Luar Biasa! Hangatnya Persaudaraan dalam Misi Keberagaman Agama di Klenteng Hok An Kiong

Twitter
WhatsApp
Email
Kamis, 6 Juli 2023 – Peserta Jamnas Sekami 2023 mengadakan 3 Misi Keberagaman, salah satunya adalah Misi Keberagaman Agama. Peserta dibagi menjadi kelompok besar yang disebut dengan Medan. Bersukacita dalam

Kamis, 6 Juli 2023 – Peserta Jamnas Sekami 2023 mengadakan 3 Misi Keberagaman, salah satunya adalah Misi Keberagaman Agama. Peserta dibagi menjadi kelompok besar yang disebut dengan Medan. Bersukacita dalam kebhinekaan, 3 Medan yang menjadi satu kelompok yaitu Medan Pratama Bawil (4), Medan Madya Bawil (24) dan Medan Tamtama Bawil (14) yang mengunjungi Klenteng Hok An Kiong yang berada di tengah kota, Jl. Pemuda Nomor 100 Muntilan.

Pukul 08.55 WIB peserta berangkat dari Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan, Magelang – Jawa Tengah. Peserta yang terdiri dari 89 anak Sekami, 6 orang Pendamping Rohani dan 6 orang Angels menuju Klenteng dengan menggunakan mobil angkot yang disediakan panitia sesuai tujuannya. Keseruan naik angkot dirasakan semua peserta dari semua daerah. Meski sederhana, tapi indah untuk dikenang. Kurang lebih 35 menit perjalanan, rombongan tiba di Klenteng Hok An Kiong. Kehangatan terasa disambut langsung oleh Ketua Klenteng, Bapak Budi Raharjo, bersama Bapak Candra selaku bagian sie Kong Hu Chu berserta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) perwakilan agama Katolik, Kabupaten Magelang yaitu Bapak Thomas Wuryantoro.

Hendak memasuki rumah suci, semua peserta diberikan pengarahan terlebih dahulu agar tetap menjaga ketertiban, ketenangan dan kesopanan. “Selamat datang di Klenteng Hok An Kiong. Mari masuk ke dalam, di sana kita akan mengenal dan melihat langsung rumah ibadahnya orang Tionghoa.” tutur Bapak Candra. Para peserta masuk dan pendamping rohani memberikan cendera mata berupa topi dan syal kepada Bapak Budi Raharjo selaku ketua Klenteng.

Terpukau! Beberapa peserta mengungkapkan rasa kegembiraan saat pertama kali mengunjungi rumah ibadah orang Tionghoa. “Tempat ini bagus banget, keren! Aku jadi tahu Dewa Dewi yang ada di Klenteng ini.” ungkap Celsy, seorang peserta JamNas SEKAMI perwakilan Keuskupan Agung Pontianak. Berasal dari Keuskupan yang sama, Hugo yang juga perwakilan Pontianak berkata “Saya senang karena bisa belajar budaya-budaya dan tempat ibadah agama lain.” Berkesempatan melihat seluruh isi bangunan, semua peserta mempertanyakan arti dari Hok An Kiong. “Nama Hok An Kiong berasal dari kata-kata hok, an dan kiong. Hok itu artinya bahagia, An itu selamat dan Kiong artinya istana. Jadi Klenteng sini memiliki nama yang keren. Siapa saja yang masuk diharapkan bahagia dan selamat, begitu.” ungkap Pak Candra.

Penasaran dengan sebuah benda yang cukup besar, para peserta tidak segan untuk bertanya. “Pak, wadah besar seperti mangkuk itu apa ya Pak?” ungkap salah seorang anak Sekami. “Ini adalah Hio-lo, ini tempat untuk menancapkan hio atau dupa. Terbuat dari bahan perunggu. Beratnya 3,8 ton dengan panjang 158 cm dan 188 cm diameternya”, jawab Pak Budi. Klenteng Hok An Kiong ini ternyata memiliki Hio-lo terbesar di Asia Tenggara yang dibuat pada tahun 2002.

Ingin mengenal lebih dalam mengenai Klenteng yang dikunjungi, para peserta berkumpul di tengah halaman untuk mendengar penjelasan dari Pak Budi dan Pak Candra. Dalam sharingnya, Pak Candra menyampaikan bahwa Klenteng adalah rumah ibadah tempat pemujaan roh. “Tempat ibadah ini menaungi 5 ajaran, yaitu ajaran Kepercayaan Rakyat (folk religion), ajaran Tradisi Perdukunan dan ajaran Tri Dharma  terdiri dari 3 yaitu ajaran Kong Hu Cu, pemeluk agama Buddha dan penganut Taoisme.” jelasnya. Dharma adalah sebuah ajaran atau tuntunan yang apabila kita laksanakan, akan mendekatkan diri kita pada Gusti Allah dan membuat kita bahagia.

Klenteng identik dengan warna dan ornamen bangunannya, hal senada diutarakan oleh salah seorang pendamping Sekami. “Kalau boleh tahu Pak, apa makna warna-warna yang ada di Klenteng ini?”. Dilihat dari sisi bangunannya, Klenteng ini memiliki Panca Warna yaitu merah menyimbolkan roh, kuning simbol tanah, putih simbol logam, hitam melambangkan air dan hijau tanda kayu. Beberapa peserta juga bertanya tentang isi tentang Dewa Dewi yang ada di dalam Klenteng. Banyak juga yang penasaran dengan patung perempuan yang ada di Klenteng. “Saya mau bertanya Pak, tadi saya melihat patung Kwan Im. Dalam agama katolik ada yang namanya Bunda Maria, apakah dalam agama Buddha juga ada Bunda Maria nya Pak?” tanya seorang sekami. “Kwan Im adalah seorang Dewi yang melambangkan cinta kasih” jawab Pak Budi.

Belajar mengenal agama yang berbeda, menjadi kesan tersendiri bagi para peserta yang mengunjungi Klenteng ini. Gabriel, seorang sekami perwakilan Keuskupan Surabaya merasakan hal serupa. “Dari sini aku belajar banyak sih tentang agama Kong Hu Chu itu seperti apa dan mengenal makna-makna nya lebih dalam. Tidak hanya anak dan remaja misioner yang memiliki kesan atas kunjungan ke Klenteng ini. Bruder Yustinus, CSA sebagai pendamping rohani menyampaikan bahwa sangat senang karena diberi kesempatan mengunjungi Klenteng ini. “Disini bisa belajar banyak hal mengenal tentang budaya Tionghoa, diperkaya juga dengan penjelasan dari pemilik atau penanggung jawab Klenteng ini. Hal ini adalah kebahagiaan tersendiri bagi kami sebagai pendamping.” ungkapnya.

Bersyukur atas kunjungan persaudaraan lintas agama, ketua Klenteng Hok An Kiong, Bapak Budi Raharjo memberikan cendera mata kepada Jamnas Sekami 2023. Sebagai tanda kasih dalam “Berbagi Sukacita Injil dalam  Kebinekaan : Bersahabat, Terlibat, Menjadi Berkat”, Jamnas Sekami 2023 juga memberikan plakat cendera mata bertuliskan Jamnas Sekami 2023 sebagai tanda kenang-kenangan untuk Klenteng Hok An Kiong. Cendera mata tersebut diberikan langsung oleh Romo Pendamping Rohani. Persaudaraan juga dirasakan oleh 3 Medan yang hadir yaitu Medan Pratama Bawil (4), Medan Madya Bawil (24) dan Medan Tamtama Bawil (14). Sebagai ungkapan syukur, mereka memberikan sebuah souvenir kepada ketua Klenteng.

“Melalui Jamnas Sekami 2023, khususnya Misi Keberagaman Agama dalam kunjungan ke Klenteng Hok An Kiong ini, anak-anak Sekami bisa menghargai perbedaan, selain agama dan keyakinan mereka sebagai Katolik. Semoga kedepannya kita dan kami makin hari menghargai perbedaan. Bukan berarti melunturkan iman dan kepercayaan, justru melalui kunjungan seperti ini semakin memperkuat dan memperdalam imannya pada Tuhan.” tutur Romo Ayub Ninung selaku Pendamping Rohani dari Keuskupan Agung Ende. Hal serupa disampaikan oleh para pendamping yang menaruh harapan terbaik untuk anak dan remaja misioner yang mengikuti Jamnas 2023.