Kulon Progo, 08 Juni 2025 — Masalah yang paling mendasar yang dihadapi saat ini adalah cara pandang manusia dalam mensikapi perkembangan ataupun pertumbuhan ekonomi mengarah pada suatu sudut pandang yang hampir seragam, yakni bahwa pertumbuhan ekonomi dijalankan se-efektif dan secepat mungkin. Dilakukan dengan proses mekanis yang didukung dengan teknologi canggih untuk sebesar-besarnya mengeksplorasi sumber daya alam demi kemajuan ekonomi, kemakmuran dan kesejahteraan. Manusia menganggap bahwa bumi dan segala isinya bisa dieksplorasi tanpa batas, ada pengandaian salah bahwa masih “tersedia jumlah energi dan sumber-sumber daya alam yang tak terbatas.
Sebagai pemadu materi pada Novena ke-5(lima) ini, Romo Adolfus Suratmo Atmomartoyo,Pr Ketua Komisi KPKC Kevikepan Yogyakarta Barat lebih jauh menyampaikan bahwa dalam sejarah kehidupan manusia keinginan tertingginya adalah ingin sama dengan Tuhan, sikap seperti itu mengakibatkan manusia terusir dari taman Eden dan harus mengusahakan kehidupannya sendiri, peristiwa ini menjadi dosa pertama manusia. (Kej. 3)
Dalam sejarah kehidupan manusia kadang untuk memenuhi hajad hidup lebih didorong pada pemenuhan keiinginan bukan kebutuhan. Dalam konteks pemenuhan keinginan, kita menyaksikan ‘semacam perkembangan situasi’ berupa hidup boros dan konsumtif, di sisi lain terjadi hal yang kontras dengan terjadinya tragedi kemanusiaan kekurangan sumber daya pangan dan terjadi kemiskinan bahkan kelaparan di belahan bumi lain.
Alam(bumi) menerima beban berat dari apa yang diusahakan manusia dalam mengupayakan kelangsungan hidupnya, dan bumi saat ini mulai bereaksi/beradaptasi dengan berevolusi atas ulah manusia, situasi yang saat ini menonjol dirasakan bersama adalah dengan meningkatnya suhu harian. Banyak aktivitas manusia untuk menanggulangi problem yang dihadapi bersama saat ini, dari tindakan pribadi sampai seminar bertaraf global tapi dampaknya belum signifikan terasa bagi perubahan yang lebih baik.
Manusia terus mengupayakan kesejahteraan dengan menjalankan pertumbuhan ekonomi yang tidak terhingga, yang memacu perkembangan teknologi yang luar biasa akhir-akhir ini. Teknologi komunikasi saat ini memberikan kenyamanan bagi manusia, memberikan mimpi-mimpi di dunia maya yang disadari atau tidak sebenarnya mengungkung dirinya sendiri. Dalam bayangan manusia dengan teknologi yang diciptakan akan memberikan dampak ekonomi yang tinggi dengan cepat dan akan menjadikan manusia lebih nyaman dan sejahtera, tetapi tanpa disadari juga akan merusak kehidupan ciptaanNya; semisal menggantikan tenaga manusia dengan robot-maka suatu saat akan menciptakan pengangguran-kesejangan ekonomi.
Dalam kesempatan lebih lanjut disampaikan oleh- Edwin Sulispriyanto, Pendiri Alam Lejar Oblat Bhumi Immaculata bahwa sumber daya yang tersedia di alam sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, dibutuhkan suberdaya daya manusia (SDM) yang memadahi untuk mengelola potensi alam sehingga memberikan nilai yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Edwin Sulispriyanto mendeklarasikan Oblat Bhumi Immaculata sebagai wadah misionaris awam yang bergerak di bidang lintas pangan dan energi lokal, berlokasi di gebyok Mojogedang Karanganyar Jawa Tengah.
Dalam sesi katekese kali ini hadir Petrus Eko Siswanto, Sunarto kepala Dukuh Karangtanjung dan YB Sutarman penasehat dari komunitas/padukuhan TPS 3R kampung iklim Nirmala Tanjung, Karangtanjung Pandowoharjo Kapanewon Sleman. Paroki St. Yohanes Paulus 2-Brayut yang telah mendapat predikat utama tingkat nasional; berbagi pengalaman pada komunitas di tingkat padukuhan dalam mengelola sampah reduce-reuse-recicle. Sampah yang dikelola dapat memberikan dampak yang nyata bagi seluruh warga, lingkungan menjadi bersih dan estetik, sampah organik yang di daur ulang menjadi pupuk organik, terlebih saat ini komunitas dikelola menjadi destinasi desa wisata ‘Kampung Iklim’ yang memberikan dampak ekonomi bagi warga.
Dalam kesempatan terakhir, Suster-Suster OSF Boro – Suster Krisentin, Suster Carola, Suter Francilia, Suster Tika berkesempatan menyampaikan sharing bagaimana komunitas menghidupi ajaran Santo Fransiskus Asisi sebagai pelindung Konggregasi Ordo Fransiskanes yang menginspirasi dokumen Ensiklik Laudato Si’.
Perayaan Ekaristi Novena ke-5 dalam rangka sepuluh tahun Laudato Si’ Indonesia dipimpin oleh Selebran Utama Rm AR Yudono Suwondo,Pr Vikep Kevikepan Yogyakarta Barat didampingi Rm A. Hendri Atmaka Pr, Rm A. Suratmo Atmomartoyo Pr, dan Rm Andika Bayangkara Pr. Dalam pesanya Rm Andika Bayangkara menyampaikan perkembangan jaman mempengaruhi pola hidup manusia menjadi konsumtif . Melalui Tema Novena kali ini kita diajak bersama untuk menyadari kembali apa yang menjadi kebutuhan dasar kita sebagai pribadi dan kebutuhan dasar bersama dalam masyarakat, yang mampu menggerakan kesadaran ini adalah Roh Kudus. Roh Kudus yang selalu membimbing para rasul (yang diperingati dalam perayaan Pentakosta minggu ini) hadir singgah di dalam hati kita masing-masing memberi kekuatan untuk menggerakan niat, tekat, kehendak budi daya untuk kembali mencintai alam ciptaanNya.
Setelah Perayaan Ekaristi usai Rm AR Yudono Suwondo,Pr, Rm A. Hendri Atmaka Pr dan Rm Andika Bayangkara, Pr, secara bersama menanam bibit pohon pocung di halaman taman doa Romo Prenthaler.(@ds)