Bongsari – Paroki Bongsari memang beda! Umumnya hari ulang tahun dirayakan dengan pesta. Namun tak demikian paroki yang digembalakan imam Jesuit ini. Dengan tema “Gereja Masa Depan: Beriman, Berinovasi, Berdampak dalam Menjawab Tantangan Zaman”, digelarlah talkshow dalam rangka HUT ke-57 Paroki Santa Theresia Bongsari Semarang, Minggu (25/5/25). Narasumber yang dihadirkan pun tak main-main. Guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Prof. Rhenald Kasali bersama dengan Romo Dr. Haryatmoko, SJ seorang anggota Badan Pengarah Ideologi Pancasila. Keduanya membantu umat dan para peserta untuk berefleksi mengenai kehadiran dan peran Gereja Katolik di saat ini. Acara tersebut dilangsungkan di Ballroom Grha Argya, Gedung Pelayanan Pastoral Paroki Bongsari.

Menyinggung tema yang diangkat, Romo JB. Rudy Hardono, Pr., Vikaris Episkopal Kevikepan Semarang yang turut hadir mengungkapkan, “Gereja perlu rendah hati sebagai murid untuk bertanya mengenai keadaan macam apakah yang terjadi saat ini? Hal ini diperlukan agar Gereja tidak cepat-cepat menjawab dan memberi solusi tanpa memahami situasi yang terjadi secara tepat. Saya mengapresiasi acara talkshow dalam rangka ulang tahun Paroki Bongsari. Biasanya ulang tahun paroki ditandai dengan tiup lilin dan pemotongan kue ulang tahun. Namun, kali ini kita diajak untuk berpikir, merenung dan belajar sesuatu yang bermakna bersama tokoh-tokoh hebat, narasumber yang kompeten dan ternama,” tandasnya.
Sementara itu, Romo Eduardus Didik Chahyono, SJ, Pastor Paroki Bongsari menyampaikan, “Paroki Bongsari sungguh mendapat anugerah yang luar biasa. Selain baru saja menyelesaikan pembangunan gedung pelayanan pastoral dan tata kawasan Gereja Santa Theresia, kini Prof Rhenald Kasali dan Romo Dr. Haryatmoko, SJ dapat hadir menjadi narasumber dalam acara talkshow ini. Kita diajak untuk berefleksi terus-menerus agar mampu menghadirkan Gereja sebagai berkat bagi kehidupan ini.”
Dalam pemaparan tentang Rumah Perubahan, Prof Rhenald Kasali, menyoroti bahwa dunia saat ini sedang mengalami Global Resetting. Dunia sedang ditata ulang kembali. Ada beberapa hal yang menandainya, yaitu new narrative (ideologi), algoritma dan data, national interest, job disruption. Berhadapan dengan dunia yang ‘resetting’, maka kita perlu untuk memperbarui mindset, aksi, kreativitas, bersedia belajar, berani mengambil peluang, memperhatikan kesehatan dan melakukan perubahan diri.
Gereja di tengah global setting perlu untuk meninggalkan zona nyaman dan berubah. Ada beberapa hal yang bisa diupayakan oleh Gereja. Gereja Katolik harus menciptakan interaksi yang positif. Gereja Katolik perlu terbuka dengan pribadi dan komunitas dari mana saja. Gereja perlu mendorong seluruh umatnya agar bersedia membangun kebiasaan belajar kembali. Gereja kembali dapat berperan sebagai A Great Driver, institusi yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak kalah pentingnya Gereja perlu terus berupaya membangun kualitas baru yang unggul.
Narasumber kedua, Romo Haryatmoko, SJ mengingatkan bahwa gerak inovasi yang dilakukan Gereja dalam menanggapi perubahan dan tantangan zaman perlu berakar dalam iman. Salah satunya Gereja perlu terus-menerus memperhatikan gerak roh, berdiskresi, mengikuti bimbingan roh kudus. Di tengah segala kemajuannya, Gereja perlu terus memperhatikan moralitas, memperhatikan orang miskin dan mendengarkan orang muda serta berjalan bersama.

Acara talkshow makin istimewa dengan kehadiran Dr. Agustina Wilujeng Pramestuti SS, MM, Wali Kota Semarang. Dalam sambutannya, Agustina Wilujeng menegaskan bahwa sebagai umat Katolik kita harus berani menjadi sosok yang beda. Sosok yang berani menunjukkan kualitas terbaiknya sehingga tampak berbeda dan menonjol dibanding yang lain. Dengan demikian, kehadirannya akan menjadi sosok yang diperhitungkan oleh masyarakat.

Talkshow ini berlangsung menarik dan hidup karena dipandu oleh Dr. Ferdinandus Hindiarto, Rektor Soegijapranata Catholic University periode 2021-2025. Sebanyak 250 peserta bertahan hingga akhir mengikuti acara ini dengan nyaman, karena setiap peserta dapat menikmati konsumsi secara roundtable. (BD Elwin)