Kesenian dan kebudayaan yang sudah mengakar kuat di bumi Indoneisa saat ini memang sudah menjadi tanggung jawab bersama, terutama bagi kalangan kaum muda yang saat ini menjadi tumpuan masa depan Bangsa Indonesia.
Mengenalkan kebudayaan itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, berbagai macam kegiatan bahkan dimana pun berada.
Seperti yang terlihat dari anak-anak remaja dari Jambore Nasional Sekami 2023 ini mereka turut berbaur, berkenalan dengan kebudayaan setempat bahkan sampai mempraktekkan kesenian tersebut.
Pada hari Kamis (6/7/2023) pagi ini anak-anak Jamnas Sekami 2023 yang tergabung dari tim 5 yaitu Bawil St. Thomas, St. Monika dan St. Eufrasia mengikuti kunjungan sekaligus mengenal kebudayaan yang ada di Magelang ini dengan berkunjung ke Sanggar Bangun Budaya Magelang.
Antusias anak-anak Sekami ini sudah bisa terlihat dari saat sebelum keberangkatan bahkan sampai semangat dengan teriakan yel-yel dari masing-masin Bawil, bahkan ketika sudah sampai ke Sanggar Bangun Budaya ini pun semangat mereka masih tetap terjaga.
Kedatangan anak-anak Jamnas Sekami ini disambut oleh Mas Setyoko dan juga rekan-rekan yang tergabung dari tim Sanggar Bangun Budaya ini.
Dalam sambutan awal dari Sanggar Bangun Budaya yang langsung diwakilkan Mas Setyo mengatakan bahwa sanggar ini dibangun dengan tujuan mengumpulkan mereka yang senang dengan budaya dan ingin sekali melestarikan kebudayaan yang ada saat ini.
Lalu pengenalan singkat tentang Sanggar dibawakan oleh Mas Untung dimana menurut beliau Sanggar Bangun Budaya ini memang lebih banyak memfokuskan diri pada kesenian kedaerahan rakyat, bahkan seni kerakyatan yang memang ada di daerah Magelang itu ternyata terbilang cukup banyak serta banyak juga seni yang di adaptasi dari berbagai daerah seperti salah satunya seni tari Leak yang berasal dari Bali yang kemudian diadaptasi oleh Sanggar Bangun Budaya agar lebih dikenal luas.
Orang-orang Magelang termasuk orang yang kreatif sekali karena mampu mengadaptasikan berbagai tarian yang ada tersebut untuk dibuat dan disesuaikan dengan masyarakat Magelang. Lalu untuk di Sanggarnya sendiri ikonnya adalah seni rakyat dengan pertunjukan seni campur yang mana munculnya barengan dengan seni ketoprak.
Anak-anak Sekami ini bahkan juga diajarkan seni tari Grasak yang langsung dipimpin oleh mas Ibnu serta teman-teman perwakilan Sanggar.
Tari Grasak sendiri merupakan seni tari yang merupakan kreasi dari seni Tari Gedruk dimana penekana dari tarian ini adalah lebih kepada kekuatan kaki dimana banyak sekali ragam gerakan kaki yang akan dipakai.
Anak-anak Jamnas begitu semangatnya mengikuti latihan-latihan dari gerakan tari grasak ini walau memang ada beberapa anak yang masih bingung dengan berbagai gerakan tetapi tidak membuat semangat mereka loyo untuk bisa berusaha berlatih.
Setelah melakukan latihan dari tari Grasak ini, anak-anak per Bawil diminta untuk mampu menunjukkan hasil dari latihan mereka dari pagi ini.
Sebelum pulang dari pihak Sanggar ingin mengetahui apa saja kesan yang dirasakan anak-anak Sekami ini selama mengikuti latihan singkat untuk tarian Grasak ini.
Merry dari Keuskupan Jayapura mengatakan bahwa selama latihan tari Grasak ini memang merasakan perbedaan yang sangat kentara antara tarian dari Papua dengan tarian asal Magelang Jawa Tengah, dimana yang dia rasakan dari ciri khas sampai hal yang lainnya.
Kesan lain juga diungkapkan oleh Jensen dari Keuskupan Sintang yang mana saat dia melakukan latihan gerakan dari tari grasak ini memang baru pertama kali merasakan setiap detail gerakannya bahkan dia merasa terpukau akan setiap lini gerakan yang ada.
Acara di Sanggar Bangun Budaya kemudian ditutup dengan doa dan foto bersama sebelum akhirnya meluncur kembali ke Mertoyudan.