Kemah Budaya Wujudkan Budaya Baik

Twitter
WhatsApp
Email
Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta dalam rangkaian kegiatan HUT ke 106 tahun mengadakan kegiatan Jambore Penggalang Kanisius di Bumi Perkemahan Prambanan.

Pendidikan kepramukaan adalah salah satu proses pembelajaran membentuk kepribadian, kecakapan hidup dan akhlak mulia sesuai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma. Hal tersebut senada dengan Misi Yayasan Kanisius yaitu menyelenggarakan pendidikan yang unggul agar peserta didik berkembang menjadi pribadi yang pancasilais, cerdas, dan berkarakter. Sekolah-sekolah Kanisius merupakan yayasan perintis pendidikan milik Keuskupan Agung Semarang yang pengelolaannya dipercayakan kepada Serikat Jesus.

Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta dalam rangkaian kegiatan HUT ke 106 tahun mengadakan kegiatan Jambore Penggalang Kanisius di Bumi Perkemahan Prambanan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 16 sampai 18 Oktober 2024 dan diikuti oleh 1.008 peserta dari seluruh sekolah Kanisius di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepanitiaan Jambore Penggalang ini melibatkan 102 pembina dari semua sekolah tersebut. Sekolah Kanisius di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam 6 KSK (Komunitas Sekolah Kanisius), yaitu Kulon Progo, Sleman Barat, Sleman Timur, Kota Yogyakarta, Bantul, dan Gunungkidul.

Jambore Penggalang Kanisius tahun ini dikemas dalam tajuk Kemah Budaya. Hal tersebut yang melatarbelakangi terpilihnya Bumi Perkemahan Candi Prambanan sebagai tempat diadakannya acara. Adik-adik penggalang dikenalkan berbagai peninggalan bersejarah yang ada di komplek Candi Prambanan dengan melakukan jelajah candi. Selain itu, mereka juga diajak untuk menyaksikan Sendra Tari Ramayana sebagai salah satu peninggalan budaya Indonesia. Lebih luas lagi, pengenalan kebudayaan nasional dilakukan melalui kegiatan Defile Nusantara yang diperankan oleh adik-adik dari 6 KSK tersebut. Pembagian wilayah Defile Nusantara sebagai berikut:

  1. KSK Kulon Progo mengusung budaya Sulawesi
  2. KSK Sleman Barat mengusung budaya Bali
  3. KSK Kota Yogyakarta mengusung budaya Papua
  4. KSK Bantul mengusung budaya Kalimantan
  5. KSK Sleman Timur mengusung budaya Sumatra
  6. KSK Gunungkidul mengusung budaya DIY

Pada saat defile adik-adik penggalang masing-masing KSK menampilkan berbagai pertunjukan kesenian daerah sesuai dengan pembagian yang sudah diberikan. Tari-tarian dan nyanyian daerah menyemarakkan Defile Nusantara siang itu.

Jambore Penggalang Kanisius tahun ini juga mengusung kearifan lokal Yogyakarta melalui kegiatan wisata kuliner tradisional yang menyuguhkan makanan-makanan tradisional khas Yogyakarta, seperti peyek belut, jadah tempe, slondok, madu mangsa, manggleng, marning, dan sebagainya.

Rangkaian kegiatan Jambore Penggalang Kanisius ini diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo J. Heru Hendarto, SJ sebagai selebran utama serta konselebran Rm. Aria Dewanto, SJ, Rm. Thomas Surya Awangga, SJ, Rm. Azismardopo Subroto, SJ, Rm. Herman Yoseph SS, Pr, dan Rm. AR. Yudono Suwondo, Pr. Setelah perayaan ekaristi, acara dilanjutkan dengan upacara pembukaan.

Kepala Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta Ibu Nur Sukapti, S.Pd melakukan pemukulan gong yang diikuti dua kali tepuk pramuka oleh seluruh peserta menjadi tanda dibukanya kegiatan. Upacara pembukaan diakhiri dengan laporan persiapan pelaksanaan kegiatan Jambore Penggalang Kanisius oleh Kak Yanuar Setyarso dan Kak Kensi Jati Hananingrum selaku ketua 1 dan 2.

Jambore Penggalang Kanisius kali ini mengusung tema “Penggalang Kanisius Tak Gentar” yaitu Penggalang Kanisius Terlibat Aktif, Generasi Tangguh, dan Reflektif. Dengan tema tersebut, adik-adik penggalang Kanisius diharapkan dapat terlibat aktif, tangguh dan reflektif dalam menghadapi tantangan jaman saat ini. Perkemahan ini dikemas dengan dinamika kampung, di mana pada setiap kampung dipimpin oleh lurah dan carik. Dalam dinamika kampung ini dilakukan banyak kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat menumbuhkan karakter tangguh, pantang menyerah, tidak rapuh, serta selalu gembira. Selain itu, adik-adik penggalang dilatih menjadi Generasi Reflektif sebagai salah satu penguatan nilai dasar Kanisius (Kedisiplinan, Keunggulan, Kepedulian, Kejujuran, dan Kemerdekaan). Dalam kegiatan perkemahan Jambore Penggalang Kanisius ini adik-adik diajak untuk berefleksi dan merumuskan aksi sebagai tindak lanjutnya. Harapannya, kegiatan refleksi dan aksi ini menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Jambore Penggalang Kanisius para pembina pendamping menemani adik-adik penggalang untuk berpetualang selama tiga hari dua malam. Kakak-kakak pembina memfasilitasi adik-adik untuk bekerjasama dan peduli terhadap teman serta lingkungan. Kepedulian lingkungan diwujudkan dengan menjaga kebersihan dan kerapian tenda serta pemilahan sampah di kampung masing-masing. Selain itu, adik-adik penggalang juga diajak bergembira melalui fun game dan dinamika keterampilan kepramukaan. Hal-hal tersebut tak lain adalah Implementasi UAP (Universal Apostolic Preferences) yakni menemani kaum muda menciptakan masa depan yang penuh harapan dan bekerjasama dalam merawat bumi rumah kita bersama.

Kegiatan Jambore Penggalang Kanisius ini mengutamakan keamanan dan keselamatan bagi para peserta kemah maupun pembina pendamping (Budaya Aman). Panitia bekerjasama dengan Rumah Sakit Panti Rini dalam rangka mengantisipasi keadaan kedaruratan yang dapat terjadi selama kegiatan. Selain itu, tim P3K dari kepanitiaan juga siap memberikan pertolongan pertama sesuai prosedur keselamatan. Budaya aman juga diciptakan dengan membedakan lokasi tenda putra dan putri. Untuk tenda putra di kampung Tangguh dan Aktif sedangkan tenda putri di kampung Reflektif dan Integritas.

Jambore Penggalang 106 tahun Kanisius ini diharapkan menjadi fondasi yang kuat dalam membentuk pribadi yang cerdas dan berkarakter. Pembelajaran-pembelajaran baik dalam kegiatan Jambore Penggalang Kanisius ini diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di keluarga, sekolah, gereja, maupun masyarakat.

Penulis: Panitia Jambore Penggalang Yayasan Kanisius