Semarang – Kota Semarang menjadi saksi dari lautan umat yang bersukacita merayakan kebangkitan Kristus dalam Perayaan dan Karnaval Paskah 2025, Jumat (23/5/25). Lebih dari 10.000 umat Katolik dan Protestan membanjiri kawasan Kota Lama hingga Balai Kota, menjadikan jalanan pusat kota tersebut sebagai panggung iman, seni, dan keberagaman.

Ribuan peserta karnaval memulai langkah dari titik start di kawasan bersejarah Kota Lama Semarang, mengenakan pakaian khas gereja, busana tradisional, serta kostum bertema paskah seperti salib, kain kafan, dan jubah kebangkitan. Tak sedikit kendaraan hias yang dikreasi menjadi simbol visual kisah penyaliban hingga kebangkitan Yesus Kristus. Warga dari beragam agama tampak berdiri di tepi jalan, menyambut iring-iringan dengan tepuk tangan dan senyum penuh damai.

Karnaval ini menjadi magnet yang menyatukan lintas usia, lintas gereja, dan lintas sosial. Peserta karnaval meliputi lebih dari 100 sekolah, gereja, dan organisasi masyarakat ikut ambil bagian. Selain peserta jalan kaki, puluhan kendaraan hias bertema rohani dan budaya lokal turut menyemarakkan suasana.

Sebelum karnaval, telah digelar visualisasi kisah sengsara Yesus Kristus di tengah jalan Pemuda. Adegan ini diperankan oleh Orang Muda Katolik dan Protestan. Masyarakat pun antusias menontonnya.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, sebagai tuan rumah, hadir menyambut para peserta karnaval dari atas panggung kehormatan. Ia tampak melambaikan tangan dan sesekali memberikan tanda love serta tersenyum hangat kepada peserta karnaval.
“Semarang bukan hanya kota toleran secara administratif, tetapi juga kota yang merayakan iman dan keberagaman secara nyata,” ujar Wali Kota Agustina dalam sambutannya. “Perayaan ini adalah wajah kita bersama: damai, beriman, dan saling menghormati.”

Usai karnaval, rangkaian perayaan di balai kota berlanjut dengan sendratari paskah yang memukau ratusan penonton. Pertunjukan yang dimainkan sanggar tari Javayo Production Ambarawa ini merupakan sebuah tarian dramatisasi singkat yang memberikan sekilas arti Paskah. Sendratari berjudul ‘Drama Musikal Paskah, Kembali Ke Cahaya Paskah’ ini juga menampilkan tema perayaan sore itu ‘Kebangkitan Kristus Membawa Harapan bagi Semua’. Karya seni ini menyuguhkan jalan salib, kematian di Golgota, hingga kebangkitan Yesus, lengkap dengan tata cahaya dan iringan musik rohani yang menggugah.

Selain karnaval dan pertunjukan, aksi sosial turut menjadi bagian penting dari perayaan ini. Puluhan relawan membuka layanan potong rambut gratis dan pijat kesehatan, sebagai perwujudan kasih yang nyata.

Romo Eduardus Didik Chahyono, SJ, Ketua Panitia Paskah, mengatakan bahwa acara ini merupakan bentuk nyata kehadiran Gereja di ruang publik. “Iman yang tidak hanya dipeluk di altar, tapi juga di jalan, di wajah umat, dalam aksi sosial dan kebersamaan,” ujarnya.
Imam yang menyelesaikan Pasca Sarjana pada Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Center for Religious and Cross Cultural Studies di Universitas Gadjah Mada ini menyatakan perayaan iman bisa menjadi ruang dialog antaragama dan antargenerasi. Di saat banyak kota masih mencari cara merawat toleransi, Semarang justru menegaskannya dalam langkah nyata: berjalan bersama dalam sukacita dan kasih.

Doa oleh Vikep Semarang, Romo JB. Rudy Hardono, Pr. di penghujung acara menutup seluruh rangkaian kegiatan Paskah hari itu. Penutupan pun disempurnakan dengan berkat bersama oleh para romo dan pendeta yang hadir. (BD Elwin)