Workshop Paroki St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji Menuju Paroki Hijau

Twitter
WhatsApp
Email

Pada hari Minggu, 18 Mei 2025, Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta menyelenggarakan workshop “Menuju Paroki Hijau”. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyongsong 10 tahun Ensiklik Laudato Si’.

Menurut Bapak E. Bambang Suratmoko selaku Ketua Bidang Pemasyarakatan, acara ini diselenggarakan karena Paroki Kidul Loji memiliki niat yang kuat dan sungguh-sungguh untuk menjadi Paroki Hijau. Hal ini sejalan dengan upaya mendukung program Kota Yogyakarta Berhati Nyaman dan mengatasi keresahan terhadap banyaknya sampah yang tidak terolah. Posisi strategis paroki yang berada di jantung kota dan titik nol Yogyakarta semakin memperkuat komitmen ini. Kegiatan dihadiri oleh 50 peserta anggota Dewan Pastoral Paroki.

Kegiatan dihadiri oleh 50 peserta anggota Dewan Pastoral Paroki.


Tiga Narasumber Utama

  1. Peran KPKC dalam Kehidupan Umat

Narasumber pertama, Agustinus Sumaryoto, Ketua Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) Kevikepan Yogyakarta Timur, memaparkan peran penting aktivitas KPKC. Bapak Sumaryoto menjelaskan bahwa peran KPKC adalah:

  • Menegakkan keadilan bagi umat Katolik yang sering mendapatkan perlakuan tidak adil sebagai minoritas
  • Membangun dan menjaga perdamaian umat Katolik dalam hidup bermasyarakat karena sering mengalami perlakuan intoleransi
  • Membangun sikap kecintaan terhadap sesama ciptaan dan lingkungan hidup yang sedang mengalami degradasi dan ancaman perubahan iklim
  1. Konsep Paroki Hijau

Narasumber kedua, Cyprianus Lilik KP, Ketua Laudato Si Indonesia, memaparkan tentang paroki hijau atau paroki ekologis. Mas Lilik menjelaskan bahwa paroki hijau adalah komunitas Gereja Katolik yang secara aktif menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan ekologi integral dalam kehidupan umat beriman.

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa Gereja tidak hanya menjadi komunitas umat beriman, tetapi juga pelaku konservasi lingkungan, edukasi ekologis, dan aksi sosial demi merawat kehidupan. Budaya perilaku ekologis atau ramah lingkungan harus diajarkan dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari pada umat dan keluarga Katolik sebagai basis kehidupan gereja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dibentuk kelompok-kelompok kecil yang secara rutin berkumpul membahas dan menggelorakan semangat paroki hijau.

10 Aspek Kunci Paroki Hijau:

  1. Membangun kesadaran dan pendidikan ekologis umat
  2. Menanam spiritualitas Laudato Si’ di paroki
  3. Mengembangkan komitmen kuat pekerja pastoral setempat
  4. Membangun kehidupan umat paroki (individu, keluarga, dan komunitas) yang ekologis dan berkelanjutan
  5. Menata lingkungan fisik paroki
  6. Mengelola sumber daya secara berkelanjutan (energi, air, dll.)
  7. Mengembangkan tata kelola paroki yang ramah lingkungan
  8. Melakukan aksi nyata dan advokasi lingkungan
  9. Kolaborasi dengan masyarakat sekitar
  10. Membangun ekosistem paroki yang ekologis dan berkelanjutan
  1. Praktik Nyata: Teknologi Biokatalit

Narasumber ketiga, Bapak Patricius Kianto Atmodjo dari Tim Laudato Si Universitas Atma Jaya Yogyakarta, memberikan contoh praktik nyata yang mudah dan efisien dalam pengelolaan sampah organik. Beliau memperkenalkan teknologi pengolahan sampah organik secara kilat menggunakan konsorsium bakteri yang disebut biokatalit.

Proses Pembuatan Biokatalit:

Tahap pertama, peserta diajarkan cara menumbuhkembangkan bakteri biokatalit menggunakan sampah organik buah-buahan seperti nanas yang diinkubasi selama tiga hari.

Cara Penggunaan:

Sampah organik yang dihasilkan dikumpulkan, lalu disemprot dengan biokatalit. Sampah yang sudah disemprot dicampur dengan tanah dan langsung dapat digunakan sebagai media tanam. Hal ini dimungkinkan karena sampah yang telah disemprot biokatalit akan terurai tanpa menimbulkan panas atau bau, sehingga aman bagi tanaman.

Aplikasi Praktis:

Sampah organik seperti dedaunan di halaman paroki atau bekas bunga hias altar dapat dikumpulkan dan didiamkan selama satu minggu, lalu digiling dan dibungkus untuk dibagikan kepada umat atau masyarakat sekitar sebagai media tanam atau pupuk tanaman.

Menurut dosen Fakultas Teknobiologi UAJY ini, bahkan pembalut (pampers dan softex) yang sering menjadi masalah limbah, jika disemprot biokatalit di bagian atas dan ditimbun dalam tanah akan hancur dalam waktu 1-2 bulan.

Proses Pembuatan Biokatalit


Respons dan Tindak Lanjut

Romo Sukowalyana Pr., Ketua Dewan Pastoral Paroki, menanggapi hal ini dengan antusias dan berkomitmen akan mempraktikkan teknologi biokatalit dalam rumah tangga paroki. Romo Suko juga meminta Dewan Pastoral Paroki untuk segera menindaklanjuti dengan berbagai kegiatan terkait, di antaranya:

  • Membentuk demplot-demplot pengolahan sampah
  • Penanaman tanaman dengan media tanam dari sampah yang telah diolah sebagai percontohan
  • Menjadikan pengelolaan ini sebagai tanggung jawab pengurus lingkungan untuk mengelola dan menyebarluaskan

Penutup dan Komitmen

Menutup acara, Bapak Bambang dan Bapak Totok selaku penanggung jawab acara membagikan biokatalit dan mengajak peserta untuk merumuskan kegiatan paroki hijau yang akan diimplementasikan di Paroki Kidul Loji.

Rencana Implementasi:

  • Memasukkan konsep paroki hijau/Laudato Si dalam visi misi paroki
  • Memetakan ekologi paroki
  • Mencanangkan program nol sampah organik sebagai kebijakan Dewan Pastoral Paroki

Harapannya, Paroki Kidul Loji dapat menjadi Paroki Hijau, paroki Laudato Si’, dan paroki yang “hamemayu hayuning bawono” (memelihara keharmonisan dunia) dalam waktu yang tidak lama.