MERTOYUDAN, KEDU- Perkembangan umat Katolik di wilayah Mertoyudan dari tahun ke tahun semakin pesat, di samping itu tidak terasa Paroki Santo Yusup Pekerja Mertoyudan, Kabupaten Magelang, jawa Tengah, pada Minggu, 28 September 2025 telah memasuki usia ke 69.
Sejarah awal berdirinya Paroki St. Yusup Pekerja Mertoyudan tidak bisa begitu saja terlewatkan, berawal dari karya misi di Muntilan, yakni Romo Franciscus Gregorius Josephus Van Lith, SJ atau yang lebih dikenal dengan Romo Van Lith.
Mendirikan sekolah pendidikan guru 4 tahun berbahasa Jawa/Indonesia pada tahun 1900 bernama Kweekschool, kemudian sekolah pendidikan guru 6 tahun berbahasa Belanda tahun 1904 lalu sekolah pendidikan guru-guru kepala pada tahun 1906. Sekolah itu ada untuk mempersiapkan calon-calon guru sekolah dasar atau SD.

Buah karya Romo Van Lith, SJ di Muntilan pengaruhnya melebar hingga wilayah Mertoyudan, waktu itu ketika tahun 1941, tepatnya di Pasaranyar Sumberrejo Mertoyudan didirikan sekolah misi atau Sekolah Dasar (SD) Kanisius Sumberrejo I. Tenaga pengajarnya kebanyakan guru-guru yang berasal dari lulusan Sekolah Guru Kweekschool Van Lith.
Para guru muda lulusan Van Lith ini hidup membaur dengan masayakat sekitar seraya mengenalkan nilai-nilai dan cara hidup Katolik. Melalui kehidupan para guru tersebut yang menyatu dengan masyarakat maka terbentuklah kelompok-kelompok orang Katolik.
Adanya Seminari Menengah Mertoyudan sebagai tempat pendidikan para calon Imam juga membawa dampak bagi perkembangan umat Katolik di wilayah Mertoyudan dan sekitarnya. Pencatatan pertama yang termaktub dalam buku baptis paroki dimulai sejak 20 Juli 1952 menyebutkan.
Romo Th. Van der Putten, SJ pada tahun 1954 menggagas usaha untuk mendirikan Gereja bagi umat Katolik di Mertoyudan. Tepat di bulan Januari 1956 maka dimulailah pembangunan Gereja seluas 485 m2 dan proses pembangunan selesai pada bulan Agustus di tahun yang sama.
Pada tanggal 29 September 1956, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ memberkati dan meresmikan gereja itu dan nama pelindung yang dipilih adalah Santo Yusup Pekerja. Pada saat proses pemberkatan tersebut Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ mengungkapkan, “Dengan diberkati Gereja ini, umat Mertoyudan menjadi paroki yang mandiri”.
Pernyataan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ tersebut lantas menjadi dasar umat Katolik di Mertoyudan untuk membangun kemandirian sebagai sebuah Paroki hingga saat ini. Maka, sejak tanggal 29 September 1956 itulah, Paroki Santo Yusup Pekerja Mertoyudan resmi berdiri.

Dalam perayaan ke 69 tahun di hari Minggu, 28 September 2025 ini dikemas dengan tajuk acara Harmoni 69th, Harmoni berarti keselarasan, kesesuaian, kita yang terdiri dari berbagai macam orang juga kelompok, berjalan bersama mewujudkan tujuan yang sama yakni Paroki.
Ditemui tim Komsos Kevikepan Kedu Ketua Panitia Harmoni Ignatius Ferryanto Minggu, 28 September di ruang sekretariat paroki menegaskan, ‘’Kita berharap kegiatan ini bisa memantik semangat umat lebih guyub dan beraksi untuk membangun Gereja baru, semua ini adalah kegiatan sosial yang menjadi modal kekuatan kami demi proses pembangunan Gereja’’.
Masih di tempat dan waktu yang sama Ketua Pembangunan B. Budi Waskito mengungkapkan,’’Perayaan HUT ke-69 Paroki Santo Yusup Mertoyudan adalah momen peringatan dan penggalangan dana untuk pembangunan Gereja yang baru, sesuai dengan kebutuhan pelayanan Pastoral’’.
‘’Maka di momen 69th ini mari kita bersama bergandengan tangan kita wujudkan satu tekad kita untuk membangun kawasan pastoral ini, semoga rahmat Tuhan menyertai kita dan perayaan ini menumbuhkan semangat persatuan harmoni persaudaraan diantara kita,” begitu yang disampaikan Romo Antonius Abas Kurnia Andrianto, Pr pastor Paroki Santo Yusup Pekerja Mertoyudan di tengah kemeriahan perayaan itu.
Dalam perayaan Harmoni 69th kali ini menampilkan pentas seni dari berbagai macam penampilan mulai dari kesenian daerah oleh Sekolah Dasar atau SD Kanisius Sumberrejo 2, kesenian daerah jathilan dan kuda lumping dari beberapa lingkungan, penampilan keroncong Orang Muda Katolik atau OMK, juga penampilan musik Seminari Mertoyudan. Tak lupa untuk kanak-kanak juga diajak untuk lomba mewarnai dengan hadiah menarik.
Acara itu juga semakin semarak dengan bintang tamu Klungdut Imatuka dari Paroki Sumber, Dukun, Jawa Tengah, asuhan Pak Bagong. Selain itu juga penonton atau para umat Katolik disuguhkan service kendaraan gratis, tes mengemudi kendaraan gratis, dan bazar Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM Paroki.
Penulis: G.Harry Nugroho
Editor: Masukanulis