Project Based Learning SMP Kanisius Muntilan: Betlehem van Java

Twitter
WhatsApp
Email
Jumat (26/5/2023) SMP Kanisius Muntilan mengadakan Pameran dan Pementasan Drama Gelar Karya Project Based Learning. Tema besar kegiatan ini adalah Betlehem van Java. Betlehem van Java merujuk pada Muntilan sebagai kota kecil tempat penyebaran kekatolikan di pulau Jawa.

Jumat (26/5/2023) SMP Kanisius Muntilan mengadakan Pameran dan Pementasan Drama Gelar Karya Project Based Learning. Tema besar kegiatan ini adalah Betlehem van Java. Betlehem van Java merujuk pada Muntilan sebagai kota kecil tempat penyebaran kekatolikan di pulau Jawa. Kegiatan ini adalah bagian dari unjuk hasil pembelajaran para siswa SMP Kanisius Muntilan pada tahun ajaran 2022/2023.

Para siswa SMP Kanisius Muntilan mempelajari tentang kekhasan dari kota Muntilan sebagai Betlehem van Java. Kekhasan kota Muntilan sebagai Betlehem van Java mengerucut pada tiga tokoh yakni Rm. Fransiscus Van Lith SJ, Barnabas Sarikromo dan Rm Richardus Kardis Sandjaja. Para siswa kelas VII hingga IX mempelajari ketiga tokoh tersebut. Di dalam pembelajaran, para siswa mengalami proses mengenal dan memahami sejarah panjang Gereja Katolik, terlebih di Keuskupan Agung Semarang ini.

Dalam Project Based Learning ini, SMP Kanisius Muntilan bekerjasama dengan Museum Misi Muntilan sebagai Pusat Animasi Misioner Keuskupan Agung Semarang. Dengan pendampingan para guru, para siswa mampu mengulik ketiga tokoh ini dengan melakukan studi pustaka, wawancara dengan para narasumber. Hasil dari Project Based Learning berupa 3 buku biografi, merchandise di semester lalu dan puncaknya yakni pameran dan pementasan drama pada semester ini.

Pementasan Drama Gelar Karya Betlehem van Java ini dihadiri oleh Direktur Yayasan Kanisius Pusat Rm. Martinus Hadisiswoyo, SJ, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Bapak. Slamet Achmad Husein, S.E.,M.M. para kepala Cabang Yayasan Kanisius, para kepala sekolah sekitar dan dihadiri oleh sekitar 700 penonton.

Tea Intaliyang Tagasa siswi kelas IX merasa senang dan bangga dengan adanya pameran dan pementasan drama gelar karya project based learning ini. Dengan peranannya mengisi nyanyian sepanjang pementasan drama menjadi kesempatan untuk mengembangkan talenta yang diberikan oleh Tuhan. Di atas panggung, dihadapan 700 penonton, ia mempersembahkan tujuh lagu dengan iringan yang berbeda-beda baik band, gamelan maupun gejog lesung. Di sana, ia bisa menyesuaikan dengan musik musik yang ada.

Jauh dari pada itu, sepanjang proses pembelajaran ia mampu belajar nilai-nilai hidup dari Rm. Van Lith. Baginya, Rm. Van Lith sangat menghayati kekatolikan. Orang jawa harus merdeka dari penindasan, kemiskinan dan kebodohan. Dengan semangat itu, Rm. Van lith mengajarkan kekatolikan sejati. Kekatolikan dihayati sebagai spritualitas dan bukan sekedar menjadi katolik karena di babtis. Rm. Van Lith dikenal sebagi orang religius sekaligus humanis. Romo mampu mengenalkan Tuhan lewat kehadiran yang berbelas kasih dengan sesamanya. Di sisi lain, Tea juga belajar dari Rm. Sanjaya. Bagi Tea, Rm. Sanjaya adalah pribadi yang cerdas, jujur dan sederhana. Romo juga mengajarkan nilai kesetiaan kepada Tuhan sekalipun nyawa menjadi taruhannya.

Pementasan drama ini sungguh menjadi kesempatan siswa untuk menunjukan bakat, talenta dan potensi para siswa. Dengan dijiwai oleh tema besar, para siswa mampu menyatukan energi dan semangat yang sama untuk bisa bersinergi sebagai satu keluarga SMP Kanisius Muntilan. Para siswa juga mampu mengenal sejarah misi di Keuskupan Agung Semarang dari kota kecil di Muntilan. Sejarah panjang keuskupan ini bukan sekedar sejarah yang tersimpan rapi di dalam musium. Sejarah keuskupan ini perlu dipelajari dan diperkenalkan kepada generasi muda.

Biarkan mereka mempelajari dengan kreativitas dan ide-ide segar mereka. Dengan kreativitas, ide-ide yang segar, orang muda menjadikan Gereja ini tetap hidup. Sejarah Keuskupan ini tidak layu begitu saja tapi tetap mempunyai gema di tangan orang muda. Biarlah mereka penuh dengan sukacita, kreatif, berani dan berkomitmen untuk memberikan kesaksian-kesaksian baru tentang sejarah panjang keuskupan ini kepada orang sekitar mereka. Mereka adalah adalah masa kini Gereja yang sedang memperkaya Gereja dengan keterlibatan dan peranannya (CV art 64). (Yuhanes Kristi Andayanto).