Vikjen KAS dan Tokoh Lintas Agama Kota Semarang Gaungkan Seruan Moral untuk Kedamaian Bangsa

Twitter
WhatsApp
Email
Maraknya aksi demonstrasi yang berujung pada kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran dalam dua pekan terakhir mendorong para pemuka agama di Kota Semarang menyuarakan seruan moral di Rumah Uskup KAS pada Senin, 1 September 2025.

Semarang – Maraknya aksi demonstrasi yang berujung pada kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran dalam dua pekan terakhir mendorong para pemuka agama di Kota Semarang menyuarakan seruan moral. Pernyataan sikap tersebut diumumkan di Rumah Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS), Senin (1/9/25).

Para tokoh agama, masyarakat, dan akademisi yang turut hadir dalam seruan moral untuk kedamaian bangsa

Hadir dalam kesempatan itu Vikaris Jenderal (Vikjen) KAS, Romo F.X. Sugiyana Pr., bersama tokoh lintas agama dan kepercayaan yang tergabung dalam Persaudaraan Lintas Agama (Pelita), tokoh masyarakat, kesenian, dan akademisi. Beberapa di antaranya KH Taslim Syahlan (Sekjen Asosiasi FKUB Indonesia), Bhikkhu Cattamano Mahathera (Kepala Vihara Tanah Putih), Pendeta Rahmat Rajagukguk (Ketua PGI Kota Semarang), serta Prof. Dr. dr. Hardhono Susanto (tokoh masyarakat Jateng).

Vikjen KAS Romo FX Sugiyana mewakili tokoh yang hadir membuka pernyataan sikap bersama tokoh agama, masyarakat, dan akademisi. (Foto Elwin)

Mewakili para tokoh, Romo Sugiyana menegaskan bahwa letupan kerusuhan akhir Agustus lalu mencerminkan akumulasi kekecewaan rakyat.

“Ibarat bisul, akumulasi itu bisa meletus sewaktu-waktu dan membahayakan keselamatan bangsa. Pemerintah perlu melakukan perbaikan fundamental agar tercapai rekonsiliasi dan harmoni sejati,” ujarnya.

Dalam pernyataan sikapnya, para tokoh menyampaikan tujuh poin seruan moral. Di antaranya:

  1. Mengapresiasi langkah Presiden bersama DPR, MPR, dan DPD yang berusaha meredam situasi dan menyerap aspirasi rakyat.
  2. Menyerukan agar kebijakan publik senantiasa berpihak pada kebutuhan rakyat dengan proses partisipatif.
  3. Meminta aparat menghindari tindakan represif dan mengedepankan pendekatan persuasif saat menghadapi warga sipil.
  4. Mengingatkan mahasiswa dan masyarakat untuk tetap menyampaikan aspirasi tanpa kekerasan serta mewaspadai provokasi.
  5. Mengecam siapapun yang melakukan aksis destruktif dan memprovokasi rakyat yang sedang menyampaikan aspirasi sehongga melakukan penjarahan, perusakan, atau kekerasan yang menyakiti manusia, sesama makhluk hidup, dan alam/lingkungan, atau menyebarkan ujaran kebencian atau sentimen anti suku, agama, ras, atau kelompok masyarakat lain.
  6. Hendaknya semua pemimpin/pemuka agama dan kepercayaan untuk segera merespon kegelisahan masyarakat, bergerak bersama umat masing-masing untuk menjadi suara moral demi sejuknya masyarakat dsn kemajuan bangsa dan negara dengan hati nurani yang bersih dan akal sehat yang jernih.
  7. Hendaknya umat dan masyarakat luas agar peduli, salin jaga, saling mendoakan agar negeri kita ini semakin maju, damai dan sejahtera.
Koordinator Pelita, Setyawan Budy (berpeci), menegaskan para pemuka agama siap menjaga kedamaian bangsa. (Foto Elwin)

Koordinator Pelita, Setyawan Budy, menegaskan bahwa para pemuka agama bersama masyarakat Jawa Tengah siap bergandengan tangan untuk menjaga kedamaian dan memajukan bangsa. (BD Elwin)