Mertoyudan, 06/07/2023 – Sembilan angkot melaju menuju Museum Misi Muntilan pada Kamis, 6 Juli 2023 pukul 08.15. Keluar meninggalkan komplek Seminari Mertoyudan dimana Jambore Nasional SEKAMI 2023 dipusatkan, masing-masing angkot mengantarkan 11 orang yang terdiri dari para peserta, animator, dan pembimbing rohani. Mereka semua merupakan kelompok 7. Gabungan dari 3 Bawil, yakni Bawil St. Bartolomeus, St. Caecilia, dan St. Theresia Kanak-Kanak Yesus. Romo Kleopas Sondegau menjadi leader rombongan.
Bukan SEKAMI namanya bila tanpa kunjungan misi. Kunjungan misi merupakan wujud nyata dimana para peserta diterjunkan untuk semakin menumbuhkan dan mempraktekkan semangat bermisi, Nah, Museum Misi Muntilan adalah salah satu lokasi yang menjadi tujuan para peserta Jambore Nasional SEKAMI 2023. Sebagai Bethlehem van Java, Museum Misi Muntilan yang Bernama lengkap Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner” diharapkan menjadi tempat yang mampu menjadi inspirasi dan pemantik spirit misioner bagi para peserta.
Kendati hari kedua Jambore Nasional SEKAMI 2023 telah menguras banyak tenaga, para peserta dan pembimbing yang tergabung dalam kelompok 7 masih tetap bersemangat. Mengenakan kaos seragam, mereka membawa serta souvenir yang telah dipersiapkan malam sebelumnya.
Sesampainya di tujuan, sebagai Pimpinan Museum Misi Muntilan, Romo Fransiskus Yunarvian, Pr yang akrab disapa Romo Yuyun menyambut rombongan peserta. Dipandu oleh Romo Kleo, perwakilan masing-masing Bawil menyerahterimakan cenderamata kepada pihak Museum Misi Muntilan yang diwakili oleh Romo Yuyun.
Ternyata, selain ke museum, ada 2 tempat lain yang dipersiapkan untuk dikunjungi oleh para peserta, yakni Aula Museum Misi dan Kerkof Muntilan. Masing-masing Bawil akan mengunjungi tiap-tiap titik bergantian. Untuk giliran pertama, Bawil St. Bartolomeus ditempatkan di Aula Museum Misi Muntilan, Bawil St. Caecilia di Museum Misi Muntilan, sedangkan Bawil St. Theresia Kanak-Kanak Yesus menuju Kerkof Muntilan.
Di dalam Aula Museum Misi Muntilan, Romo Yuyun memberikan penjelasan singkat mengenai sejarah kekatolikan di Tanah Jawa, khususnya di Magelang. Diputarkan pula film mengenai Romo Van Lith, misionaris Belanda yang membawa agama Katolik ke tanah Jawa khususnya Magelang.
“Bagi Romo Van Lith, bermisi itu berarti keluar dari Belanda untuk memperkenalkan kekatolikan di Magelang. Sementara bagi kita yang berada disini, misi Romo Van Lith ialah masuknya kekatolikan di Tanah Jawa, khususnya Magelang,” kata Romo Yuyun pada pemaparan singkatnya mengenai misi.
“Bermisi berarti keluar. Bukan saja secara geografis, tetapi juga ketika kita keluar dari dalam diri, meninggalkan kenyamanan diri,” katanya lagi. “Sebagai remaja, misi SEKAMI ialah belajar, bersahabat, dan berbagi berkat,” simpulnya.
Sementara di Aula Museum Misi Muntilan dan di Museum Misi Muntilan para peserta disuguhkan lebih banyak kisah mengenai Romo Van Lith dan Kisah Pembaptisan 171 orang yang mengawali dan menyelamatkan misi Katolik di Tanah Jawa, di Kerkof pesertadiperkenalkan Romo Sanjaya beserta para imam dan biarawan yang telah meninggal namun memberi banyak sumbangsih terhadap perkembangan kekatolikan Indonesia.
Pukul 12.20, masih menggunakan angkot yang sama, rombongan bergerak pulang menuju Seminari Mertoyudan.
“Luar biasa. Keren. Saya bahagia sekali mengunjungi tempat ini. Meski bukan gereja Katolik tertua, namun tempat ini merupakan gereja pertama bagi pribumi di Tanah Jawa,” ujar Sr. Maria Tuto, S.SpS.
“Seandainya ada waktu lebih lama untuk kunjungan ke tempat ini, akan lebih bagus,” imbuhnya sebelum berlalu untuk bergabung kembali dengan rombongan.