Bongsari – Credo atau Aku Percaya bukanlah sebatas doa, melainkan ungkapan pernyataan iman umat Kristiani. Demikian disampaikan oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang Romo F.X. Sugiyana, Pr. dalam acara penyegaran iman yang bertajuk ‘Aku Percaya: Bawa Energi Positif dalam Hidupku Sehari-hari‘ di Grha Argya Paroki Santa Theresia Bongsari, Semarang, Minggu (23/3/25).

Dikatakan pula, bahwa doa yang diajarkan oleh para rasul ini diucapkan oleh seseorang sebelum menerima Sakramen Baptis sebagai sarana untuk mengungkapkan imannya pada Kristus. Kata ‘aku’ pun digunakan dalam doa ini untuk menunjukkan bahwa iman Katolik harus dirasakan atau diimani oleh setiap pribadi.
Beliau pun menjabarkan tiga hal penting bagi umat Katolik yang mempelajari Credo. Pertama, dari sudut pandang dogmatis atau pengajaran iman, Credo merupakan ringkasan ajaran iman yang diwariskan oleh para rasul yang dijadikan simbol iman dan dasar kesatuan umat beriman. Dari situ kemudian dapat membantu umat untuk memahami dan menghidupi iman dalam kehidupan modern.

“Kedua, dari segi hukum, Credo merupakan bagian dari liturgi resmi yang dinyatakan dalam Sakramen Baptis sebagai bentuk pernyataan iman. Doa ini juga menjadi persyaratan untuk menerima 6 Sakramen lain dan wajib dipegang dan dinyatakan secara utuh oleh umat Katolik. Dan ketiga, dari pastoral, Credo penting untuk dipelajari agar umat terbantu untuk dapat memahami identitas dan panggilan mereka sebagai orang beriman melalui evangelisasi dan katekese sehingga dengan pemahaman yang baik, umat dapat lebih siap untuk mewartakan Sabda Kristus di tengah masyarakat,” papar Romo Sugiyana di hadapan 230 peserta.
Pada kesempatan itu, ditekankan pula tentang tantangan praktik hidup beriman masa kini. Menurutnya, sekularisme menjadi tantangan terbesar yang dihadapi oleh masyarakat di masa kini, dan disusul gaya hidup konsumtif yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan seseorang meninggalkan iman Katoliknya.
“Selain itu, tidak terjawabnya pertanyaan iman seseorang oleh iman Katolik. Penyebab lain adalah macetnya katekese di gereja menyebabkan beberapa orang tak lagi dapat mengimani Kristus. Maka dari itu dengan menguatkan pemahaman akan doa Aku Percaya diharapkan umat dapat lebih mudah untuk mengontrol diri dalam menghadapi berbagai tantangan iman saat ini,” tandasnya.
Selain membahas mengenai fungsi penting dari doa Aku Percaya, Romo Sugiyana juga menjabarkan doa ini menjadi beberapa penggalan kalimat. Seperti ‘Aku percaya akan Allah Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi’, ‘Dan akan Yesus Kristus PutraNya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus dilahirkan oleh perawan Maria yang menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus’, dan sebagainya.

Kegiatan penyegaran iman ini diselenggarakan menjelang Pekan Suci oleh Dewan Pengurus Harian (DPH) Paroki Bongsari bagi para pengurus dan petugas liturgi. Namun demikian, peserta tidak eksklusif hanya untuk pengurus dan petugas liturgi Paroki Bongsari saja. “Sebaliknya juga terbuka untuk seluruh umat Katolik di Kota Semarang. Hal ini sebagai salah satu perwujudan program Formatio Iman Berjenjang Berkelanjutan (FIBB),” ucap Pastor Paroki Romo Eduardus Didik Chahyono, SJ. (BD Elwin)