Kulon Progo 20 Juli 2025, Judul tema diatas digunakan sebagai panduan dalam buku panduan bagi umat di Keuskupan Agung Semarang dalam menanggapi Bulan Ajaran Sosial Gereja (ASG) di bulan Agustus.
Gereja adalah paguyuban orang-orang yang percaya kepada Kristus, dan paguyuban itu hidup dan berbuat sesuatu. Paguyuban hidup karena bersatu dengan Kristus, seperti ranting yang bersatu dengan pokok anggur. Persatuan tersebut terlaksana secara penuh dalam ekaristi. Maka dikatakan bahwa Gereja berciri “ekaristis”, demikian disampaian oleh Romo Rosarius Sapto Nugroho, Pr Ketua Komisi Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan Yogyakarta Barat dalam sosialisasi buku panduan ASG yang berlangsung di Aula Paroki Santa Perawan Maria Tak Bercela, Nanggulan.
Dihadiri perwakilan tiap paroki yang ada di Kevikepan Yogyakarta Barat lebih lanjut Romo Sapto menyampaikan paguyuban itu hidup berarti berbuat sesuatu, yang tujuannya adalah memuliakan nama Tuhan dan membuat kasih Tuhan semakin nyata dalam hidup manusia. Yang berarti Gereja harus membangun kehidupan bersama yang bermartabat, sejahtera, dan beriman. Inilah yang dimaksudkan sebagai ciri gereja secara “politis”.
Gereja yang ekaristis sekaligus politis ini perlu diwartakan, didalami, dan dipahami kepada seluruh umat, terlebih dalam kesempatan bulan Ajaran Sosial Gereja dimana hati nurani dipanggil oleh ajaran sosial ini untuk mengakui dan memenuhi kewajiban-kewajiban keadilan dan cinta kasih di dalam masyarakat.
Kemajuan zaman menuntut semangat ‘merasul kaum awam’ yang tidak kalah besar, Ajaran Sosial Gereja menjadi roh yang mengilhami keterlibatan umat Katolik dalam keterlibatan di masyarakat; cahaya Injil yang dipancarkan dalam ajaran sosial Gereja pada masyarakat menerangi semua orang, dan setiap hati nurani dan akal budi.
“Bersatu dengan Kristus” lebih menunjuk arah ke dalam, yaitu usaha untuk membangun kesadaran dan semangat kekatolikan. “Berbuah” lebih menunjuk arah keluar, yaitu semangat kerasulan: peran umat katolik dalam menata kehidupan bersama menjadi kehidupan yang menghormati dan menyejahterakan semua orang; bukan sekedar tindakan/kegiatan karitatif semata.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pertemuan Katekesae Bulan Kebangsaan tahun 2025 ini dibagi dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas keluarga sebagai tempat tumbuhnya kekatolikan dan semangat kerasulan. Pertemuan kedua membicarakan lingkungan sebagai komunitas basis Gerejawi yang umatnya langsung bersinggungan dengan kehidupan konkret di tengah masyarakat. Buku panduan ini lebih bersifat pemicu dialog/diskusi bagi umat. Dan di akhir diskusi di tiap lingkungan umat dimohon untuk menuliskan hasil diskusi melalui link g-form yang telah di sediakan.