Katedral – Gereja Katedral Semarang mendapat kesempatan untuk menerima kunjungan dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, pada Sabtu, 22 November 2025 pukul 08.30 hingga 10.30. Kegiatan kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka Kuliah Visiting ke beberapa tempat ibadah. Mewakili tempat ibadah agama Katolik, mereka memilih Gereja Katedral Semarang karena merupakan gereja yang terletak di tengah kota, dengan lokasi yang strategis, dan memiliki bentuk bangunan yang ikonik.

Kedatangan mereka diawali dengan berfoto bersama di depan pintu gereja. Sayangnya, rombongan tersebut tidak dapat masuk untuk berkeliling di area dalam gereja, karena sedang ada persiapan untuk Misa Perkawinan, sehingga hanya terbatas hingga bangku belakang. Mereka diajak untuk mengamati sekaligus berdiskusi mengenai kekhasan interior Gereja Katedral antara lain, arsitektural bangunan, empat kamar pengakuan dosa, tempat doa di sisi belakang panti umat, patung Bunda Maria dan keluarga kudus Nazaret, serta tahta uskup yang terletak di panti imam.
Pastor Paroki Randusari Katedral Semarang, Romo Yosafat Dhani Puspantoro, Pr., mendelegasikan tugas untuk menerima kunjungan tersebut kepada para peserta Sekolah Katekis Muda 2025. Kala itu, peserta Sekolah Katekis Muda telah mengikuti pembekalan sebanyak 10 kali pertemuan dan baru saja melakukan kegiatan ziarah ke Museum Misi Muntilan serta Misa Pengutusan, meskipun belum genap dinyatakan ‘lulus’. Namun, melalui kesempatan yang baik ini tentu akan menjadi sebuah pengalaman yang berharga untuk memperkaya pengalaman dalam menjalankan tugas bermisi sesuai peran kaum awam.
Bermodalkan pembekalan dari berbagai materi yang disampaikan oleh para romo, perwakilan peserta Sekolah Katekis Muda yang mendampingi mahasiswa UIN Walisongo ini, mengajak mereka untuk memasuki area taman gereja yang sedang didekorasi bertemakan Bulan Arwah, sekaligus menjelaskan tentang bagaimana pandangan Gereja Katolik dalam memaknai kematian. Di sana juga terdapat tulisan yang secara lugas menjelaskan tentang konsep purgatorium serta katekese mengenai Ecclesia Militans, Ecclesia Patiens, dan Ecclesia Triumphans. Selanjutnya, mahasiswa UIN Walisongo dikenalkan nama-nama Bapa Uskup yang pernah memimpin Keuskupan Agung Semarang serta nama para romo yang pernah berkarya di Paroki Randusari melalui prasasti yang tertanam di dinding gedung pastoral.

Kegiatan berikutnya dilaksanakan di Ruang Petrus yang diisi dengan diskusi dan tanya jawab seputar ajaran kekatolikan. Para mahasiswa UIN Walisongo yang hadir mengajukan beberapa pertanyaan, di antaranya mengenai Trinitas, perbedaan Alkitab antara agama Katolik dengan Kristen Protestan, tingkatan keimanan manusia dalam ajaran Katolik, serta rahmat pengampunan dosa atau indulgensi. Perwakilan dari tim Sekolah Katekis Muda memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut secara bergantian serta memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat dan membuka Alkitab Deuterokanonika bergiliran.

Pada akhir sesi diskusi, seorang perwakilan mahasiswa UIN Walisongo menyampaikan pesan dan kesan setelah melakukan kegiatan di Gereja Katedral. Ia mengatakan bahwa ternyata diperlukan kesempatan untuk dapat belajar tentang kepercayaan di luar kepercayaan yang mereka yakini. Rasanya asyik bila dapat mengetahui kekhasan dari setiap agama. Ia merasa senang karena baru pertama kali mengikuti kegiatan untuk berkunjung ke tempat ibadah di luar agamanya. Satu hal yang ingin ia pesankan bagi orang lain, yaitu untuk merawat kedamaian maka yang dibutuhkan adalah sikap untuk saling terbuka. (Georgius Vernon Astipa)