BAHAN REKOLEKSI PENYEGARAN KATEKIS INISIASI PAROKI

Twitter
WhatsApp
Email
TATA PELANTIKAN KATEKIS PAROKI

Jika dilakukan pelatikan pada saat perayaan ekaristi minggu, maka pelatikan dilakukan setelah Homili dan Syahadat.

I : Saudara-saudara yang terkasih
Marilah kita memohon kepada Allah Bapa agar para Katekis dilimpahi rahmat perutusan. Semoga mereka semakin mampu memperdalam dan mewartakan imannya, melalui pendalaman Kitab Suci dan pendampingan-pendampingan iman. Semoga melalui perayaan dan pelatikan ini, mereka semakin tinggal dalam Kristus dan berbuah melalui perwujudan iman sehari-hari di tengah aneka tantangan dan hambatan dalam Gereja dan masyarakat dewasa ini.

Semoga mereka setia menjadi bentara Kristus dan menjalani perutusan mereka, mewartakan Yesus Kristus kepada dunia dan melayani demi kemuliaan Allah.

(imam membuka tangan dan kemudian mengatubkan kembali tangannya dengan mengajak umat berdoa)

I : Marilah Berdoa
.……hening sejenak……………………

Ya Allah Engkau telah memilih dari antara kami orang-orang yang Kau percayai meneruskan karya pelayanan Sabda Mu. Semoga mereka mampu melaksanakan tugasnya, terutama melalui hidup mereka sehari-hari

U : Terpujilah nama Mu ya Tuhan

I : Kami semua yang hadir di tempat ini bersyukur, karena Engkau berkenan memilih para hamba Mu ini menjadi katekis dan pelayan Sabda Mu.

U : Terpujilah nama Mu ya Tuhan

I : Engkau telah memberikan terang Roh Kudus Mu ke tengah-tengah kami, agar kami semua menjadi penyambung warta Mu.

Imam mengulurkan tangan kepada katekis yang dilantik, dan melanjutkan berdoa

Semoga Engkau berkenan senantiasa menaungi mereka para hamba Mu ini, untuk menjadi katekis yang setia, berdedikasi, berkomitment dan bergembira dalam melayani Gereja dan masyarakat.

Dampingilah mereka dalam menjalankan setiap tugas sebagai katekis paroki. Doronglah para hamba Mu ini agar senantiasa bertumbuh dan berkembang dalam kebijaksanaan, terutama agar mereka semakin rela menjadi pelayan-pelayan Mu.

Semoga melalui pelantikan ini, kami Bersama Bunda Maria, Bunda kaum beriman, dan para rasul, guru dan teladan iman kami, kami unjukkan doa kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

U : Amin

Setelah itu, para katekis maju kedepan untuk menerima surat tugas

I : Terimalah Surat Tugas Perutusan ini, sebagai tanda untuk semakin mewartakan Sabda Allah di tengah-tengah umat dan masyarakat

U : Amin

 

“SAYA KATOLIK, SAYA KATEKIS”

“bukan kamu yang memilih Aku, tapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16a)

Gereja dan Mewarta
Gereja Katolik bersifat kerigmatis dan misioner. Sejak Gereja Perdana, Gereja menerima kabar gembira dan kemudian diutus untuk mewartakannya. Untuk itulah, kehidupan Gereja tidak terpisahkan dengan pewartaan. Gereja ada karena pewartaan. Gereja tumbuh dan berkembang karena pewartaan. Gereja ada untuk pewartaan. Dengan cara itulah Gereja hidup, tumbuh dan berkembang.

Paus Fransiskus semakin mendorong agar semua umat Katolik menggiatkan semangat misioner. Ia meneguhkan bahwa orang kristiani tidak boleh takut dan malu-malu untuk mewartakan Injil. Dalam anjuran apostoliknya Evangelii Gaudium, beliau menegaskan bahwa pilihan misioner Gereja merupakan pembaruan Gereja yang tidak dapat ditunda lagi. Gereja tidak cukup hanya berhenti pada pemeliharaan dirinya sendiri. Bagaimanapun juga Gereja harus berorientasi pada perutusan misioner, menjadikan kegiatan pastoral harian semakin inklusif dan terbuka serta menginspirasi para pelayan pastoral untuk terus menerus pergi mewartakan Injil. Berbagai kegiatan pewartaan entah di paroki, kelompok basis maupun di lingkungan kiranya menjadi wadah yang baik untuk mewujudkan karya misioner.

Seruan Konsili dan para Bapa Suci kini kiranya harus terus digemakan. Dewasa ini, tidak lelah-lelah, para uskup bersama para imamnya terus menggalakkan semangat pewartaan Gereja sambil mengingatkan bahwa pewartaan adalah tanggung jawab semua orang beriman. Tanpa perkecualian, berkat pembaptisan, semua umat ambil bagian dalam tugas kenabian Kristus atau tugas pewartaan. Pewartaan iman itu, tentu salah satunya khas dengan Katekese. Katekese menjadi upaya pembinaan iman. Kita perlu menyadari, bahwa katekese merupakan karya bersama, sehingga karya tersebut bukan karya pribadi namun ditempatkan dalam rangka karya pewartaan Gereja secara keseluruhan. Katekese hendaknya dikerjakan dalam tim kerja dan keterlibatan banyak orang, terutama para katekis sukarelawan. Melalui pengelolaan tim kerja, maka pendampingan akan membuahkan hasil yang lebih optimal karena pendampingan tidak dikerjakan sendiri, melainkan dikerjakan secara bersama-sama. Dengan, kerja tim, maka akan ada usaha saling memperkaya, meneguhkan, terjadi pembagian tugas, dan pengembangan ide-ide yang kreatif serta inovatif. Begitu juga melalui keberagaman anggota tim yang terlibat menjadikan karya semakin bervariasi.

Pelaksaan katekese membutuhkan kerjasama dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain Tim Kerja Pewartaan Paroki, Hierarki, dan Tim Kerja lainnya dalam Dewan Paroki, bahkan kelompok-kelompok tertentu. Pelaksaannya membutuhkan sebuah rancangan yang sistematis dan jelas. Untuk itu perlu dibuat semacam program kerja yang ditata atau diorganisasikan sedemikain rupa dari perencanaan sampai evaluasi, baik yang menyangkut bahan, metode maupun sarana, agar karya katekese iman semakin optimal. Berkaitan dengan metodologi katekese, hendaknya dicari secara terus menerus alternatif-alternatif baru, mengusahakan proses yang mampu memadukan antara isi kekayaan imani dan realitas ekspresi serta kerinduan psikologis dan sosial orang zaman sekarang dalam berbagai bentuk dan model yang kreatif.

Peran Kaum Awam dalam pewartaan

Barnabas Sarikrama, Salah satu katekis pioner KAS

Gereja, dalam usahanya untuk mewartakan Kabar Gembira dan memaklumkan Kerajaan Allah, mengikutsertakan juga kaum awam. Kaum awam yang mengambil bagian dalam kenabian Kristus, yang tampak dalam kegiatan pewartaan, yang seringkali disebut Katekis atau Guru Agama. Sebagai katekis, mereka memenuhi misi khususnya yaitu mewartakan Injil atau Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Kristen melalui “kesaksian hidup dan kata-kata”. Melalui kesaksian hidup yang nyata dan kata-kata, mereka dipandang mampu mengambil bagian dalam mewartakan Kabar Gembira sebab dalam diri mereka dan orang-orang lain yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, mereka mempunyai kewajiban dan hak untuk berjuang agar warta ilahi keselamatan dapat menjangkau semakin banyak orang dan semua orang di seluruh dunia, seperti yang dikatakan Konsili Vatikan II “Kristus Nabi Agung telah memaklumkan Kerajaan Bapa dengan kesaksian hidup maupun kekuatan sabda-Nya. Ia menunaikan tugas kenabian-Nya hingga penampakan kemuliaan sepenuhnya bukan saja melalui Hirarki yang mengajar atas nama dan dengan kewibawaan-Nya, melainkan juga melalui para awam. Karena itulah awam diangkat-Nya menjadi saksi dan dibekali-Nya dengan perasaan iman dan rahmat sabda, supaya kekuatan Injil bersinar dalam hidup sehari-hari, dalam keluarga maupun masyarakat…Begitu pula para awam menjadi bentara yang tangguh, pewarta iman akan hal-hal yang diharapkan, bila mereka tanpa ragu-ragu memadukan pengakuan iman dengan penghayatan iman” (LG 35). Santo Paulus pun semakin menegaskan mengenai panggilan mewarta ini,“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9:16).

Beberapa katekis pioner di KAS

Maka kaum awam dipanggil untuk memperjuangkan agar warta ilahi keselamatan dapat menjangkau semakin banyak orang. Hal ini juga dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II, dalam Catechesi Tradendae art. 66, sebagai bentuk penghargaan Gereja kepada kaum awam yang sudah berkarya di bidang pewartaan ini “Kami sangat terdorong untuk atas nama Gereja berterima kasih kepada anda semua, para katekis awam di paroki-paroki…Katekese merupakan bentuk kerasulan awam yang luhur; suatu bentuk yang istimewa pentingnya, bila karena pelbagai alasan anak-anak dan kaum muda di rumah tidak menerima pendidikan keagamaan yang cocok…Kami bergabung dengannya mendorong anda, agar meneruskan kerjasama anda demi kehidupan Gereja”.

Berdasarkan tugas perutusan yang suci dan berat ini, baiklah kalau kaum awam yang berminat dalam bidang pewartaan ini menyadari akan aneka tuntutan yang hendaknya diperjuangkan dalam hidup sehari-hari, yaitu mengerti ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja, yang menjadi sumber utama dan pertama karya pewartaan. Hendaknya murid mampu mempergunakan akal budinya untuk menangkap segala ajaran yang dia terima dan mampu pula menyampaikan segala ajaran itu kepada orang lain secara benar dan menarik. Selain itu, murid dituntut untuk terlibat dengan apa yang diwartakan. Artinya bahwa murid sungguh memperjuangkan dan menghidupi apa yang dia katakan atau ajarkan, sehingga tidak hanya menjadi teori semata melainkan menjadi medan kesaksian hidup sang pewarta bagi orang lain.

Paus Fransiskus pada tahun 2017 menggagas Yubileum Katekis untuk menegaskan ajakannya kepada para katekis dan pewarta pada umumnya untuk memaknai panggilannya sebagai pewarta dalam Gereja dewasa ini. Gereja membutuhkan pewarta agar suara Allah terus menggema dan kehidupan Gereja makin dewasa. Gereja membutuhkan pewarta, agar setiap hati semakin tersapa oleh bisikan Allah yang mahakuasa dan setiap pribadi semakin dikasihi oleh Allah yang murah hati. Maka katekis dan para pewarta pada umumnya adalah perpanjangan diri Allah yang hendak hadir dalam setiap pribadi yang merindukan hidup ilahi.

Pentingnya Pemberdayaan Katekis Sukarelawan
Terpanggil dan terlibat menjadi katekis adalah karunia yang berharga, karena diperkenankan ikut serta dalam karya keselamatan Allah. Katekis bukan hanya diperlukan Gereja saja, namun juga oleh dunia ini. Ia adalah seorang penyampai pesan, yang selalu mewartakan Kristus Penebus dunia. Inilah kebanggaan sebagai katekis, sebagaimana disharingkan oleh orang-orang yang telah menjadi katekis. Mereka merasa mendapat panggilan sebagai layaknya seorang rasul.

Mereka menyadari bahwa dalam berkaryanya sebagai katekis, tentu saja bukanlah suatu hal yang mudah. Berbagai benturan dan halangan acap kali membuat para katekis enggan melangkah, stagnan dan mencari aman. Namun situasi itu tidak melemahkan semangat, justru yang terjadi adalah pengalaman dimana para katekis memaknai berbagai benturan itu sebagai cara Tuhan untuk mendidik dan memberikan jalan lain agar semakin dewasa dalam iman. Maka dalam pengalaman dan keadaan apapun, para katekis senantiasa bersyukur, tetap berpikir positif dan terus belajar untuk untuk meng-up grade kemampuannya dalam menjalankan tugas.

Keuskupan Agung Semarang (KAS) merupakan salah satu keuskupan yang dinilai cukup dinamis dan maju dalam kehidupan menggereja. Sejarah misi yang tumbuh dan menghiasi perjalanan KAS telah merajut pula dinamika hidup menggereja umat. KAS dinilai sebagai keuskupan yang subur menuai panggilan, baik panggilan sebagai kaum biarawan-biarawati maupun para katekis awam. Begitu juga, KAS dinilai sebagai keuskupan yang mempunyai dinamika kebijakan pastoral yang mewarnai pengembangan hidup menggereja di Indonesia ini.

Temu Raya Katekis 2013

Realitas kehidupan menggereja di KAS yang berkembang lebih dewasa dan maju belakangan ini, sungguh dibangun atas kerja sama antar elemen penting di dalam gereja. Kemajuan kehidupan menggereja umat tersebut terbangun atas terjadinya keterlibatan para imam dan awam yang mengabdikan dirinya di dalam pengembangan ini. Untuk itu rekan-rekan katekis akademis purnawaktu KAS, bersama dan bekerjasama dengan tenaga katekis sukarela di lapangan dan tenaga pastoral lainnya, berperanan besar dalam reksa pastoral paroki. Tanpa mengesampingkan kekurangan dan kelemahan pribadi para katekis ini maupun keluarganya, mereka pada umumnya diterima oleh umat. Mereka mendampingi umat, baik langsung (lewat pertemuan-pertemuan kelompok pendalaman iman) maupun tidak langsung (seperti dalam kursus-kursus/penataran-penataran bagi calon katekis lapangan).

Situasi hidup menggereja di KAS yang dinamis dan memberikan dukungan untuk pengembangan karya pastoral dan katekese merupakan anugerah yang patut disyukuri. Karya pastoral dan katekese di paroki sudah menjadi bagian dinamika hidup menggereja pada umumnya. Peran kaum awam dengan dukungan para religius telah berhasil membawa karya pastoral dan katekese terprogram di paroki-paroki. Karya tersebut terbagi dalam kelompok-kelompok kategorial maupun teritorial yang teratur. Disamping para katekis yang dididik di dalam pendidikan khusus, dewasa ini terlibat pula katekis sukarelawan yang dengan berbagai latar belakang, baik akademis, pengalaman, umur dan motivasinya dalam upaya pengembangan karya katekese tersebut. Karya katekese umat sudah disadari kepentingannya dan diusahakan secara rapi di paroki-paroki. Karya katekese tidak terbatas pada pendampingan inisiasi semata, melainkan sampai kepada katekese melalui pertemuan-pertemuan di lingkungan. Karya tersebut tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan kaum awam sebagai katekis. Keterlibatan kaum awam dalam karya pewartaan di KAS inilah yang patut disyukuri sebagai buah atas segala karya katekese yang telah dilaksanakan para katekis pendahulu.

Katekis sukarelawan yang membantu pengembangan karya katekese di seluruh paroki di KAS dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaannya, saat ini berjumlah lebih dari 2000 orang. Mereka berlatar belakang pendidikan (sebagian besar bekerja secara profesi sebagai guru agama Katolik di sekolah-sekolah), namun banyak juga yang berlatar belakang pendidikan umum. Karya yang saat ini digumuli para katekis pada umumnya meliputi katekese inisiasi, katekese lanjut (pembinaan iman umat) di lingkungan-lingkungan yang terkait dengan Adven, Bulan Kitab Suci, APP, katekese liturgi dan beberapa katekese kategorial.

Sejak tahun 2004, Komisi Katektik KAS mengupayakan berbagai pemberdayaan bagi para katekis sukarelawan ini, melalui kaderisasi katekis muda, bina lanjut katekis baik di tingkat keuskupan maupun di tingkat paroki dan temu para katekis secara berkelanjutan. Saat ini, dengan berkembangnya gerakan evangelisasi yang lebih menyentuh sisi personal umat melalui KEP (Kursus Evangelisasi Pribadi) atau SEP (Sekolah Evangelisasi Pribadi) menjadi anugerah tersendiri bagi pengembangan karya pewartaan. Melalui gerakan ini, ada sebuah sapaan dan ajakan kepada militansi hidup beriman dewasa ini yang penuh tantangan dan gerusan arus modernisasi. Model ini menjadi berkembang dan ada upaya tindak lanjut untuk menghubungkan dengan kegiatan keparokian dan pengayaan pengetahuan iman Katolik di wadah atau kegiatan lainnya.

Yubileum Katekis 2016

Oleh karena itu pemberdayaan bagi para katekis sukarelawan sangat penting dikembangkan. Pemberdayaan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi katekis untuk menjadi fasilitator yang mampu membuat sebuah alternatif proses katekese yang menarik dan berisi. Peran ini harus dikembangkan, tidak terbatas pada katekese inisiasi, melainkan juga pengembangan peran katekis untuk merumuskan refleksi dan metodologi di dalam katekese lanjut. Dalam pemberdayaan ini, seorang katekis diharapkan mampu meneruskan tidak sekedar ajaran melainkan juga pembinaan Kristiani seutuhnya, dengan mengembangkan tugas inisiasi, pendidikan dan pengajaran, seorang katekis diharapkan mampu menjadi guru, pendidik dan saksi-saksi iman secara bersamaan.

Pemberdayaan katekis dimaksudkan juga agar ada pembaruan secara terus menerus terhadap metode, bentuk, cara dan isi karya katekese. Tujuannya agar katekese selalu berorientasi dan peka terhadap situasi dan perkembangan yang sesuai dengan hidup dan budaya umat. Begitu juga, katekese dapat kembali lagi kepada kekhasannya sebagai pengajaran dan pendewasaan iman, dengan pola-pola katekese yang utuh dan menyeluruh.

Pemberdayaan katekis sukarelawan tersebut juga dimaksudkan agar ada perubahan dalam pola kerja katekis di paroki. Tujuannya, meningkatkan tata perencanaan, pengkoordinasian dan keberlanjutannya. Agar karya pewartaan melibatkan beberapa sumber daya yang ada, seperti kaum muda, para guru, aktivis lingkungan, pengurus dewan paroki, pastor dan lain sebagainya yang terkait, dan yang saling berkerjasama mulai dari perancangan, pelaksanaan, sampai evaluasi, supaya kegiatan hidup menggereja menjadi kegiatan yang berdimensi personal sekaligus kolektif. Berdasarkan pengelolaan dan pola kerja yang baik, diharapkan ada upaya regenerasi atau kaderisasi. Regenarasi atau kaderisasi merupakan prinsip dasar bahwa seluruh aktivitas mempunyai keterbatasan akan waktu, kondisi serta potensi.

Komkat KAS 2019

CATATAN TAMBAHAN

Bahan Presentasi Panggilan sebagai katekis paroki
Silahkan Scan QR-Code ini untuk mendapatkan bahan presentasi secara digital