Salam Misioner!
Bulan Oktober merupakan bulan istimewa bagi Gereja Katolik. Selain merupakan bulan Rosario, bulan Oktober juga disebut sebagai Bulan Misi karena merupakan waktu yang didedikasikan untuk merenungkan panggilan misionaris seluruh umat Kristiani. Paus Fransiskus telah memilih tema “Misionaris Pengharapan di antara Segala Suku Bangsa” untuk Hari Minggu Misi Sedunia yang dirayakan pada tanggal 19 Oktober 2025. Tema ini menekankan pentingnya menjadi pembawa pesan dan pembangun harapan di dunia, mengikuti teladan Kristus. Selama bulan misi ini, setiap pribadi dan komunitas Kristiani diundang untuk memperbarui semangat misi mereka dan mendoakan para misionaris di seluruh dunia.
Untuk selanjutnya akan disampaikan bahan-bahan katekese mingguan tentang misi yang diambil dari bahan yang sudah dipersiapkan oleh Karya Misi Kepausan Indonesia (KKI). Bahan ini juga dapat direnungkan di dalam kelompok-kelompok/komunitas-komunitas dengan doa-doa dan pertanyaan-pertanyaan refleksi yang telah disediakan.
Selamat merenungkan panggilan misioner sebagai pribadi-pribadi yang diutus!
Katekese Misi 2025
Minggu I
Panggilan Semua Orang yang Telah Dibaptis
Melalui Sakramen Baptis, setiap orang yang percaya kepada Kristus menerima panggilan istimewa untuk ikut ambil bagian dalam misi Gereja. Baptisan bukan hanya tanda bahwa kita menjadi anggota Gereja, tetapi juga mandat untuk hidup sebagai saksi Kristus di dunia. Konsili Vatikan II dalam Ad Gentes menegaskan bahwa Gereja, digerakkan oleh Roh Kudus, terus diutus untuk mewartakan Injil kepada semua orang (Ad Gentes, 5). Artinya, tidak ada seorang pun yang dibaptis yang boleh merasa dirinya “penonton” dalam kehidupan Gereja. Semua umat dipanggil untuk berperan aktif.
Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium mengingatkan: “Semua orang yang dibaptis, apa pun kedudukan mereka di Gereja atau tingkat pendidikan mereka dalam iman, adalah pelaku-pelaku evangelisasi” (Evangelii Gaudium, 120). Baptisan saja sudah cukup untuk menjadi dasar keterlibatan dalam misi. Jadi, kita tidak perlu menunggu sampai merasa sempurna atau memiliki pengetahuan teologi yang lengkap. Dengan iman yang sederhana, dengan kasih yang nyata, kita sudah bisa mewartakan Kristus lewat cara hidup kita (bdk. Evangelii Gaudium, 120).
Lebih jauh, Paus Fransiskus mengajak Gereja menjadi “Chiesa in uscita” — Gereja yang bergerak ke luar. Beliau menulis: “saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri” (Evangelii Gaudium, 49). Artinya, kita tidak boleh berdiam dalam kenyamanan kelompok sendiri, tetapi berani melangkah ke luar untuk menjangkau mereka yang berada di pinggiran: orang miskin, yang sakit, yang terpinggirkan, dan mereka yang merasa jauh dari Gereja. St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus, pelindung karya misi, meski tidak pernah pergi ke tanah misi, tetap diakui sebagai misionaris sejati. Ia menulis: “Dalam jantung hati Gereja, aku akan dikasihi.” (Manuskrip A, 83v). Dari biara kecil di Lisieux, doa dan pengorbanannya menjadi daya rohani yang menopang banyak karya misionaris di seluruh dunia. Kesaksian ini mengajarkan kita bahwa setiap baptis, entah tinggal di kota besar atau di pelosok desa, bisa ambil bagian dalam misi melalui doa, kesaksian, dan pelayanan kecil sehari-hari.
Bagi umat Katolik Indonesia, yang jumlahnya hanya sekitar 8,6 juta jiwa atau 3% dari populasi (data Badan Pusat Statistik 2023; bdk. Agenzia Fides, 2023), kesaksian hidup menjadi sangat penting. Kehadiran kita di tengah masyarakat yang plural adalah kesempatan besar untuk menyalurkan terang Injil melalui dialog, persaudaraan, pelayanan sosial, dan kesaksian kasih. Dengan cara sederhana—seperti hidup rukun dengan tetangga, terlibat dalam kegiatan sosial, peduli pada yang menderita—kita sudah menjadi misionaris yang menghadirkan pengharapan.
Misi bukanlah sesuatu yang jauh atau rumit. Misi dimulai dari diri sendiri: dari rumah, dari lingkungan, dari pekerjaan kita sehari-hari. Baptisan menjadikan kita semua utusan Kristus. Maka mari kita jalani hidup kita sebagai saksi kasih Tuhan, agar semakin banyak orang merasakan bahwa Allah sungguh hadir dan berkarya melalui kita.
Link “Bahan Katekese Misi 2025”, KKI Indonesia diambil melalui tautan ini.