Paroki Macanan – Masih dalam rangkaian lustrum pertama, Paroki Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan menyelenggarakan Pembelajaran Devosi Hati Kudus Yesus pada hari Minggu, 13 Juli 2025 dengan menghadirkan narasumber Romo Fransiskus Purwanto, SCJ. Acara berlangsung pukul 10.00 – 14.00 WIB dan dihadiri lebih dari 200 peserta.
Pembelajaran ini bertujuan agar umat paroki semakin memiliki pengertian yang mendalam serta terus bertekun dalam berdevosi kepada Hati Tuhan Yesus Yang Mahakudus, sehingga terwujud berziarah pada Hati Yesus Yang Mahakudus dalam pengharapan.

Dalam sambutannya, Romo Paroki, Romo Agustinus Tejo Kusumantono mengatakan, “Saya kenal dengan dengan Romo Purwanto ketika Keuskupan Agung Semarang mencanangkan pastoral berbasis data. Salah satu paroki yang menjadi uji coba adalah paroki di mana saya pernah berkarya di situ. Makanya saya berkali-kali bertemu dengan Romo Purwanto. Gerakannya cepat dan cerdas, sehingga pastoral berbasis data itu cepat dikemas dan diujicobakan. Sekarang ini Romo Purwanto akan cepat dan cerdas untuk mendampingi kita.”
Sebagai keterangan singkat, Romo Fransiskus Purwanto, SCJ lahir pada 17 September 1968. Ditahbiskan menjadi seorang imam SCJ pada 14 Oktober 1998. Menempuh studi S1 Teologi, Universitas Sanata Dharma (1995). Melanjutkan S2 di Université Catholique de Louvain-La-Neuve, Belgia (1998) dan S3 di Université Catholique de Louvain-La-Neuve, Belgia (2006). Sekarang mengajar Dogmatik dan Pastoral di fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.

Dalam pengantar awalnya, Romo Purwanto menjelaskan tentang arti devosi. Secara umum devosi diartikan sebagai kecintaan dan loyalitas seseorang yang luar biasa, tindakan untuk mengkhususkan diri kepada sesuatu atau seseorang, perhatian yang istimewa terhadap sesuatu atau seseorang dan devosi juga berarti suatu sikap batin atau praktik rohani tertentu/tindak kesalehan.
Sebenarnya dapat dibedakan antara kultus (suatu praktik berdoa), Devosi dan Spiritualitas. Kultus adalah tindakan berdoa kepada Tuhan baik dalam konteks liturgi resmi maupun bukan. Devosi (Latin: Devotio, Inggris: Devout) berarti adanya suatu ikatan secara mendalam dengan seseorang atau sesuatu. Spiritualitas adalah sebuah keterpesonaan, yang dinyatakan dalam hidup akan aspek tertentu seseorang, sehingga kita menghidupi diri seturut aspek tertentu atau hidup seseorang. Dengan penjelasan ini dapat dijelaskan bahwa ada kemungkinan bahwa seseorang berdoa, namun tanpa merasa adanya ikatan mendalam, sehingga dia baru dalam tahap melaksanakan kultus, belum berdevosi.
“Berbicara tentang devosi, berarti bicara tentang kehidupan. Prinsipnya, devosi adalah sebuah tindakan yang bebas. Devosi lebih menyentuh ke perasaan. Jadi, devosi itu berkaitan dengan perasaan. Litani Hati Kudus Yesus, jika didaraskan berkali-kali, menjadi sebuah mantra. Anak-anak sejak kecil harus diajari doa litani. Karena kelak jika mereka dewasa menghadapi dunia digital yang serba cepat dan tingkat stress yang sangat tinggi, doa litani itu akan muncul dengan sendirinya, menjadi energi tersendiri, “tutur Romo Purwanto.
“Sebelum mengenal devosi Hati Kudus, kita lebih dulu mengenal memule kepada leluhur. Saya lebih suka memule kepada leluhur. Karena dalam memule, yang pertama ada relasi. Yang kedua, dengan selamatan kita mendoakan. Dan yang ketiga, kalau kita memule, berarti ada memori yang dihidupi. Leluhur yang sudah meninggal itu mendoakan kita. Itu sebabnya kita punya tradisi nyadran.”
“Mereka para leluhur ini mendoakan kita. Itulah ajaran dalam gereja yang tertulis ‘Aku percaya akan persekutuan para kudus’. Maka kita perlu mengulangi, mengulangi, dan mengulangi litani seperti Yesus kasihanilah kami, Yesus Yang Maha Kudus kasihanilah kami, Hati Yesus yang penuh kerahiman kasihanilah kami. Ini bila diulang-ulang terus akan menjadi energi.”
Acara pembelajaran devosi Hati Kudus Yesus ditutup dengan sesi foto bersama.

Clementine Roesiani (Komsos Macanan)