Menutup tahun Pelayanan Pastoral tahun 2024 dan mengawali tahun Pelayanan 2025, Keuskupan Agung Semarang melaksanakan Temu Pastoral Tahun 2024 yang dilaksanakan pada tanggal 18-22 November 2024 di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan. Temu Pastoral diadakan secara bergiliran antar 5 Kevikepan yang ada di Keuskupan Agung Semarang. Kevikepan Yogyakarta Barat mendapatkan giliran pertama kali yakni tanggal 18 November 2024.
Acara Temu Pastoral KAS di Kevikepan Yogyakarta Barat diawali oleh penyampaian Pengantar Tepas dari Romo Vikjen KAS, sebagai ketua Dewan Pastoral Keuskupan Agung Semarang, Rm. FX. Sugiono, Pr. Romo Vikjen menyampaikan tentang tujuan diadakannya Tepas KAS 2024 dan juga kilas balik tentang Tepas KAS secara online pada tanggal 1 Oktober 2024 lalu. Rm Sugi menegaskan tentang tujuan Temu Pastoral dan juga alur Tepas yang akan dilaksanakan. Tujuan Tepas antara lain adalah untuk menegaskan kembali Arah Pastoral Keuskupan Agung Semarang di tahun 2025 sebagai perjalanan dalam mewujudkan RIKAS (Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang) tahun 2016-2035. Selain itu, Temu Pastoral ini juga bertujuan untuk merumuskan sasaran strategis Program Pelayanan di Kevikepan maupun di Paroki tahun 2025. Selanjutnya, Rm Vikjen menyampaikan tentang alur dinamika Temu Pastoral 2024 yakni adanya penyampaian masukan dari Tim Litbang dan Tim Programasi Keuskupan Agung Semarang, lalu dilanjutkan penyampaian Arah Pastoral Keuskupan Agung Semarang dan ditutup oleh Peneguhan dari Bapa Uskup. Selain menyampaikan alur dinamika Tepas, Rm. Vikjen juga menyampaikan kembali sekilas hasil Tepas Online KAS 2024 yang memprioritaskan pada Semangat Kekatolikan dan Semangat Apostolik bagi umat di tengah masyarakat yang berubah. Catatan dari Romo Vikjen terkait dengan Tepas Online tersebut antara lain menegaskan semangat kekatolikan bagi umat melalui domain: pengetahuan, persekutuan, ketaatan terhadap moral Katolik, perlunya kesaksian hidup, dan hidup dalam persekutuan serta penerimaan terhadap “saudara yang hina”. Rm Vikjen menambahkan bahwa untuk menumbuhkembangkan semangat kekatolikan melalui beberapa domain diatas, maka Paroki hendaknya menjadi pusat misi dan evangelisasi. Paroki dapat mengembangkan pelayanan pastoral yang menampakkan hospitalitas Rumah Bapa (pastoral ministry) dan perlunya memiliki mekanisme perencanaan pastoral (pastoral planning). Itu semua hendaknya diperjuangkan di tengah situasi masyarakat yang berubah (dari masyarakat 4.0 ke masyarakat 5.0).
Tim Litbang (Penelitian dan Pengembangan) Keuskupan Agung Semarang yang diwakili oleh Rm. Bambang, SJ menyampaikan masukan tentang konteks real pendataan dan demografi umat di Keuskupan Agung Semarang. Selain itu, Tim Litbang juga menyampaikan penelitian dan pembacaan terhadap konteks masyarakat Indonesia yang tengah berubah, baik dari segi perubahan demografi maupun konteks dinamika sosial politik dan teknologi. Tim Litbang kembali menegaskan perlunya untuk menggiatkan pendataan umat agar tersedia data konkret yang bisa digunakan untuk membantu analisa kebijakan pastoral sesuai dengan konteks real umat dan masyarakat.
Tim Litbang juga menyampaikan tentang gambaran umum pendataan umat di Keuskupan Agung Semarang terkait dengan trend yang sedang berlangsung. Pembacaan atas data tersebut menjadi panorama yang perlu diperhatikan dalam rangka menyusun stragegi pelayanan pastoral di Keuskupan. Pada akhir masukannya, Romo Bambang menyampaikan beberapa rekomendasi dari Tim Litbang untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pelayanan pastoral: (1) perlunya pendekatan “Pastoral Satu Jahitan”, (2) Dari yang “compartmentalized”, tersekat-sekat, ke holisitik, (3) menekankan tentang pemahaman bahwa kekatolikan tampak dalam kerasulan (apostolik), bahwa lewat karya kerasulan, menjadi semakin Katolik, (4) Perhatian pada komunitas-komunitas yang justru kurang mendapat tempat, memperhatikan kaum difabel/komunitas yang perlu perhatian khusus di tengah situasi adanya “bonus demografi”.
Setelah mendengarkan masukan dari Tim Litbang KAS tentang panorama pendataan umat dan konteks demografi serta sosial di KAS, para peserta Tepas mendengarkan pemaparan tentang dinamika pelayanan pastoral tahun 2024 yang telah dilaksanakan di Kevikepan Yogyakarta Barat. Romo Vikep menyampaikah hasil monitoring dan evaluasi program pelayanan pastoral dan kegiatan kegiatan dari komisi-komisi tingkat kevikepan. Romo Vikep juga menegaskan tentang perlunya untuk tetap menggiatkan gerakan FIBB (Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan) baik di tingkat kevikepan maupun tingkat paroki. Romo Vikep juga menyampaikan tentang rencana-rencana Kevikepan untuk terus melaksanakan Formatio Iman (Semakin Katolik) dan Semangat Kerasulan (Semakin Apostolik) secara berjenjang dan berkelanjutan. Romo Vikep juga mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi terhadap jalannya FIBB 2024 di Kevikepan Yogyakarta Barat.
Pada Tepas 2024 ini, Tim Programasi KAS menyampaikan sosialisasi awal terkait diberlakukannya sistem integrasi programasi dan sistem KAP. Tim Programasi menyampaikan adanya perubahan format penyusunan program dalam penyelarasan RIKAS. Penyusunan program pelayanan ini akan diintegrasikan dengan sistem akuntansi di Keuskupan Agung Semarang. Pemaparan ini masih berupa penyampaian info awal sebab selanjutnya akan diadakan sosialisasi dan pelatihan bagi paroki-paroki. Tim Programasi menyampaikan bahwa dalam menyusun programasi paroki, maka hal utama yang perlu dirumuskan adalah sasaran strategis yang akhirnya akan dituangkan ke dalam program garapan dan program rutin.
Bapak Uskup menyampaikan tentang Arah Pastoral KAS 2025 yakni “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: Semakin Katolik dan Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Masyarakat”. Tema ini memiliki konteks dari Ardas VIII (2021-2025) yang diwujudkan melalui lima perhatian utama pada Kekatolikan, Kerasulan, Kebangsaan, Kerjasama/Sinergi, dan Profesionalitas. Untuk melaksanakannya, maka diperlukan adanya dukungan perangkat: pembinaa dan penguatan iman secara berjenjang dan berkelanjutan (FIBB). Maka, pada tahun 2025 akan melanjutkan dinamika FIBB (Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan) dengan penekanan pada semangat Kekatolikan dan Kerasulan.
Latar belakang pemikiran tentang arah pastoral ini adalah Pribadi Yesus dalam kesatuan Allah Tritunggal yang merupakan inti keselamatan dan kebahagiaan sejati. Yang mau selamat mesti beriman pada Yesus Kristus. Iman adalah proses dinamis maka perlu dibina dan diperjuangkan secara berkelanjutan hingga semakin kuat, dan mendalam, baik sebagai pribadi maupun komunitas. Ada semacam militansi iman sebagai murid-murid Tuhan Yesus. Dari dasar pemikiran inilah muncul ide tentang “Semakin Katolik”. Iman yang adalah sukacita mesti diwartakan melalui kerasulan, bersaksi tentang keselamatan Kristus bagi semua orang. Dari pemikiran inilah muncul gagasan tentang “Semakin Apostolik”.
Kebersamaan dengan Yesus mestinya berbuah untuk menjadi semakin Katolik yakni semakin dewasa dalam iman kepada Yesus dengan ditampakkan melalui beriman yang (1) cerdas : memiliki pengetahuan dan pengenalan akan Yesus, (2) Tangguh: menghidupi iman dengan setia dan kokoh tak tergoyahkan, (3) Misioner: memberi kesaksian hidup penuh kasih dan belarasa, (4) Dialogis: membangun communio berlandaskan semangat persaudaraan dan kebersamaan (berjalan bersama). Selain semakin Katolik, hendaknya iman yang dewasa juga membuahkan semangat untuk Semakin Apostolik: semakin menghidupi semangat mangrasul hingga sungguh berguna bagi masyarakat, punya kontribusi positif bagi pembangunan bangsa.
Konsekuensi dan tantangan yang ada adalah Gereja hadir dan menjadi bagian integral masyarakat dengan segala perubahan dan persoalan. Masyarakat yang berubah adalah masyarakat yang berubah dalam hal pola berkomunikasi, pola berpikir, dan bertindak yang cenderung pragmatis dan instan (tidak mengikuti proses). Sikap apatisme juga menjadi tantangan di zaman ini. Ada beberapa persoalan pula yang dihadapi: konflik dan perpecahan, intoleransi dan tindak kekerasan, ketidakadilan dan kemiskinan, perdagangan orang dan obat terlarang, perjudian dan pinjaman online, korupsi dan nepotisme serta perusakan lingkungan hidup.
Berhadapan dengan tantangan dan kesulitan tersebut, langkah konkret strategis apakah yang bisa dilakukan untuk menuju pada semangat kekatolikan dan kerasulan. Sebagai subjek individu dan komunitas, lembaga gerejani (paroki, kevikepan, sekolah, rumah sakit, lembaga sosial karitatif, apa yang bisa kita buat? Kegiatan yang perlu dilanjutkan adalah FIBB dan pewartaan Injil dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi secara kritis dan selektif.
Bapak Uskup mengajak untuk tetap memberi perhatian pada pendampingan anak anak, remaja dan orang muda, kaderisasi, penyediaan bahan katekese yang membumi. Hendaknya dalam melaksanakan karya karya tersebut, Bapak Uskup mengajak umat untuk melaksanakan karya dengan hati yang penuh kasih, seperti Hati Kudus Yesus (bdk. Ensiklik Dilexit Nos dari Paus Fransiskus).