Pemuda Katolik: Keberagaman Bukan Penghalang, Tapi Kekuatan

Twitter
WhatsApp
Email
Pemuda Katolik Komisariat Cabang Kota Semarang kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga toleransi dan keberagaman. Hal tersebut diwujudkan melalui keikutsertaan mereka dalam kegiatan Peace Project yang diinisiasi Global Peace Youth Indonesia (GPYI) di Klenteng Hoo Hok Bio, Gang Cilik No.7, Semarang, Minggu (21/9).

Semarang – Pemuda Katolik Komisariat Cabang Kota Semarang kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga toleransi dan keberagaman. Hal tersebut diwujudkan melalui keikutsertaan mereka dalam kegiatan Peace Project yang diinisiasi Global Peace Youth Indonesia (GPYI) di Klenteng Hoo Hok Bio, Gang Cilik No.7, Semarang, Minggu (21/9).

Tiga Pemuda Katolik bersama Andy Biokong Klenteng. (Foto PK)

Kegiatan lintas agama bertema “One Human Family” ini menghadirkan 30 pemuda dari berbagai agama dan kepercayaan, antara lain Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, hingga Penghayat. Selain itu hadir pula organisasi lintas iman seperti Pemuda Katolik dan Gemapakti.

Medafa Arung Palaga ketua Pemuda Katolik Komcab Semarang menegaskan keberagaman adalah kekuatan.

Ketua Pemuda Katolik Komcab Semarang, Medafa Arung Palaga atau akrab disapa Dafa, menegaskan bahwa perbedaan tidak seharusnya menjadi penghalang. “Di tengah tantangan zaman, kegiatan seperti ini menjadi oase yang menyejukkan dan memperkuat semangat Bhinneka Tunggal Ika. Ini juga menjadi pembelajaran bagi pemuda lintas iman untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua GPYI Kota Semarang, Chaerina Pangestika, menekankan pentingnya menjaga persatuan melalui dialog dan kerja sama. “Di tengah isu-isu intoleransi, kami percaya bahwa saling menghargai adalah kunci membangun masa depan yang damai dan berkeadilan, khususnya di Semarang,” ungkapnya.

Andy sebagai Biokong Klenteng Hoo Hok Bio saat memberikan arahan kepada peserta GPYI).

Kegiatan diawali sambutan Andy, Biokong Klenteng Hoo Hok Bio, yang menegaskan bahwa klenteng bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga ruang dialog dan persaudaraan. Peserta kemudian mengikuti tur budaya mengenal arsitektur dan simbol-simbol ajaran Konghucu, dilanjutkan permainan kelompok di Pasar Gang Baru untuk memperkuat interaksi antar pemuda lintas iman.

Acara ditutup dengan dialog peserta yang menghasilkan komitmen bersama untuk menjadikan Semarang sebagai kota yang rukun, damai, dan menjadi contoh toleransi bagi daerah lain. (BD Elwin)