Minggu sore, 20 Juli 2025, Paroki Brayut dipenuhi semangat baru. Sebanyak 35 pendamping PIA PIR dari paroki tersebut berkumpul dalam suatu acara istimewa—kunjungan dari Komisi Karya Misioner Kevikepan Yogyakarta Barat (KKM KKI Yogyakarta Barat). Kehadiran para pendamping misioner dari Kevikepan ini membawa nuansa berbeda dalam perjalanan pembinaan iman anak-anak, yang selama ini setia mereka jalani.
Acara dibuka dengan doa pembuka yang hangat dan mengalir tulus dari hati, dipimpin oleh salah satu perwakilan pendamping dari Brayut. Doa yang sederhana namun menyatukan hati dalam sukacita dan kesiapsediaan untuk menerima berkat Tuhan melalui kegiatan hari itu. Setelah doa, suasana langsung berganti menjadi ceria dan semangat ketika tim KKM memperkenalkan animasi “Tangguh dan Gaul”—sebuah bentuk gerakan kreatif yang energik dan mudah diikuti. Para pendamping pun diajak mempraktikkannya bersama-sama. Gelak tawa dan senyuman mengalir sepanjang sesi tersebut, menjadikan aula paroki seolah dipenuhi semangat masa kanak-kanak yang riang.

Usai sesi animasi, Romo Paroki Brayut memberikan pengantar singkat tentang pentingnya mengenali wajah Allah dalam pelayanan sehari-hari. Kemudian, Romo Flo Hartanta, Pr., selaku ketua KKM Kevikepan Yogyakarta Barat, menyampaikan sambutan yang membakar semangat. Ia mengajak para pendamping untuk merenungkan kembali: wajah Allah seperti apa yang ingin mereka tampilkan di tengah anak-anak yang mereka dampingi?
Sesi utama pun dimulai. Mbak Rista dan Mbak Ella membagikan kisah menyentuh tentang pengalaman mereka menampilkan wajah Allah dalam keseharian—lewat kelembutan, kesabaran, dan kasih. Setelah itu, Tyas dan Ocha, yang bertugas sebagai MC, membagi peserta ke dalam beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok diminta untuk berdiskusi dan sharing tentang wajah Allah yang mereka temukan dari pengalaman masing-masing. Suasana menjadi hangat dan penuh refleksi. Ada yang membayangkan wajah Allah sebagai sahabat yang sabar, ada pula yang melihat-Nya sebagai pelindung di kala takut.
Setelah sesi sharing, tiap kelompok saling mendoakan satu sama lain, meneguhkan dalam iman dan pelayanan. Lalu, tantangan pun diberikan—setiap kelompok diminta membuat animasi lagu anak-anak yang menggambarkan wajah Allah menurut mereka. Lagu-lagu sederhana seperti “Cicak-cicak di Dinding” dan “Kasih Ibu” diolah menjadi media pengenalan iman yang menyenangkan. Tim KKM menekankan bahwa animasi harus mengandung tiga unsur: kata, nada, dan gerak. Tiga elemen ini dianggap efektif untuk menjangkau dan melekat di hati anak-anak.

Tak disangka, para pendamping begitu antusias! Mereka berkreasi dengan penuh semangat, menciptakan gerakan unik, lirik-lirik yang menyentuh, dan koreografi sederhana namun bermakna. Suasana aula kembali hidup dengan tawa, canda, dan semangat melayani.
Setelah semua kelompok selesai, tiap animasi dipresentasikan dengan bangga. Kelompok lain memberi tepuk tangan dan pujian satu sama lain. Tidak ada rasa bersaing, yang ada hanya semangat saling mendukung. Acara hari itu bukan hanya menjadi pelatihan, tapi juga menjadi perjumpaan yang memperkaya hati. Semua pulang dengan senyum, membawa pulang semangat baru untuk terus menghadirkan wajah Allah yang penuh kasih kepada anak-anak yang mereka dampingi.
Semoga kegiatan ini menjadi awal dari lebih banyak perjumpaan yang membentuk, menghidupkan, dan meneguhkan pelayanan para pendamping. Wajah Allah yang ramah, ceria, dan penuh kasih akan terus bersinar melalui gerak dan cinta mereka setiap minggunya, bagi anak-anak yang mereka damping, di setiap tawa, lagu, dan langkah kecil penuh iman.









