Kedu, Ngablak- Belum lama ini Gereja yang ada di tengah perkebunan di wilayah Merapi Sari itu, dikukuhkan menjadi Paroki oleh Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko. Tepatnya pada Minggu, 1 Desember 2024 kemarin.

Masih dalam momen syukur atas wajah baru Paroki Santo Petrus dan Paulus Ngablak, berikut adalah sekelumit cerita bagaimana bisa terbangun jalinan kasih antarumat Katolik di wilayah yang jamak diisi oleh kegiatan perkebunan itu.

Pada mulanya Ngablak adalah stasi dari Paroki Santo Ignatius Magelang. Adapun kegiatan ibadah umat Katolik dilakukan di rumah pribadi milik  AE Saiman, hunian itu lantas sering disebut sebagai Kapel. Seiring waktu, di kisaran tahun 1961 bersamaan dengan pembangunan SMP Pertanian Pendowo di Ngablak. Ibadah umat Katolik di daerah tersebut menggunakan gedung sekolah.

Sejalan dengan pemekaran Paroki Santa Maria Fatima Magelang di tahun 1971, Ngablak termasuk sebagai stasinya, bersama dengan Stasi Grabag, Stasi Secang, Stasi Kaponan, Stasi Pakis, juga Stasi Petung.

Menginjak tahun 1980, dimulailah pembangunan gedung gereja. Adapun proses pembangunan gereja memakan waktu sekitar 1 tahun lamanya. Tepat pada 29 Juni 1981 Kardinal Julius Darmaatmadja meresmikan gedung Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus.

Tampak depan Gereja Santo Petrus dan Paulus Ngablak/Komsos Paroki Ngablak/Ina/Adit/Andriyan.
Tampak depan Gereja Santo Petrus dan Paulus Ngablak/Komsos Paroki Ngablak/Ina/Adit/Andriyan.

Kuasi Paroki di Sabuk Merbabu

Jika kita sedang melakukan perjalanan menggunakan kendaraan dari Magelang menuju Salatiga. Bangunan Gereja Santo Petrus dan Paulus di Ngablak seperti menarik perhatian, utamanya bagi umat Katolik di daerah Kedu.

Berdiri di tengah perkebunan milik warga bangunan tersebut seolah menjadi magnet yang menarik untuk membuka diskusi dalam perjalanan. Rupanya rasa itu juga yang melahirkan gagasan Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko untuk mengajak umat Katolik di Ngablak lebih serius menghadirkan kegiatan pastoral di Sabuk Merbabu tersebut.

Ide itu lantas diserahkan kepada Vikep Kedu untuk menggelar pertemuan intensif antarwilayah, guna penataan kawasan wilayah Petung, Pakis, Kaponan, Ngablak, dan Getasan.

Tahun 2019 di bulan Juni, berdasarkan Surat Keputusan Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang nomor \ 0938/B/I/b-81/19 wilayah Ngablak diputuskan menjadi Kuasi Paroki. Peresmiannya dilakukan oleh  Uskup Keuskupan Agung Semarang  Mgr. Robertus Rubiyatmoko pada 12 Agustus di tahun yang sama.

Selangkah Lagi Menjadi Paroki

Dalam masa awal penentuan sebagai Kuasi Paroki, Pastor Paroki bersama dengan anggota Dewan Pastoral Harian melakukan kunjungan sebagai langkah awal untuk saling mengenal.

Pada proses tersebut juga digelar Misa di Gereja Induk di Minggu kelima. Saat dinamika tersebut tengah berjalan datanglah pandemic Covid-19 di tahun 2020 yang memaksa kegiatan Gereja harus dibatasi demi kesehatan.

Menginjak tahun 2023 upaya untuk pengubahan status menjadi Paroki masih teguh dipegang oleh umat Katolik yang semakin bertambah jumlahnya. Gayung bersambut, Dewan Pastoral Harian meneruskan harapan tersebut kepada Mgr. Ruby.

Doa baik yang membuat kebahagiaan umat Katolik di Ngablak akhirnya terwujud di tahun 2024. Tepatnya saat momen Misa Penerimaan Sakramen Krisma, umat Kuasi Paroki Santo Petrus dan Paulus Ngablak menyanggupi perubahan status menjadi Paroki.

 

Penulis: Antonius Eko Nugroho

Fotografer dan Tim Visual: Adventus Aditya Pratama, Fabianus Andriyan Arya Wijanarko

Maria Dwika Furina Pratiwi

Editor: Masukanulis