adalah perilaku berselancar di ruang siber dan aplikasi media sosial, termasuk resiko terjadinya penyebaran konten ilegal, seperti berita bohong, ujaran kebencian, provokasi, penipuan, penyebarluasan data pribadi hingga rekrutmen kegiatan radikal dan teror serta pornografi.

Endro mengatakan, bahwa kepolisian dalam hal ini dirinya siap membantu lembaga agama, gereja misalnya, jika ada konten ataupun informasi di jagad maya jika itu dirasa mengganggu atau sebuah fitnah ataupun hoaks.

Tokoh agama Protestan, Islam, Hindu, Konghucu, Buddha, dan penganut kepercayaan berdoa bagi Gereja Katolik Kevikepan Semarang. (dok Elwin)

Kegiatan ini dipuncaki dengan doa bersama dari 6 tokoh agama Protestan, Islam, Hindu, Budha, Konghucu, dan penganut Kepercayaan yang masing-masing berdoa bagi Kevikepan Semarang yang merayakan HUT ke-58. Satu per satu ulama berdoa. Suasana pun hening dan tampak khusuk. (BD Elwin J)

Recap Sarasehan, Tirakatan, dan Doa Lintas Agama: