Purwokerto – Temu Komsos Regio Jawa (TKRJ) 2025 berlangsung di Keukuspan Purwokerto selama 3 hari 2 malam, sejak 25-27 Juni 2025. Dilaksanakan di Hotel Dominic Purwokerto dengan tema “Komunikasi yang Membawa Harapan.”

TKRJ ini dihadiri oleh 7 Komsos Keuskupan se-Regio Jawa, yakni Komsos Keuskupan Purwokerto, Keuskupan Malang, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Bandung, Keuskupan Surabaya, Keuskupan Agung Jakarta, dan Keuskupan Sufragan Bogor, dengan total kurang lebih 40 komsosers (sebutan pegiat Komsos Regio Jawa). Tahun ini Romo Petrus Dwi Purnomo Adi, Pr., Ketua Umum Komisi Komsos Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengutus 5 orang pegiat Komsos dari Kevikepan Semarang, Surakarta (2 orang), Yogyakarta Barat, dan Yogyakarta Timur untuk mengikuti TKRJ di Purwokerto.

Acara TKRJ dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Sulpicius Parjono, Vikaris Jendral Keuskupan Purwokerto sebagai selebran utama, Romo Anthonius Steven Lalu Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI, dan Romo Ketua Komsos Keuskupan lainnya sebagai konselebran.
Usai Misa, Romo Yustinus Joned, Ketua Komsos Regio Jawa memaparkan Dokumen Gerejawi “Antiqua et Nova” yang berisikan hubungan kecerdasan buatan dan kecerdasan manusia. Menurutnya, Komsos perlu memahami isi dokumen ini untuk memperkaya dialog tentang bagaimana teknologi dapat berkontribusi pada kebaikan umat manusia tanpa mengorbankan nilai-nilai spiritual dan moral.

Hari kedua, peserta TKRJ diajak untuk mengikuti kegiatan outing di STIKOM (Sekolah Tinggi Ilmu Komputer) Yos Sudarso milik Keuskupan Purwokerto dan Riyanto Dance Studio. Setibanya di STIKOM, peserta disambut dengan Tarian Lengger khas Banyumas, dan pengalungan selendang bagi para Romo. Mahasiswa dari setiap program studi memamerkan karya mereka, dari desain buku, alat pengolah sampah, hingga robotik.


Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Riyanto Dance Studio, peserta disambut oleh para Lengger (sebutan bagi para penari Lengger) di Joglo Gayatri Serayu yang berada di Desa Kaliori, Banyumas. Riyanto, pemilik dance studio tersebut menjelaskan asal usul Tari Lengger. Tari Lengger biasanya dilakukan oleh seorang pria yang merias dirinya seperti wanita. Tarian ini melambangkan keseimbangan dan keharmonisan maskulinitas dan feminitas. Di sini para peserta diberi workshop Tari Lengger, kemudian semuanya diajak menuju Panggung Mandala untuk bersama-sama mempraktikkan Tari Lengger dengan iringan Gendhing Lengger.

Usai kegiatan outing dan kembali ke Hotel, acara dilanjutkan dengan sesi sharing dari Romo Aldo Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Jakarta. Romo Aldo menjelaskan pentingnya manajemen di dalam Komisi Komsos agar dapat semakin solid, bertumbuh, dan bertanggung jawab. Kemudian sesi dilanjutkan dengan workshop bagi Komsos Paroki se-Keuskupan Purwokerto dan mahasiswa STIKOM Yos Sudarso yang diisi oleh Komsos Keuskupan Bandung.

Pada hari ketiga dilaksanakan refleksi, evaluasi, dan rencana tindak lanjut yang diikuti oleh seluruh peserta TKRJ, kemudian dilanjutkan perjalanan ke Gua Maria Kaliori untuk mengikuti Misa Yubileum Lansia dan Keluarga yang dipimpin oleh Mgr Christophorus Tri Harsono, Uskup Keuskupan Purwokerto.
Dari kegiatan TKRJ ini banyak pelajaran dan pengalaman yang kami dapatkan dan akan kami bagikan untuk Komsos Kevikepan kami masing-masing. (coy)