Puncak 90 Tahun Paroki St. Yakobus Bantul, Terbuka Hati Membangun Persaudaraan

Twitter
WhatsApp
Email
“Selalu saja ada cara-cara yang baik dan bagus untuk menyelesaikannya. Persaudaraan harus diperjuangkan secara terus-menerus dengan sebaik mungkin. Tentu saja butuh keterbukaan hati untuk hidup dalam kasih yang ditandai pengampunan satu sama lain. Pengampunan tidak bisa ditinggalkan kalau mau membangun persaudaraan yang guyub, kompak, dan akrab,” ujar Mgr. Rubi.

Puncak hari jadi 90 tahun Paroki St. Yakobus Bantul dirayakan secara meriah pada Kamis, 1 Agustus 2024 di kompleks gereja dengan diawali perarakan dari aula SMK Putra Tama Bantul. Perayaan Ekaristi mengangkat tema “St. Yakobus Meneguhkan Iman, Memperkokoh Persaudaraan, dan Menjiwai Pelayanan”.

Perayaan dimulai dari aula SMK Putra Tama di belakang gereja.

Perayaan Ekaristi dipimpin Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko sebagai selebran utama bersama konselebran Rm. Alfonsus Rodriguez Yudono Suwondo, Pr (Vikaris Episkopal Kevikepan Yogyakarta Barat), Rm. Laurentius Dwi Agus Merdi Nugroho, Pr (Pastor Paroki St. Yakobus Bantul), Rm. Augustinus Toto Supriyanto, Pr (Vikaris Paroki St. Yakobus Bantul), Rm. Venantius Mujiono Kartasudarma, Pr (Pastor Paroki 1990 – 1998), Rm. Norbertus Sukarno Siwi, Pr (Pastor Paroki 1998 – 2003), Rm. Patricius Hartono, Pr (Pastor Vikaris Paroki 2008 – 2012), Rm. Antonius Dadang Hermawan, Pr (Pastor Vikaris Paroki 2012 – 2014), juga para imam yang berasal dari Paroki St. Yakobus Bantul, yaitu Rm. Yohanes Murjiyono, CM, Rm. Yusuf Suharyoso, SJ, Rm. Paulus Sunu Sukmono Wasi, Pr, dan Rm. Nicolaus Dibyadarmaja, SJ.

Perarakan patung St. Yakobus Tua (bin Zebedeus) dari aula SMK Putra Tama menuju ke dalam diiringi para petugas liturgi, para ketua lingkungan yang membawa vandel masing-masing, sebagian umat, serta uskup dan konselebran.

“Sekian waktu penantian kita akan perjumpaan dengan Bapa Uskup, barangkali terakhir beberapa tahun yang lalu, dengan rindu kita menantikan beliau. Pada malam ini, Bapa Uskup bisa merayakan Ekaristi puncak 90 tahun Paroki St. Yakobus Bantul,” buka Rm. Merdi.

Perarakan dari aula SMK Putra Tama menuju ke dalam gereja diiringi tari gambyong dan vandel setiap lingkungan.

Ada dua hal yang patut disyukuri, sebut Rm. Merdi, yakni anugerah penyertaan Tuhan dan kasih-Nya yang dialami seluruh umat paroki sampai usia 90 paroki yang berlokasi di Jl. Mgr. Soegijapranata 1 Bantul ini. “Kita juga bersyukur atas kebersamaan yang boleh kita bangun, persaudaraan yang kita puncaki bersama pada malam ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Mgr. Rubi mengucapkan turut berbahagia atas perayaan hari jadi ke-90 Paroki St. Yakobus Bantul. Dari data yang dibacanya, Mgr. Rubi menyimpulkan dari tahun ke tahun Paroki St. Yakobus Bantul menunjukkan perkembangan yang luar biasa, salah satunya jumlah umat mencapai 3.403 jiwa. “Ini semua terjadi karena keterlibatan umat yang sangat luar biasa,” pujinya.

Keterlibatan umat ini, tutur Mgr. Rubi, semuanya ingin memberikan diri, hati, dan tenaga untuk pembangunan Gereja. Entah dalam kepengurusan, menjadi umat biasa yang rajin dan tekun dalam aneka perayaan atau kegiatan. Ini semua menjadi kontribusi atau sumbangan yang nyata dalam pembangunan ini.

Selain umat, juga hadir para gembala yang dari waktu ke waktu terus saja ada. Mereka menjadi saksi sejarah perjalanan paroki yang selalu menunjukkan perkembangan yang semakin bagus sehingga menghasilkan umat yang luar biasa.

Angka 3.403 jiwa di atas baru yang terdaftar di paroki ini, belum termasuk umat yang berada di paroki lain, yang menjadi pewarta dan aktivis di sana. “Jumlahnya banyak sekali. Setiap kali ke mana-mana, saya berjumpa umat yang mengaku berasal dari Paroki Bantul. Ini menjadi salah satu hasil pembinaan iman dan umat dari sini pergi ke mana-mana untuk menjadi pewarta-pewarta atau aktivis-aktivis di tempat lain,” ungkap Mgr. Rubi.

Para gembala dari waktu ke waktu menjadi saksi sejarah perjalanan paroki.

“Tentu saja,” sambungnya, “perkembangan Gereja yang seperti ini tidak pernah terlepas dari campur tangan Allah sendiri. Yesus Kristus selalu ngipuk-ipuk, merawat dan membentuk kita dari waktu ke waktu.”

Pengalaman dari waktu ke waktu secara konkret, perjalanan paroki tidak selalu mulus, selalu ada masa-masa pasang surut. Ada persoalan-persoalan yang harus diselesaikan tetapi kadang tidak mudah. “Namun, Allah selalu setia mendampingi kita, entah melalui kehadiran para romo, tokoh-tokoh umat, bahkan orang-orang sekitar kita yang mencoba untuk mengingatkan dan menasihati kita,” ujar Mgr. Rubi.

Ini semua menunjukkan betapa pentingnya membangun paroki sebagai sebuah paguyuban umat beriman. Dalam paguyuban pasti ada rasa guyub, rukun, dan bersatu padu. Ketika Mgr. Rubi masih frater dan live in di Paroki St. Yakobus Bantul pada masa penggembalaan Rm. FX. Sumantoro, Pr (1982 – 1990), ia melihat perkembangan umat tidak pernah lepas dari berbagai macam persoalan.

“Selalu saja ada cara-cara yang baik dan bagus untuk menyelesaikannya. Persaudaraan harus diperjuangkan secara terus-menerus dengan sebaik mungkin. Tentu saja butuh keterbukaan hati untuk hidup dalam kasih yang ditandai pengampunan satu sama lain. Pengampunan tidak bisa ditinggalkan kalau mau membangun persaudaraan yang guyub, kompak, dan akrab,” ujar Mgr. Rubi.

Teladan St. Yakobus sangat luar biasa. Dia mencoba membangun persaudaraan di antara para rasul. “Dia pernah bersama saudaranya dan ibunya memohon kepada Yesus supaya diberi kedudukan di sebelah kanan dan kiri-Nya hingga menimbulkan konflik di antara para rasul. Namun, kemudian ada suasana hati yang damai, saling menerima, membangun persaudaraan yang baik. Paroki kita akan semakin bermakna bila kita mampu membangun persaudaraan dengan sebaik mungkin,” lanjut Mgr. Rubi.

Sementara itu, Antonius Purnawan Wijanarko selaku Ketua I Panitia HUT ke-90 Paroki Santo Yakobus Bantul menyatakan dalam Perayaan Ekaristi puncak 90 tahun ini panitia hanya menyiapkan untuk menyambut 1.000 umat, tetapi dari data yang akan hadir sampai H-1 yang terdata 1.700 umat. “Tempat duduk kapasitas 1.700 ternyata kurang, kursi cadangan sudah keluar 200, jadi kurang dari 2.000 umat yang hadir,” sebut Anton.

Pada kesempatan ini ada peninggalan panitia yang hendaknya dilanjutkan dan tidak berhenti dalam perayaan ini saja, yaitu optimalisasi website paroki, toko benda rohani yang melayani kebutuhan buku maupun benda rohani dan mewadahi UMKM paroki, serta penerbitan buku refleksi Jejak Waktu: Dulu, Kini, Esok.

“Secara pribadi saya bahagia menjadi bagian peryaan besar ini. Kebahagiaan ini semoga juga dirasakan umat Paroki St. Yakobus Bantul untuk meneladan spiritualitas St. Yakobus sekaligus mempersiapkan diri menyambut satu abad Paroki St. Yakobus Bantul pada 2034 nanti,” harap Anton.

Persembahan setiap umat wilayah diwujudkan dalam bentuk gunungan.

Di hadapan umat, Mgr. Rubi menandatangani sepuluh eksemplar buku Jejak Waktu: Dulu, Kini, Esok. Buku ini memuat sejarah, spiritualitas St. Yakobus, refleksi para imam yang pernah maupun masih berkarya di Paroki St. Yakobus Bantul, serta refleksi atas perjalanan paroki dan prediksi dalam menuju usia satu abad. Pembaca juga dapat menyaksikan video wawancara para imam dengan memindai QR code dalam buku ini. Selain itu, pembaca juga dipersilakan untuk menuliskan prediksinya sendiri bagaimana wajah Paroki St. Yakobus Bantul pada usia satu abad.

“Buku ini menjadi semacam kapsul waktu yang akan kita ‘gali’ kembali sepuluh tahun mendatang. Istimewanya, buku ini tidak hanya bisa dibaca, tetapi juga bisa ditonton videonya,” terang Yohanes Dwiatmaka, Koordinator Tim Buku Refleksi.

Writer: Willy Putranta