Semarang – Aula Justinus Kantor Pelayanan Pastoral Keuskupan Agung Semarang (KPP KAS) di Jalan Imam Bonjol 172 Semarang, kiranya menjadi saksi akan kesanggupan organ atau pengurus baru Yayasan Bernardus Semarang dalam upaya mengembangkan pendidikan di Keuskupan. Petang itu, Senin (10/3/25), telah diadakan serah terima pelayanan (sertipel) dari pengurus lama kepada pengurus baru. Hal itu ditandai dengan penandatanganan berita acara dan penyerahan dari Ketua Yayasan lama Bruder Heribertus Suparno, CSA kepada Ketua Yayasan baru Romo Yuventius Deny Sulistiawan, Pr.

Sebelum dilantik, organ baru mengucapkan kesanggupan mereka di hadapan Vikjen KAS, Romo FX Sugiyana, Pr. Selanjutnya Romo Vikjen mendoakan dan memberkati dengan pemercikan air suci. Para organ baru Yayasan Bernardus itu adalah Romo FX Sugiyana, Pr. (Pembina), Romo Yohanes Triwidianto, Pr. (Ketua Pengawas), Alexander Sri Agung dan Prof. Dr. FX Sugiyanto, M.S (Anggota Pengawas). Selanjutnya Romo Y. Deni Sulistiawan, Pr (Ketua Pengurus), Antonius Sugiarto (Sekretaris), Vena Purnamasari (Bendahara), Bruder Heribertus Suparno, CSA (Anggota), dan Prof. Dr. Stevanus Budi Waluya (Anggota).

Sertipel atau dalam acara itu disebut ‘Kepyakan’ dilaksanakan dalam Perayaan Ekaristi konselebrasi yang dipimpin oleh Romo Vikjen KAS bersama dengan Romo FX Sukendar, Pr. (Pembina lama) dan Romo Johanes Wegig Hari Nugroho, Pr (Ketua Komisi Pendidikan Kevikepan Semarang). Kepyakan ini dihadiri pula oleh pengurus lama, donatur, kolega Yayasan Theresiana, dan rekan-rekan sepelayanan dari yayasan ini.

“Bagi pengurus baru, saya mengajak, mari kita tetap optimis. Kita tidak berjalan sendiri. Kita berjalan bersama-sama. Mari kita bersama-sama membangun optimisme di dalam Tuhan. Supaya kita merasa bahwa ini bukan beban. Ini adalah perwujudan panggilan Tuhan. Tuhan telah mengirimkan orang-orang pilihan-Nya untuk dapat mengupayakan pelayanan Yayasan Bernardus supaya menjadi lebih baik,” ucap Romo Sugiyana dalam homili.
Sementara itu, ketua baru Romo Deni menyebut 3 kata penting yang ia temukan untuk meneruskan estafet perjalanan yayasan. Pertama kata ‘transformasi’. Bertransformasi berarti bertobat secara menyeluruh dan berubah secara menyeluruh.
Kata kedua adalah ‘kolaborasi’. Di tengah konteks yang penuh dengan kompetisi, bahkan di internal sekolah-sekolah katolik juga di Gereja sendiri, sering kali kolaborasi itu mudah diucapkan. Namun bila tidak hati-hati dan kurang rendah hati, kolaborasi itu bisa menjadi kompetisi. “Maka Yayasan Bernardus setelah bertransformasi diundang untuk berkolaborasi. Bukan pertama-tama kompetisinya namun kolaborasinya. Tentu kolaborasi ini melibatkan semua pihak. Kami sampaikan bahwa mitra-mitra kerja yayasan yang menurut saya terus menerus diajak untuk berkolaborasi,” tandasnya.
Kata ketiga yang ditemukannya adalah ‘imersi’. Imersi adalah suatu program untuk bertindak lebih dari yang biasanya. Kalau dalam pendidikan biasanya mengajar itu seperti yang sudah standar, maka dalam imersi perlu diadakan yang lebih dari standar. Maka memilih untuk memberikan yang lebih, yaitu merupakan bagian dari Yayasan Bernardus.
“Maka transformasi, kolaborasi, dan imersi itu merupakan 3 langkah Yayasan Bernardus untuk menghidupi Gereja dan menjadi bagian dari Gereja yang bermakna. Semoga dengan ini kita bersama-sama ke depan melangkah, bukan untuk meninggalkan sejarah, tetapi terus menerus menciptakan sejarah baru bagi Yayasan Bernardus: hidup, bermakna, dan menghidupi Gerejanya sendiri. Itu harapan kita bersama,” ucapnya penuh harapan.
Yayasan Bernardus adalah badan penyelenggara pendidikan Katolik milik Keuskupan Agung Semarang yang menaungi beberapa lembaga pendidikan, di antaranya: Direktorat Sekolah Theresiana Semarang, Direktorat Sekolah Sanjaya Yogyakarta, dan Politeknik Katolik Mangunwijaya. (BD Elwin)