Bongsari – “Saya punya anak istimewa (berkebutuhan khusus) yang dalam buku itu ditulis dengan nama Bonang. Bonang ini luar biasa. Sewaktu masuk ke kelas, saya selalu hampir kena pukul, dan selalu berkata ‘Bu Evi jelek, Bu Evi buang tempat sampah’. Semula saya ragu apa bisa mendampingi atau tidak. Dalam perjalanan waktu, Bonang bisa tenang. Ia butuh teman, butuh dikenali karakternya.” Demikian sharing Agnes Evi Diasristanti, guru SD Kanisius Girisonta dan penulis buku Amare et Servire: Surat Cura Personalis untuk Guruku Terkasih, dalam sebuah acara peluncuran dan bedah buku, di Gedung Pastoral Grha Argya Paroki Bongsari Semarang, Kamis (11/7/24).
Buku Amare et Servire (terbitan OBOR April 2024) ini berisi empat bagian utama. Bagian pertama berisi 15 kisah pengalaman guru (Evi dan teman-teman guru lainnya) mendampingi para muridnya di SD Kanisius Girisonta. Kisah-kisahnya ditulis secara ringan dan sederhana. Kisah itu kemudian direfleksikan dan diambil maknanya.
Sebagai guru, Evi sungguh-sungguh memperhatikan setiap muridnya secara personal: mengenali nama dan karakter setiap murid, mengenali cita-cita mereka, mendampingi mereka sesuai kepribadiannya masing-masing, dan secara khusus mendampingi salah seorang murid spesialnya, si Bonang. Dalam mendampingi murid-murid, Evi sungguh-sungguh merealisasikan nilai cura personalis (perhatian pada setiap pribadi) dan cura animarum (merawat jiwa-jiwa) di dalam dunia pendidikan. Sebab cura personalis dan cura animarum menjadi nilai dasar untuk merawat kerasulan pendidikan Kristiani (cura apostolica).
Acara peluncuran dan bedah buku ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Romo Agustinus Mintara SJ (penulis buku), Agnes Evi Diasristanti (guru Kanisius Girisonta dan penulis buku), dan Annastasia Ediati Ph.D (dosen Undip, psikolog).
“Buku ini sangat sederhana, peristiwanya keseharian. Siapapun bisa bercermin melalui tulisan ini. Tidak hanya guru, orangtua juga bisa bercermin. Pengalaman Bu Evi itu sangat enak dibaca karena tidak menggurui. Dia hanya bercerita kesehariannya dengan murid-muridnya, dengan Bonang dan teman-temannya,” papar Annastasia.
Lanjutnya, dalam psikologi pendidikan diajarkan tentang konsep diri. Bahwa masing-masing pribadi itu berbeda dan tidak bisa disamaratakan. Masing-masing pribadi perlu dipahami satu per satu. “Saya bisa merasakan betapa sukacitanya Bonang dan kawan-kawannya mempunyai guru seperti Bu Evi dan teman-teman guru lainnya. Itu kekayaan yang luar biasa. Itu sebuah moderasi yang bapak ibu guru berikan yang mungkin tidak disadari bahwa betapa mahalnya itu,” tandasnya.
Sementara itu, Romo Mintara menyatakan, “Saya pertama-tama tidak terkesan pada kisahnya!” Semua hadirin pun terbelalak dan mlongo dengan pernyataan itu. Tapi lanjutnya, “Saya itu terkesan pada orangnya. Dalam hal ini saya terkesan pada Bu Evi, juga Bonang dalam buku tersebut. Saya terkesan pada pribadinya yang sabar dan yang bisa mengurusi 34 anak, apalagi ada beberapa anak yang ‘spesial’ khususnya Bonang.”
Masih menurut Romo Mintara, dalam buku itu diceritakan, Bu Evi selalu mengikuti dan mengurusi Bonang, dan meninggalkan 33 anak lainnya. Dan anak-anak lain itu tidak protes ketika ditinggalkan, itu karena Bu Evi menyampaikannya dengan sapaan personal: ‘Anak-anak, minta tolong ya, Bu Evi mau mencari Bonang. Kalian tenang ya sampai Bu Evi kembali ke kelas’. “Tidak semua orang mampu menenangkan 33 anak, jika tidak dengan sapaan personal,” tandas Romo Mintara.
Buku Amare et Servire ini diharapkan dapat menyapa, mengiringi perjalanan panggilan hidup dan tugas perutusan para guru, serta dapat menjadi semacam surat cura personalis untuk para guru. Buku ini tidak berisi teori pendidikan atau panduan administratif, tetapi lebih merupakan sharing pengalaman, refleksi dan pemaknaan menjalani panggilan hidup dan tugas perutusan sebagai guru.
Di akhir acara, di hadapan 70an pendidik dan pemerhati pendidikan yang hadir, Romo Mintara menyerahkan uang sejumlah 6 juta rupiah hasil penjualan buku Amare et Servire di luar royalti. Uang diserahkan kepada Kepala SD Kanisius Girisonta, Maria Paula Arum Septiani Nugroho untuk membantu pengembangan pendidikan.
Acara ini terselenggara atas dukungan berbagai pihak, antara lain PT Adhitama Edukarya dan Canisio Learning Center, Canisio Ngekek Center, Paroki Santa Theresia Bongsari dan Tim Gedung Pastoral Grha Argya, serta Penerbit Obor Jakarta. (BD Elwin J)