Dibacakan/diterangkan pada Malam Tirakatan atau Hari Raya Kemerdekaan Indonesia; Rabu – Kamis, 16 – 17 Agustus 2017
“Mengembangkan Semangat Kebangsaan dan Ke-Bhineka Tunggal Ika-an”
Para sahabat muda, anak-anak dan remaja; para Saudari-saudara, Ibu, dan Bapak; serta para Rama, Bruder, Suster, Frater yang terkasih.
Baru saja kita akhiri perhelatan besar Keuskupan Agung Semarang sebagai tuan rumah Asian Youth Day ke-7 (AYD VII) yang berpusat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Seluruh perhatian sejak dua tahun yang lalu dicurahkan oleh Gereja Katolik di Asia untuk mengikuti peristiwa berkumpulnya Orang Muda Katolik Asia. Seperti kita tahu, AYD ke-7 ini mengambil sebagai tema “Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia” (Orang muda Asia yang penuh sukacita menghidupi Injil di Asia yang memiliki aneka budaya).
Sangat kental di telinga kita lagu tematis (Theme Song) “Sukacita Hidupi Injil” yang mewarnai kegiatan AYD ke-7 tersebut:
Sukacita hai kaum muda . . . Sukacita hidupi Injil.
Bersama kita semua satu . . . Sukacita hidupi Injil.
Berbagai macam ragam budaya, bahasa, serta suku bangsa
Bersama kita adalah satu Gereja Katolik Asia
Dengarlah Kristus telah memanggil kita semua kaum muda
Wartakan sukacita Injil warnai seluruh dunia.
Sangat terasa suasana sukacita dan kebersamaan lebih dari 2000 Kaum Muda Katolik se-Asia dalam hidup bersama lintas iman dan budaya sejak live in (tinggal bersama umat) hingga puncak acaranya di Yogyakarta. Sukacita dan kebersamaan ini semakin sempurna karena dukungan Negara melalui kehadiran Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia, beberapa Menteri Kabinet Kerja, Gubernur DIY, Jajaran Pemerintah DIY, dan Pejabat TNI – Polri, dalam Puncak Ekaristi di Lapangan Dirgantara Akademi Angkatan Udara Yogjakarta. Saya mengajak saudari-saudara melanjutkan sukacita itu dengan memaknai kemerdekaan Indonesia ke-72 sebagai syukur kita bersama.
Pada Hari Raya Kemerdekaan Indonesia, bacaan liturgi dipilih secara khusus. Kitab Putra Sirakh (10:1) menegaskan “Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur”. Sedangkan surat pertama Santo Petrus (2:16-17) mengajak kita semua untuk menjadi orang-orang merdeka dengan cara hidup sebagai Hamba Allah yang hidup secara benar dan baik, mengasihi sesama, takut kepada Allah, dan bukan menyelubungi kejahatan. Tuhan Yesus, Sang Guru Sejati, dengan piawai memberikan pengajaran terhadap orang Farisi yang ingin menjebakNya, dengan menyatakan bahwa kita mesti memberikan kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar; dan kepada Allah apa yang wajib kita berikan kepada Allah (Matius 22: 21).
Saudari-saudara, umat Allah Keuskupan Agung Semarang yang saya cintai.
Pada 12-15 Juni 2017 lalu telah diadakan Hari Studi Dewan Karya Pastoral (DKP) KAS di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) dengan tema “Mengembangkan Semangat Kebangsaan dan “Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an”. Dalam kesempatan ini ditunjukkan empat situasi yang perlu kita cermati:
1) Adanya begitu banyak perundang-undangan atau peraturan yang menjauh
dari Pancasila dan UUD 1945;
2) Semakin menguatnya perpecahan dalam masyarakat;
3) Kehidupan demokrasi yang belum melembaga dengan benar; dan
4) Semakin banyaknya kaum intelektual yang berpandangan sempit.
Atas dasar persoalan tersebut, kita umat Katolik KAS, sebagai bagian tak terpisahkan dari warga Indonesia lainnya, menyadari bahwa masalah bangsa ini menjadi bagian hidup kita. Di negeri ini telah bermunculan kelompok anti Pancasila dan kelompok yang mempertebal sentimen SARA; kelompok intoleran (radikalis dan teroris); kelompok yang melecehkan dan memandang sesat demokrasi dan yang ingin menghembuskan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila; kelompok yang membangun terorisme melalui media-sosial dengan menggunakan media-sosial tersebut sebagai senjata untuk membujuk dan menyebarkan nilai-nilai yang menghancurkan semangat kebangsaan. Kita perlu bersikap bijaksana terhadap situasi seperti ini.
Kita menyadari bahwa untuk mengurai aneka persoalan itu tidak cukup hanya dengan mengandalkan seorang Presiden yang baik; beberapa menteri yang baik; serta Gubernur/Bupati/Walikota dan beberapa tokoh negarawan yang baik. Negeri ini membutuhkan warga negara dan personil Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, dan Lembaga Pemerintahan lainnya yang baik. Pemerintahan negara ini tidak cukup diserahkan di atas pundak hanya seorang atau beberapa orang saja. Kita semua dan masing-masing warga negara Indonesia sudah semestinya hadir dan terlibat secara nyata untuk mewujudkan keselamatan bangsa.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dari sekarang dan tidak perlu menunggu waktu lagi karena halnya sudah mendesak, yakni:
1. Melakukan kerjasama nyata untuk upaya menghidupkan dan membudayakan kembali (revitalisasi) nilai-nilai luhur Pancasila, baik di dalam keluarga, lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non formal, dan dalam kehidupan masyarakat.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang inspiratif-positif guna menangkal berbagai aktivitas sentimen SARA. Hal ini dapat kita tempuh melalui pendidikan mengenai kesatuan-dalam-kemajemukan, penguatan aksi-aksi pengembangan yang merengkuh semua orang, toleransi. Di samping itu sangat pentinglah melanjutkan semangat multikultur AYD ke-7 2017 di manapun kita berada.
3. Mendukung upaya positif dan baik dari negara, dengan mendorong sikap tegas dan cepat dari para pimpinan dan lembaga negara dalam menyikapi gerakan intoleran (radikalisme dan terorisme), baik dengan perundangan dan kebijakan yang tepat maupun tindakan tegas terhadap para perusak dan pembelot Pancasila sebagai dasar negara dan ketiga pilar penopang negara kita (NKRI, UUD 1945, Ke-Bhineka Tunggal Ika-an)
4. Memperkuat kembali institusi demokrasi melalui pendidikan pendewasaan sikap dan kehidupan berdemokrasi sebagai pemenuhan hak-hak warga negara/sipil.
5. Membangun kekuatan media-sosial (cyber force) dengan mengelola pastoral digital secara tepat guna menangkal terorisme media-sosial (cyber terrorism), seraya meneguhkan kembali pewartaan akan nilai-nilai kebenaran sejati dan pendidikan kebajikan di tengah masyarakat sipil.
6. Semakin menyadari perlunya peran serta seluruh umat katolik dengan meninggalkan sikap acuh-tak acuh terhadap situasi sekitar. Karena itu kita perlu lebih banyak srawung, yakni dengan meningkatkan tali silaturahmi dan sosialisasi diri di tengah masyarakat. Dengan cara ini diharapkan semakin terbangun dengan baik hubungan antar tetangga dan sahabat berlandaskan semangat persaudaraan penuh toleransi dan belarasa. Dalam kondisi seperti ini akan semakin tumbuhlah kepekaan terhadap berbagai masalah sosial yang ada di sekitar kita.
7. Mengembangkan semangat nasionalis yang inovatif, sehingga sebagai warga negara berpartisipasi terus-menerus dalam upaya melakukan penyadaran dan penguatan semangat kebangsaan dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an.
8. Menumbuhkan kader negarawan Katolik yang baik dengan menanamkan dan mengembangkan semangat kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas, baik di dalam keluarga, lembaga, maupun organisasi, guna mengurai persoalan korupsi yang sudah mengakar dan merusak moral serta ideologi negara.
9. Mendukung upaya pelipatgandaan tokoh-tokoh masyarakat katolik yang handal sebagai sumbangan dan solusi nyata dari Gereja bagi bangsa dan negara.
10. Bersungguh-sungguh dalam upaya mengelola Pastoral Kaum Muda secara berjenjang dan berkelanjutan untuk mendukung upaya mewujudkan jiwa dan kepribadian kita yang 100% Katolik dan 100% Patriot Indonesia.
Saya berharap dalam Bulan Ajaran Sosial Gereja (ASG) dan Bulan Syukur Kemerdekaan Indonesia ini, umat katolik KAS dengan bangga memasang simbol-simbol kekatolikan dan lambang-lambang Negara Indonesia; mengadakan Perayaan Ekaristi Syukur Kemerdekaan Indonesia ke-72; mengadakan upacara bendera dengan bangga; terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. Saya anjurkan mendalami serta mendiskusikan Buku Sarasehan Kebangsaan “Menjadi Warga Indonesia yang Inklusif dan Tranformatif” yang telah dipersiapkan oleh Komisi Kateketik dan Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan KAS. Hal ini dapat dilakukan di dalam kelompok kategorial/paguyuban, Lingkungan/Wilayah, dan Paroki.
Dalam kesempatan yang istimewa ini, saya mengundang seluruh umat katolik KAS untuk mewujudkan iman secara nyata, antara lain, dengan semakin melibatkan diri dalam mewujudkan semangat kebangsaan dan “ke-Bhinneka Tunggal Ika-an”. Hal ini dapat kita tempuh dengan giat srawung di tengah masyarakat. Dengan cara ini kita dapat semakin kenal dekat dan bergaul hangat nan akrab dengan para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan semua anggota masyarakat lain. Jangan sampai kita hanya “nyekukruk” berdiam diri dan bersembunyi di dalam rumah.
Lebih dari itu, mari kita beri perhatian khusus saudari-saudara yang, karena berbagai macam keterbatasannya, membutuhkan perhatian lebih dari kita. Sembari terus mendengungkan sesanti atau motto “mencari dan menyelamatkan” (quaerere et salvum facere), marilah dengan sepenuh hati kita cari dan temukan mereka, agar mereka pun mengalami kemerdekaan sejati karena uluran tangan-tangan kasih kita. Kita bagikan kemerdekaan sejati pada mereka semua.
Dirgahayu kemerdekaan Indonesia yang ke-72, sukacita kita semua.
Pekik salam saya: Aku Penghayat Pancasila !!! Aku Warga Indonesia !!!
Semarang, 9 Agustus 2017
Akhir AYD ke-7 dan AYMM di KAS
Salam, doa, dan Berkah Dalem
† Robertus Rubiyatmoko
Uskup Agung Semarang