Disebutkan dalam Ecclesiae Sanctae nomor 14, sebagai implementasi dari Christus Dominus dan Presbytetorum Ordinis, dimunculkan istilah Vicaris Episcopalis. Ada lima butir penting tentang Vikaris Episkopalis yaitu:

1. Kevikepan adalah lembaga yang didirikan Uskup dalam melaksanakan reksa pastoral tertentu dalam sebuah keuskupan. Lembaga ini dipimpin oleh Vicaris Episcopalis (Wakil Uskup) yang kemudian disebut Vikep. Vikep ini diangkat dan diberhentikan oleh Uskup.
2. Seorang Vikep mempunyai wewenang yang mirip dengan Vikaris Jendral. Bedanya terletak pada: Vikjen menangani masalah pastoral di seluruh keuskupan, sedangkan Vikep menangani masalah-masalah pastoral tertentu di kevikepan masing-masing.
3. Loyalitas dan ketaatan kepada Uskup dituntut dari seorang Vikep. Dan, dalam menjalankan fungsinya hendaknya seorang Vikep banyak berkonsultasi dengan Vikaris Jendral (Vikjen).
4. Oleh karena Vikjen dan Vikep tergabung dalam satu tim, maka permohonan yang ditolak oleh salah satu Vikep tidak dapat dikabulkan juga oleh Vikjen atau Vikep lain dalam satu keuskupan kecuali melalui ijin Uskup.
5. Seorang Vikep diangkat dan diberi tugas tertentu oleh Uskup. Maka seorang Vikep bisa berpindah-pindah tempat dan tugas sesuai dengan kehendak Uskup. Jika terjadi side vacante (tahta kosong) keuskupan, secara otomatis kevikepan juga kosong. Namun demikian administrator diosesan keuskupan dapat mengangkatnya sebagai delegatus administrator di kevikepan.

Merujuk pada motu proprio tersebut, pada tanggal 7 Oktober 1966 Justinus Kardinal Darmajuwana mendirikan 3 Kevikepan yaitu: Surakarta, Kedu, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui Surat Keputusan no. 788/A/1/66, beliau mengangkat Rm. Alexander Djajasiswaja sebagai Vikep Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berikut ini adalah data yang dihimpun dari arsip Keuskupan Agung Semarang tentang para pastor yang pernah mendapatkan tugas reksa pastoral sebagai Vikaris Episkopalis DIY: