Bu Eny menelepon sahabatnya, Bu Rini, untuk mengajaknya berangkat ke gereja Misa hari Minggu. “Bu Rini, ayo berangkat ke gereja, lingkungan kita mendapatkan jatah, lho untuk Misa di gereja paroki” ajak Bu Eny. “Aduh, Bu Eny…, nggak dulu deh, aku takut ketularan Covid kalau ikut
Misa di gereja, kan kerumunan. Aku Misa online saja deh,” jawab Bu Rini.
Bu Rini pasti orang yang sangat peduli dengan kesehatan dan terhadap berbagai kemungkinan penularan Virus Corona ini. Jelas kita pun mesti begitu, dan mendukung program pemerintah untuk menghambat laju Covid-19 ini, termasuk mendukung pemberian vaksinasi. Tetapi, masalahnya, kenapa banyak orang Katolik yang takut tertular Covid saat mengikuti Misa offline di gereja, tetapi mereka ini ternyata tidak takut untuk pergi ke pasar, supermarket, mal, resto, ataupun rumah makan? Belum lagi kegiatan bersepeda (gowes) yang sedang booming pada masa pandemi ini. Mengapa orang-orang tidak takut? Padahal bahaya penularan di tempat-tempat publik seperti itu tetap tinggi, bukan?
Pengurus Gereja Katolik di paroki-paroki yang telah membuka diri bagi Misa offline sebenarnya sudah berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas dan menerapkan protokol kesehatan secara sangat ketat. Paus Fransiskus mengatakan bahwa partisipasi umat beriman dalam Misa online tidak pernah membentuk Gereja dalam arti yang sesungguhnya. Sri Paus berkata, “Misa, doa-doa, dan iman yang didasarkan pada model online memang dapat
meneguhkan umat beriman melalui Komuni rohani, tetapi hal ini bukanlah Gereja. Relasi seseorang dengan Yesus adalah relasi yang mesra, personal, tetapi relasi ini mesti terjadi dalam sebuah komunitas. Kedekatan dengan Kristus tanpa komunitas, tanpa Ekaristi, tanpa umat Allah yang berkumpul bersama, dan tanpa sakramen, adalah berbahaya”. Semakin sedikitnya umat Katolik yang pergi ke gereja untuk Misa offline pada masa pandemi ini tentu memprihatinkan.
Renungan dalam bentuk video dapat dilihat di: