Romo Vikjen dan Rekan Angkatan Rayakan 25 Tahun Imamat

Twitter
WhatsApp
Email
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang (Vikjen KAS) Romo FX. Sugiyana, Pr., bersama para romo angkatan tahbisan 1999 merayakan syukur 25 tahun imamat. Perayaan diadakan di paroki Lereng Merapi alias Paroki Santa Maria Lourdes, Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

Magelang – Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang (Vikjen KAS) Romo FX. Sugiyana, Pr., bersama para romo angkatan tahbisan 1999 merayakan syukur 25 tahun imamat. Perayaan diadakan di paroki Lereng Merapi alias Paroki Santa Maria Lourdes, Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, tepat pada tanggal tahbisan, Jumat, 5 Juli 2024, dalam sebuah perayaan Ekaristi konselebrasi. Tema perayaan ini adalah ‘Apapun yang Kamu Lakukan, Lakukanlah untuk Kemuliaan Allah’.

Romo Sugiyana, Vikjen KAS, putera kelahiran Paroki St Maria Lourdes Sumber Muntilan. (dok Elwin)

Ada 10 imam diosesan diangkatan tahbisan ini. Selain Romo Vikjen, ada Romo Antonius Dodit Haryono, Pr., Romo Alexius Dwi Aryanto, Pr., Romo A. Sudarisman, Pr., Romo A. Tejokusumantono, Pr., Romo L. Issri Purnomo M, Pr., Romo P. Noegroho AS, Pr., Romo A. Juned T. Pr., Romo A. Ariawan, Pr., dan Romo M. Kristiyanto, Pr. Namun hanya enam imam yang disebut pertama, yang hadir dalam perayaan sore itu. Pesta perak imamat ini diadakan di Paroki Sumber karena Romo Sugiyana adalah putra kelahiran paroki ini.

Sekitar 500 umat menghadiri pesta perak imamat di Gereja Sumber (dok. Elwin)

Hadir dalam perayaan ini sekitar 500 umat yang  berasal dari berbagai tempat. Mereka adalah para tamu undangan dan keluarga dari para yubilaris. Gereja bernuansa pedesaan dengan dekorasi altar beragam sayuran itu tampak penuh oleh umat yang hadir.

Berbeda dari perayaan Ekaristi pada umumnya, homili dalam Ekaristi kali ini disampaikan oleh keenam yubilaris yang berkisah tentang cerita-cerita pendek yang memaknai perjalanan 25 tahun menjadi imam. Hampir semua romo menyampaikan homili dengan nada cerita jenaka sehingga setiap kali mengundang gelak tawa umat. Homili pertama disampaikan oleh Romo Vikjen.

“Jujur, 25 tahun ini adalah perjalanan yang panjang bagi kami masing-masing. Dan saya pribadi, pada perayaan 25 tahun imamat ini mendapat salib yang bagi saya berat. Salib menjadi Vikep kemarin itu sudah berat. Selama 3 tahun ini badan saya tidak bertambah dan rambut saya makin memutih,” ucapnya. Umat yang hadir pun sontak tertawa.

Romo Vikjen pun mengatakan, sebulan lalu Bapa Uskup meneleponnya, yang intinya meminta untuk menjadi Vikjen. Ia kaget. Dan ketika akhirnya mendapat SK, ia berharap SK tersebut ada kekeliruan supaya ia tidak menjadi Vikjen. Namun akhirnya ada WA dari Bapa Uskup yang isinya menyatakan ‘Tanggal 22 Juni besok, Romo saya undang untuk pelantikan sebagai anggota Kuria yang baru’. “Sejak saya menerima SK yang berlaku tanggal 1 Juli sampai sekarang badan saya sakit,” tandasnya.

Ucapnya lagi, “Dari sejak awal saya memang sudah menyatakan ketaatan kepada Bapa Uskup. Dan ketaatan kepada tugas-tugas yang berat seperti ini bukanlah ketaatan yang mudah bagi saya untuk menjalankannya. Dalam bacaan Injil (Mat 25:14-27) tadi dikisahkan tentang orang-orang yang diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk mengembangkan talenta-talenta. Maka intinya, di tempat-tempat kami berkarya, kami mencoba menjalankan kepercayaan Bapa Uskup hingga 25 tahun per tanggal hari ini, 5 Juli 2024.”

Sharing Yubilaris

Dari kiri ke kanan Romo Dodit, Romo Dwi Aryanto, Romo Issri, Romo Tejo, dan Romo Sudarisman.

Selanjutnya secara bergiliran kelima imam yubilaris lainnya memberikan homili singkatnya. Romo Dodit, Vikep Kedu, mengawalinya dengan mengatakan, dukungan keluarga selama 25 tahun ini sangat berarti dan menjadi hal yang utama. Ia pun mengingat kembali bagaimana orangtua mewajibkannya untuk menjadi misdinar di Paroki Purbowardayan Surakarta, hingga akhirnya ia tertarik untuk menjadi imam.

“Perjalanan 25 tahun ini bagi saya banyak suka-dukanya. Meski duka atau sakit, saya percaya bahwa banyak orang mendukung saya dan berdoa bagi saya. Dan semoga dukungan ini menambah semangat dan kesetiaan kami. Ini bukanlah prestasi kami, tetapi semata-mata karena anugerah Allah supaya kami dapat melayani dengan baik, menghidupi dan mengembangkan pelayanan kepada umat,” tuturnya.

Sementara itu Romo Dwi Aryanto, sang Rektor Seminari Tinggi Kentungan, mengatakan, “Selama 25 tahun ini saya menyadari bahwa saya adalah imam Keuskupan Agung Semarang. Saya memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan keuskupan ini, sesuai yang dimandatkan atau ditugaskan oleh Bapa Uskup. Sesuai Injil tadi, saya diberi 5 talenta ataupun 2 talenta tetap harus saya kembangkan. Dan itulah  bagian dari rasa syukur saya menjadi imam selama 25 tahun bagi Keuskupan Agung Semarang.”

Romo Rektor pun menyimpulkan, anugerah imamat harus disyukuri, dilakoni, dan ditelateni. “Saya harus mensyukuri rahmat tahbisan imamat. Saya harus menjalani apa yang menjadi tanggung jawab saya dari Bapa Uskup. Dan saya harus telaten (tekun) menjalaninya dengan setia.”

Bagi Romo Issri, panggilan imamat itu adalah anugerah Tuhan. Bagaimana Tuhan telah mengubah  pilihan atau cita-cita hidupnya dan menganugerahkan baginya imamat suci sebagai jalan hidupnya. Cita-cita awalnya adalah sebagai arkeolog (ahli budaya), namun kegiatan retret sekolah SMA telah mengubah cita-citanya untuk menjadi seorang imam.

Sedang bagi Romo Tejo, perayaan 25 tahun dimaknai bahwa imamat bukanlah untuk kepentingan diri sendiri melainkan bagi kepentingan banyak orang supaya banyak orang memperoleh keselamatan. “Imamat ini adalah rahmat keselamatan bagi Anda seluruh umat. Dan ketika Anda semua beroleh rahmat keselamatan dari Tuhan, saya nanti akan minta izin untuk mengikuti Anda semua.”

Homili terakhir disampaikan oleh Kepala Paroki Sumber, Romo Sudarisman. Baginya, setiap kali merayakan HUT tahbisan imamat ia selalu diingatkan untuk kembali ke dasar hidup seorang imam. Hal ini terkait dengan tanggal tahbisan 5 Juli yang sama dengan tanggal Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di mana Presiden Soekarno waktu itu mengajak untuk kembali ke dasar negara RI yaitu Pancasila.

“Dasar hidup seorang imam adalah Ekaristi. Karena itu saya ditahbiskan untuk Ekaristi. Dan Ekaristi ada karena imam. Saya bersyukur 25 tahun imamat dirayakan di Paroki Sumber ini, karena umat Sumber senang ber-Ekaristi,” tandasnya.

Di akhir homili, Romo Vikjen mengajak seluruh umat menyanyikan sebuah lagu hasil refleksi dari angkatan tahbisan ini. Lagu tersebut diberi judul ‘Sertailah Kami’.

Romo Sugiyana dan Romo Sudarisman memberikan potongan tumpeng kepada 2 misdinar (dok. Elwin)

Perayaan Pesta Perak Imamat ini ditandai dengan pemotongan tumpeng dan peniupan lilin ulang tahun. Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Romo Vikjen dan Romo Kepala Paroki Sumber. Dua potongan tumpeng diberikan kepada dua anak misdinar, dengan harapan mereka berdua menjadi seminaris dan akhirnya menjadi imam.

Sumber, Paroki Subur Panggilan

Gereja Santa Maria Lourdes Sumber yang dipakai dalam pesta perak tahbisan imamat ini adalah paroki yang subur panggilan sebagai kaum berjubah. Sampai saat ini paroki di Lereng Merapi ini telah mempersembahkan 38 putra-putri terbaiknya sebagai imam, biarawan, dan biarawati. Tercatat ada 13 imam, 19 suster, 3 bruder, dan 3 frater dari paroki ini. Selain itu dari 37 keuskupan di Indonesia, terdapat dua Vikjen dari Sumber: satu di KAS dan satu di Keuskupan Jayapura. Ada pula putri Sumber yang menjabat sebagai pimpinan umum Kongregasi Suster SPM. Untuk mendukung panggilan kaum berjubah, di Paroki Sumber terdapat kelompok Anna Yoakim yang berdoa khusus bagi putra putri Sumber yang terpanggil.

Umat Paroki Sumber saat ini berjumlah 2.884 jiwa. Menurut laman https://kas.or.id/, Gereja Sumber lahir dari sebuah mimpi Tuan Sungken, seorang pengusaha sapi perah dan perkebunan bibit tebu pada tahun 1923. Akhirnya terwujud dengan dibangunnya gereja dan diresmikan pada 11 Februari 1959 dengan nama Gereja Santa Maria Lourdes. Tahun 1978, Pastoran Sumber selesai dibangun. Dengan adanya gedung gereja dan pasturan ini, umat terus berkembang dan akhirnya menjadi stasi di bawah Paroki Muntilan, sebelum akhirnya menjadi paroki administratif. Tahun 1997, Sumber menjadi paroki mandiri dan memisahkan diri seutuhnya dari Paroki Muntilan. Paroki Sumber berbatasan dengan Paroki Banyutemumpang (sisi Utara), Paroki Muntilan (sisi Selatan), Gunung Merapi (sisi Timur) dan Paroki Mertoyudan (sisi Barat). (BD Elwin J)

 

Recap Perayaan Ekaristi 25 Tahun Imamat Romo Vikjen dapat disaksikan melalui video berikut: