Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: Berjalan Bersama untuk FIBB

Twitter
WhatsApp
Email
Temu Pastoral (Tepas) 2023 hari kelima masih diadakan di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) pada Jumat (24/11). Kini, giliran Kevikepan Kedu yang berpartisipasi pada Tepas yang mengusung tema Tinggal dalam Kristus dan Berbuah:

Temu Pastoral (Tepas) 2023 hari kelima masih diadakan di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) pada Jumat (24/11). Kini, giliran Kevikepan Kedu yang berpartisipasi pada Tepas yang mengusung tema Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: Berjalan Bersama untuk Forum Iman Berjenjang dan Berkelanjutan. Peserta yang hadir pada Tepas hari ini berjumlah 139 jiwa, terdiri dari 10 paroki mandiri, 1 kuasi paroki, 1 paroki administratif, dan 1 stasi.  

Tepas dibuka dengan sesi menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars Keuskupan Agung Semarang yang disusul doa pembuka. Romo Vikaris Jenderal (Vikjen) KAS, Romo Yohanes Rasul Edy Purwanto mengisi sesi pengantar Tepas 2023. Beliau menyampaikan muara Forum Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB), yaitu informasi (pengetahuan dan pemahaman), formasi (pembentukan), dan transformasi (perubahan menuju kesempurnaan hidup kristiani). 

Romo Edy juga menekankan pentingnya pemahaman umat mengenai fokus pastoral 2024 Keuskupan Agung Semarang, yaitu Forum Iman Berjenjang dan Berkelanjutan. ‘Berjenjang’ atau dalam istilah bahasa Latin disebut Khronos, dimengerti sebagai urutan waktu sesuai kelompok umur. ‘Berkelanjutan’ atau dalam istilah bahasa Latin disebut Khairos, dimengerti sebagai kesinambungan yang tak pernah putus.

“Keuskupan Agung Semarang tidak hanya fokus pada program, tetapi juga pada orang (based on person). Maka, tugas kita untuk menemukan simpul-simpul pokok FIBB dan merancang langkah konkret,” tegas beliau. 

Setelah pengantar, Mgr. Robertus Rubiyatmoko menjelaskan gerak langkah pastoral Keuskupan Agung Semarang. Beliau juga menunjukkan keprihatinan Gereja KAS dengan memaparkan data umat yang berpindah agama dalam rentang waktu 3 tahun terakhir (2021-2023) berjumlah 2202 umat. Keprihatinan inilah yang turut menggerakkan betapa pentingnya Formasi Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB). Salah seorang pendamping PIUL (Pendamping Iman Usia Lanjut) turut menyuarakan keprihatinan tersebut. 

“Dengan melihat data yang dipaparkan Bapak Uskup, saya sebagai orangtua sungguh prihatin (karena) banyak OMK yang keluar dari iman Kristiani yang mana alasan pernikahan lebih mendominasi. Saya sebagai pendamping PIUL juga ingin mendampingi OMK untuk (lebih) beriman pada Kristus. Untuk orang usia lanjut, kami ingin keimanan lebih mendalam dalam rangka mempersiapkan rumah abadi,” kata Lucia Esthi Handayani, pendamping dari Paroki Mertoyudan. 

Acara dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab, diskusi kelompok, dan pleno yang dimoderatori Romo Bonifasius Yuniarto Nugroho, Pr. Diskusi ini dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai pembagian rayon yang ada di wilayah Kevikepan Kedu. Sebelum sesi pleno dimulai, peserta diajak bermain game oleh OMK Muntilan. Pada pleno ini perwakilan rayon memaparkan hasil diskusi perihal FIBB. Beberapa diantaranya menyoroti fenomena digitalisasi dan peran OMK yang masih butuh perhatian dan treatment yang tepat sesuai kekhasan generasi Z dan Millenial. 

Para romo di Kevikepan Kedu turut menyumbangkan aspirasi sekaligus rencana pastoral. Beberapa diantaranya, yaitu digitalisasi bahan pendampingan iman; ketersediaan materi program Imam Mengajar; persiapan tutor sebaya, dll. Romo Antonius Dodit Haryono, Pr. selaku Vikep Kedu menegaskan bahwa umat Katolik tidak hanya sebatas Cerdas, Tangguh, Misioner, dan Dialogis (CTMD), tetapi juga harus memiliki semangat militan. Romo Dodit juga memaparkan kaleidoskop Kevikepan Kedu selama tahun 2024.

Sebelum Tepas ditutup, Ketua Komisi Liturgi Kevikepan Kedu, Romo Hieronymus Rony Suryo Nugroho, Pr. menyosialisasikan perihal tata cara liturgi baru yang meliputi TPE, mazmur, dan tata gerak liturgi. Umat dan para romo diberi pilihan untuk menggunakan  mazmur yang sesuai kebutuhannya masing-masing, termasuk tata gerak liturgi. 

Pada Tepas tahun ini, peserta diajak untuk menjadi pewarta sabda yang gembira dalam pelayanan menggereja. Oleh karena itu, dibutuhkan sinergi antar pendamping kelompok jenjang untuk terus berjalan bersama demi memetik buah-buah rohani dalam rangka mewujudkan peradaban kasih. 

Berkah Dalem.