Lampersari – Sebanyak 55 aktivis kemasyarakatan dari Paroki Mater Dei Lampersari Semarang mengikuti retret di Lembah Kemenangan Solafide, Ungaran, Sabtu-Minggu (22-23/3/25). Mereka terdiri dari pengurus RT, RW, LPMK, ASN, TNI, Polri, dan anggota ormas. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Tim Pelayanan Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) ini menghadirkan tiga narasumber: Romo FX Endra Wijayanto, FX Triyas Hadi Prihantoro, dan Lilik Rizzki Siswanto.
Dalam kesempatan sambutan, Ketua Bidang Sosial Kemasyarakatan Paroki Mater Dei Lampersari, Irwan Nugroho, menegaskan pentingnya peran aktivis kemasyarakatan paroki dalam menunjukkan wajah Kristus di tengah masyarakat, terutama kepada mereka yang lemah, kecil, miskin, tersingkir, dan difabel.

Narasumber Triyas dalam sesi pembuka menekankan bahwa kehidupan seorang aktivis kemasyarakatan hendaknya selalu berlandaskan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme. Yaitu nilai-nilai Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, patriotisme, gotong royong, rela berkorban dan tanpa pamrih. “Kita perlu belajar dan meneladani para pejuang Katolik seperti sosok Romo Mangun yang secara nyata mengabdikan dirinya bagi pembangunan masyarakat. Oleh karenanya, beliau kini diusulkan oleh Gereja Katolik menjadi pahlawan nasional,” tandas pendidik dan penulis ini.

Sementara itu Lilik sebagai motivator membantu peserta untuk mengoptimalkan potensi diri dalam pelayanan. Ia membuka pikiran peserta dengan konsep trias permainan kehidupan, yaitu mindset, feelset, dan actset untuk mengoptimalkan potensi diri. “Yang menjadi refleksi kita bersama adalah bahwa segudang kegiatan pelayanan kita sebagai seorang aktivis baik di paroki atau lingkungan masyarakat itu percuma saja, jika kita belum memiliki kualitas hidup yang benar, apalagi sampai menelantarkan keluarga. Maka, keseimbangan dalam pelayanan menjadi penting,” ucap founder Brankas Ide.

Esok harinya, Lilik mempertajam penjelasan tentang konsep trias kehidupan: mindset, feelset, dan actset dengan berbagai permainan dalam sesi outbound. Ia menekankan konsep trias itu harus dapat berjalan dengan baik agar di setiap pelayanan kita selalu merasa ikhlas dan dapat bekerjasama dengan orang lain dalam mewujudkan kasih Allah di tengah masyarakat.
Kegiatan retret ini dipuncaki dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Pastor Paroki Mater Dei, Romo Endra yang sekaligus juga sebagai Ketua UPPKA-KAS (Unit Pengembangan Pastoral Kemasyarakatan dan Advokasi Keuskupan Agung Semarang). Romo Endra memberikan peneguhan dengan Ajaran Sosial Gereja. Para aktivis kemasyarakatan adalah pewarta kabar baik, yakni Kerajaan Allah. Maka diperlukan kemampuan yang cukup untuk melihat isu-isu dengan data, merenungkan dan mencari solusi dengan bijak, serta melihat konsekuensi atas apa yang terjadi sesudahnya. “Gereja Katolik memiliki pilihan utama dalam partisipasi politik, yakni politik damai, politik lingkungan, dan politik yang membela keadilan,” tandasnya. (BD Elwin)