Paroki Pangkalan – Dalam dunia fotografi, terutama saat mengabadikan momen keagamaan, ada satu hal yang harus selalu diutamakan: etika. Memotret kegiatan ibadah bukan sekadar soal teknik atau hasil gambar yang indah, tetapi juga tentang menghormati nilai-nilai sakral yang ada dalam setiap prosesi. Fotografer harus memiliki kesadaran untuk menempatkan etika di atas segala dalih demi mendapatkan foto terbaik.
Memahami pentingnya hal tersebut, Komsos Kevikepan Yogyakarta Timur bekerja sama dengan UPP Komsos Keuskupan Agung Semarang mengadakan pertemuan dan pelatihan bagi anggota Komsos paroki di wilayah Sleman rayon Timur. Acara ini berlangsung pada Minggu, 9 Maret 2025, di Gereja Santo Mikael Pangkalan Yogyakarta dan dihadiri oleh 24 anggota Komsos dari 8 paroki serta 1 stasi.
Pelatihan ini menghadirkan FX Erman Nugroho dari UPP Komsos KAS sebagai narasumber. Beliau menyampaikan tiga materi utama yang sangat relevan dengan dunia pewartaan digital, yaitu:
- Etika Memotret dalam Acara Keagamaan – Memahami batasan dan aturan dalam mendokumentasikan ibadah agar tidak mengganggu kekhusyukan umat.
- Pembuatan Video dan Foto yang Beretika – Menghasilkan konten yang tidak hanya berkualitas secara teknis tetapi juga menghormati norma dan nilai keagamaan.
- Pemahaman Shot Type Camera – Mengenali berbagai teknik pengambilan gambar untuk menyampaikan pesan dengan lebih efektif.

Para peserta memberikan kesan positif terhadap pelatihan ini. Mereka merasa acara ini sangat menarik, informatif, serta memberikan wawasan baru yang berguna dalam pelayanan media komunikasi sosial di gereja. Suasana yang asyik dan interaktif membuat sesi pelatihan tidak terasa membosankan.
Romo Martinus Joko Lelono, Pr, selaku Pastor Paroki Santo Mikael Pangkalan, menyambut baik inisiatif pelatihan ini. Dalam sambutannya, Romo Joko menegaskan bahwa pewartaan melalui media online memiliki dampak besar karena dapat melampaui batas waktu dan tempat.
Mengutip kata-kata sastrawan Pramoedya Ananta Toer, Romo Joko menyatakan, “Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pernyataan ini tidak hanya berlaku dalam bentuk tulisan, tetapi juga dalam bentuk foto dan video. Setiap konten yang diunggah ke internet akan meninggalkan jejak digital yang bertahan selamanya.
Lebih lanjut, Romo Joko menambahkan bahwa pelatihan ini menjadi kesempatan berharga bagi para peserta untuk belajar menjadi pewarta gereja. Di masa depan, keterampilan ini tidak hanya berguna bagi pelayanan gereja, tetapi juga dapat membuka peluang untuk menjadi kreator konten yang membawa nilai positif bagi masyarakat luas.
Pelatihan ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap tindakan dokumentasi, baik dalam bentuk foto maupun video, tanggung jawab dan etika harus selalu dijunjung tinggi. Seorang fotografer bukan hanya sekadar mengabadikan momen, tetapi juga memiliki peran sebagai pewarta yang menyampaikan pesan dengan penuh hormat dan kebijaksanaan.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan para peserta semakin memahami pentingnya etika dalam fotografi ibadah serta mampu menghasilkan konten yang bermakna dan berdaya guna bagi gereja serta masyarakat luas. (sn)