Dibacakan/diterangkan pada hari Sabtu-Minggu, 17-18 Januari 2015
“Mensyukuri Kehadiran Tuhan dalam Persaudaraan Sejati
Bersumber dari Sakramen Ekaristi!”
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Tema Pekan Doa Sedunia (PDS) untuk Kesatuan Umat Kristiani, tanggal 18-25 Januari 2015 didasarkan pada Injil Yohanes 4:1-42. Tema dikutip dari kalimat Yesus yang ditujukan kepada perempuan Samaria, “Berilah Aku Minum!” (Yoh 4:7). Bersama seluruh Umat Kristiani seluruh dunia, kita berdoa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Tema dan bahan PDS 2015 dipersiapkan oleh Kerja sama antara Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani (Gereja Kristen Katolik Roma di Vatikan) dan Komisi Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja Sedunia (Gereja Kristen Protestan di Geneva).
“Berilah Aku minum!” Kalimat ini disampaikan Yesus kepada perempuan Samaria yang sedang menimba air di Sumur Yakub. Saat mengatakan kalimat itu, Yesus sedang dalam perjalanan ke Galilea bersama para murid, lelah, haus dan berada di tempat asing di daerah Samaria. Kita semua tahu, orang Yahudi dan orang Samaria tidak saling bergaul. Hubungan mereka tidak harmonis, bahkan, cenderung diwarnai oleh kebencian dan dendam. Namun Yesus membongkar suasana kebekuan relasi dengan memulai menyapa perempuan yang akan menimba dengan cara meminta air untuk minum. Pada awalnya tidak mudah, namun selanjutnya kita membaca dalam Injil Yohanes, Yesus yang semula meminta air justru menawarkan air kehidupan yang membuat perempuan Samaria itu diubah hidupnya. Ia bahkan menerima Yesus dan mengimani-Nya sebagai Mesias. Bukan hanya itu, perempuan Samaria itu mewartakan pengalaman iman perjumpaannya dengan Yesus – Sang Mesias kepada orang-orang se kota yang kemudian menjadi percaya kepada-Nya. Bahkan ditegaskan oleh penginjil Yohanes bahwa “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yoh. 4:42).
Terdapat pengalaman rohani yang diawali dari perjumpaan sehari-hari dengan keperluan dasar yaitu minum. Perjumpaan Yesus Kristus dengan perempuan Samaria itu memberi inspirasi perjumpaan budaya dan agama. Kelompok-kelompok yang saling bertikai bisa berdamai, yang bermusuhan berjabat tangan, yang saling curiga menjadi saling percaya. Prasyarat untuk perubahan itu jelas. Pertama, perjumpaan dengan Yesus Kristus. Kedua, perjumpaan itu membuat kita – laksana perempuan Samaria – meninggalkan “tempayan” masing-masing karena telah menemukan rahmat yang jauh lebih besar, yakni sosok pribadi Yesus Kristus, Sang Penebus.
Dalam teks Yohanes bab 4, Yesus adalah orang asing yang datang, singgah dalam perjalanan, lelah dan haus. Dia membutuhkan bantuan dan meminta air. Wanita Samaria itu ada di negerinya sendiri; memiliki ember untuk menimba air dan paham dengan situasi sekitar. Tetapi perempuan ini ternyata juga haus. Yesus dan Perempuan Samaria bertemu dan bercakap-cakap. Perjumpaan ini membawa nilai yang mendalam. Yesus tidak serta merta menjadi orang Samaria karena minum dari air yang diberikan oleh wanita Samaria. Orang Samaria tetaplah sebagai orang Samaria meski perjumpaannya dengan Yesus. Percakapan dan perjumpaan yang mengubah sikap hidup untuk menjadi “penyembah-penyembah benar yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:23). Ketika kita menyadari bahwa kita memiliki kebutuhan timbal balik, saling melengkapi dan ada keterbukaan hati, maka hidup kita diperkaya satu sama lain. Ungkapan “Berilah Aku minum!” mengandaikan bahwa baik Yesus dan orang Samaria meminta apa yang mereka butuhkan satu sama lain. Ungkapan “Berilah Aku minum!” mendorong kita untuk mengakui bahwa kita sebagai warga masyarakat, budaya, agama dan etnis saling membutuhkan.
Peristiwa perjumpaan Yesus yang haus dengan perempuan Samaria membawa kita pada peristiwa saat Yesus disalibkan. Penginjil Yohanes menulis, pada saat tergantung di kayu salib, Yesus berkata, “Aku haus!” (Yoh. 19:28). Dan dari lambung Yesus yang telah wafat dan kemudian ditikam, mengalir darah dan air (Yoh. 19:34) yang melambangkan Sakramen-Sakramen dan menjadi sumber kehidupan bagi kita. Bersumber dari Sakramen-Sakramen itu, terutama Sakramen Ekaristi, kita dipanggil dan diutus mewartakan Kristus di tengah kehidupan bersama yang ditandai perbedaan, keberagaman dan berbagai macam tantangan dan kesulitan.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Pada tahun 2015 ini, kita mensyukuri bahwa Arah Dasar KAS 2011-2015 mencapai puncaknya, dengan syukur, evaluasi dan refleksi atas kasih Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Kita syukuri Kongres Ekaristi Keuskupan yang pertama dan kedua di Keuskupan Agung Semarang, sebab dari sana kita diingatkan bahwa Yesus Kristus sebagai sumber berkat atas lima roti dan dua ikan, untuk selalu tinggal dalam Kristus dan berbuah. Kita syukuri pula bahwa Keuskupan Agung Semarang telah menyelenggarakan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman yang pertama tingkat Keuskupan yang melibatkan banyak pihak dari agama-agama dan kepercayaan lain. Kita syukuri keterlibatan Kaum awam perwakilan dari paroki maupun komunitas atau paguyuban, tidak sedikit biarawan-biarawati, pertapa, dan anggota Institut Sekulir yang terlibat dalam Kongres Ekaristi Keuskupan maupun Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman. Tentu, ini menjadi bagian dari Sukacita Injil yang membuat kita beriman Cerdas, Tangguh dan Misioner.
Kita bersama bersyukur karena boleh mengenal dan mengimani Yesus Kristus yang menawarkan air kehidupan kepada kita, di samping bahwa Yesus Kristus sendiri tak pernah berhenti haus untuk menyelamatkan semakin banyak orang. Melalui Kongres Ekaristi Keuskupan dan Kongres Persaudaraan Sejati Lintas Iman, kita dipanggil untuk memusatkan hidup kepada Yesus Kristus kemudian mewartakan Yesus Kristus sebagai Juruselamat bagi semua orang. Itulah alasan kita merajut persaudaraan sejati lintas iman, baik dengan Umat Kristen lainnya melalui gerakan dialog dan kerja sama ekumenis, maupun dengan Umat non-Kristen, yakni penganut agama Islam, Hindu, Budha, Konghucu serta aliran Kepercayaan yang ada di sekitar kita.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
Pada tahun 2015 ini, kita mensyukuri “Indahnya mengikuti Yesus Kristus dengan melaksanakan Ardas KAS 2011-2015 pada Tahun Hidup Bhakti”. Bersumber dari Sakramen Ekaristi dan Adorasi Ekaristi yang berbuah dalam terwujudnya persaudaraan sejati lintas iman; ungkapan syukur, evaluasi dan refleksi kita tempatkan. Kita telah dan terus mengupayakan pelbagai bentuk perwujudan kepedulian kepada masyarakat dalam pelbagai gerakan, aneka usaha dan cara hidup demi kelestarian keutuhan ciptaan, maupun pemberdayaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel serta perhatian bagi mereka yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba.
Seperti Samuel yang dipanggil Tuhan dan bersedia mematuhi kehendakNya (1Sam 3:3b-10,19 bacaan I), kita pun dipanggil untuk mewartakan Kristus di tengah keberagaman. Dengan seluruh jiwa raga kita, kita bersyukur dan memuliakan Allah kita dengan hidup pantas (1Kor 6:13c-15a,17-20; bacaan II). Semoga perjumpaan kita dengan Yesus Kristus melalui Sakramen Ekaristi membuat iman kita kian teguh kepada Yesus Sang Anak Domba Allah yang mengajak kita -seperti murid-murid pertama- untuk selalu tinggal bersama-sama dengan Dia (Yoh 1:35-42,).
Semarang, 25 Desember 2014, Pada Hari Raya Natal
Salam, doa dan Berkah Dalem,
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang