Tujuan
Umat mampu mencari dan mengevaluasi, sejauh mana daya ubah (transformatif) iman mereka bagi diri dan masyarakat di sekitarnya.
Pra Wacana Pertemuan
Zona nyaman atau situasi kemapanan merupakan situasi yang selalu didambakan setiap orang, seperti ketika kita tidur pulas yang nyaman menyegarkan badan. Situasi nyaman ini dapat membuat kita menjadi terlena dan membawa kita pada sikap enggan untuk berubah, tidak mau bergerak dan meningkatkan diri kepada situasi yang lebih baik lagi. Sebagai orang katolik, apakah kita juga sudah nyaman dengan iman kita? Merasa cukup pengetahuan dan kedalaman iman kita?
Gereja sebagai komunitas orang beriman senantiasa membarui diri agar selalu tanggap terhadap perubahan zaman, sehingga selalu relevan bagi setiap orang di segala zaman. Iman akan Kristus hendaknya selalu berkembang dan berkualitas baik ke dalam (ad intra) maupun ke luar (ad extra) karena kita menyadari diri iman yang kita hayati ini dihadapkan pada era teknologi informasi yang mengubah cara pikir dan cara mengungkapkan diri bagi orang-orang zaman sekarang.
Mari kita keluar dari zona nyaman egosentrisme, bangur dari tidur dan keluar dari segala kungkungan “keterlenaan” diri untuk semakin mengembangkan iman dengan mengapresiasi (mencari dan mengevaluasi) diri dan komunitas kita agar semakin berdaya ubah (transformatif) bagi diri pribadi dan masyarakat di sekitar kita.
Langkah Proses Pertemuan
A. Pembuka
1. Nyanyian Pembuka
Pemandu dapat mengajak peserta membuka dengan lagu-lagu yang memberikan semangat terbuka bagi masyarakat sekitarnya.
2. Doa Pembuka
Doa ini hanya salah satu alternatif, pemandu dapat menyesuaikannya dengan situasi umat.
Bapa Maharahim, Allah segala penghiburan, dalam Masa Adven tahun ini, di samping kami menyambut momen penting Perayaan 80 Tahun Keuskupan Agung Semarang (KAS), Refleksi Rencana Induk (RIKAS) dalam Roadmap I (2016-2020), kami juga diajak menyemai peringatan 100 tahun diterbitkannya Surat Apostolik Maximum Illud. Segala gerak yang telah kami jalin dan bangun, semoga memberikan semangat untuk membangun iman yang berdaya ubah. Ajarilah kami, untuk semakin mampu menyadari dan menemukan nilai, karya, dan semangat yang telah kami kembangkan dalam paguyuban, terutama dalam keterlibatan iman yang memasyarakat. Doa ini kami panjatkan, dalam Tuhan kami Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan bertahta bersama Engkau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
3. Penyalaan lilin Korona
Setelah doa pembuka, pemandu mengajak umat untuk melanjutkan dengan Penyalaan Lilin Korona Adven yang pertama.
P: Tuhan, terangilah umat-Mu dengan cahaya kasih-Mu.
U: Agar kami semua dapat menjadi cahaya bagi sesama.
P: Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami, para hamba-Mu yang merindukan Putera-Mu, cahaya kehidupan sejati. Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini akan kehadiran Putera-Mu yang menjadi penerang bagi hidup kami. Bagaikan nyala lilin yang semakin terang, demikianlah kami mohon agar hidup kami semakin diterangi oleh kehadiran Kristus. Semoga kami semua mampu menjadi pribadi-pribadi yang guyub-rukun serta memiliki daya ubah untuk menyalakan sukacita bagi sesama dalam kesaksian hidup kami setiap hari. Demi Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, sepanjang segala masa.
U: Amin
4. Pengantar Pertemuan
Pemandu dapat mengantar pertemuan dengan memberikan beberapa catatan sebagai berikut:
Bapak dan Ibu yang terkasih, dalam Pertemuan Sarasehan Adven pertama ini, kita akan diajak mencari dan mengevaluasi, sejauh mana iman kita memberikan daya ubah (transformatif) bagi diri kita sendiri dan masyarakat di sekitar kita. Kita berkumpul bersama, untuk menyadari sejauh mana kita masih terkungkung dengan egosentrisme iman dan keterlenaan diri selama ini. Bisakah kita melalui moment Adven ini menjadi komunitas dan diri yang berdaya ubah bagi orang lain. Perubahan itu sangat penting bagi kita, terutama kita di tahun 2020 merayakan 80 Tahun Keuskupan kita, Refleksi bersama tentang Rencana Induk (RIKAS) dalam Roadmap I (2016-2020) dan Tahun Misi peringatan 100 tahun diterbitkannya Surat Apostolik Maximum Illud.
Maka, marilah dengan semangat Advent ini, kita bangun dari tidur, bangun dari keterlenaan kita untuk bersedia bangkit menjadi Orang Katolik yang transforamtif bagi kita sendiri dan masyarakat sekitar.
B. Inspirasi
1. Mengapresiasi diri dan Lingkungan
Pemandu dapat mengawali refleksi untuk mencari dan mengevaluasi diri sejauh mana diri dan lingkungan mempunyai daya ubah (transformatif) iman.
Paus Fransiskus memberi pesan untuk Kongres Nasional tentang Misi yang diselenggarakan oleh KKM-KWI melalui Uskup Mgr. A. M. Sutrisnaatmaka MSF,
“Jangan pernah lupa, kita selalu berjalan ke depan. Jadilah Ragi yang baik dalam kehidupan sosial. Dalam Kitab Suci dikatakan, kita bukan orang-orang yang berjalan ke belakang. Kita semua orang-orang yang berjalan ke depan. Jika seorang berjalan ke belakang, ia bukanlah seorang Kristiani. Kristiani berarti mengarahkan ke depan. Itu artinya diutus. Dengan demikian kita tetap semangat, selalu menatap ke depan dengan penuh harapan. Roh Kudus mendorong kita untuk maju. Ada dua hal yang harus menjadi rantai penghubung bagi kita semua sebagai orang Kristiani. Bagaimana kita menghidupi baptisan, dalam kehidupan pribadi, juga dalam masyarakat sosial, dan membawa pesan Yesus itu kepada orang lain di sekitar kita. ”
Pesan itu, dalam masa Adven kita yang pertama ini menjadi sangat relevan. Kita diajak “Bangun dari Tidur kita, Bangun dari keterlenaan kita” untuk bersedia bangkit menjadi Orang Katolik yang transforamtif bagi kita sendiri dan masyarakat sekitar kita.
No | Pernyataan dan Refleksi | Penilaian komunitas* | ||
Aktif | Biasa Saja | Kurang | ||
1 | Apakah sejauh ini, lingkungan aktif dalam kegiatan baik internal Menggereja maupun Sosial Kemasyarakatan | |||
2 | Apakah sejauh ini, lingkungan aktif dalam kegiatan internal mengembangkan iman yang cerdas dan tangguh dalam rupa dan cara apapun | |||
3 | Apakah sejauh ini, lingkungan aktif dalam menggiatkan dan membantu perkembangan rasa saling memiliki, rasa guyub dan rasa kebersamaan (handarbeni) | |||
4 | Apakah sejauh ini, lingkungan aktif dalam kegiatan membantu orang yang membutuhkan bantuan material, baik warga lingkungan maupun masyarakat umum sekitar. | |||
5 | Apakah sejauh ini, lingkungan aktif dalam kegiatan menjaga rasa kebangsaan, rasa persaudaraan, dan toleransi dengan masyarakat sekitar. | |||
6 | Apakah sejauh ini, lingkungan aktif dalam kegiatan sosial pemberdayaan, baik ekonomi atau budaya yang berdampak bagi masyarakat umum sekitar. |
Maka, marilah kita evaluasi diri dan komunitas kita:
Penilaian komunitas* Pemandu dapat mengajak umat mengevaluasi sejauh mana lingkungan mempunyai daya ubah (transformatif) iman.Penilaian ini, dapat diberi tanda centang (V) pada kolom yang dimaksud. Pemandu diharapkan dapat merekap hasilnya lalu dimasukkan dalam Scan QR Code berikut ini, untuk masukan ke Keuskupan.
Untuk memperkaya pertemuan, hasil rekap juga dapat dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Aktif, mempunyai skor 6
b. Biasa saja, mempunyai skor 3
c. Kurang, mempunyai skor 0
Maka jika dijumlahkan, skor tertinggi yaitu 36, rentangnya dapat sebagai berikut:
- Skor 30 – 36, lingkungan menampakkan tanda-tanda BERDAYA
- Skor 18 – 29, lingkungan menampakkan tanda-tanda BIASA SAJA
- Skor 0 – 17, lingkungan menampakkan tanda-tanda LEMAH, KURANG BERSEMANGAT.
2. Pendalaman Bersama
Pemandu dapat mengajak umat mengevaluasi sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penilaian lingkungan Anda? Bagaimanakah tanggapan Anda Bagikanlah pendapat Anda !
b. Apa saja bentuk peran serta Anda dalam memperkembangkan lingkungan Anda ?
C. Refleksi Kateketis dan Simpul Pertemuan
Pemandu dapat mengajak umat memperkaya dan meneguhkan refleksi pengalaman, hidup dengan melihat kembali Renungan bacaan masa Adven Pertama.
1. Kutipan Kitab Suci
Pemandu mengajak umat menyimak bacaan Kitab Suci Roma 13: 11-14a
Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya. Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus
2. Renungan dan Simpul
Pendamping dapat menyampaikan point-point reflektif untuk memperkaya/ melengkapi pertemuan.
- Bacaan Roma 13: 11-14a mengajak untuk mewujudkan dan menghidupi semangat baru dalam hidup kita. Sebuah semangat untuk memiliki daya ubah demi kemajuan diri dan komunitas di sekitar kita. Tentu, semua itu harus dimulai dengan “bangun dari segala keterkungkungan diri.”
- Bagaimana kalau kita memang tertidur selama ini. Kita menjadi biasa saja, hanya sekedar begitu-begitu saja. Dalam arti ini, kita seperti yang diungkapkan Paulus, hanya “mengenakan pakaian yang biasa dan tertidur.”
- Seorang penulis Lauren Winner, mengatakan bahwa secara diam-diam pakaian yang kita kenakan dapat mengungkapkan jati diri kita kepada orang lain. Apa yang kita kenakan dapat saja menunjukkan “semangat dan daya juang kita.” Pikirkanlah jika baju, seragam, atau celana yang kita kenakan untuk menyambut kedatangan Sang Raja Penyelamat, hanya biasa saja. Maka, Paulus mengajak untuk mengenakan baju “terang” dan “saatnya bangun dari tidur”
- Hal itulah yang diingatkan oleh Paulus kepada jemaat di Roma. Paulus mengatakanbahwa jemaat harus bangun dari tidur, “hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur”.
- Pertumbuhan suatu komunitas atau lingkungan, sebenarnya tidak tergantung pada seberapa banyak sosok-sosok dominan yang ada dalam lingkungan tersebut. Namun kesediaan untuk belajar bersama, `Gereja yang belajar’ (ecclesia discens) itulah yang membuat suatu lingkungan itu bertumbuh dan berdaya ubah.
- Hidupnya sebuah lingkungan akan ditandai dengan adanya “semangat” untuk selalu membarui diri yang didukung dengan adanya “kegiatan” yang selalu dilakukan sehingga menumbuhkan sebuah “gerakan” bersama sebagai perjuwudan iman. Tantangan beratnya, mampukah kita bangun dari tidur, bangun dari kemapanan demi pertumbuhan komunitas yang tidak hanya mendorong arah pertumbuhannya saja, namun menjadi wujud Gereja yang senantiasa berbenah. Meskipun perubahan itu begitu lambat dan pelan, Gereja senantiasa memiliki daya ubah yang dengannya semakin menjadi berkat untuk semua.
- Panggilan kita sebagai umat di lingkungan-lingkungan merupakan panggilan yang khas (ex vocatione propria). Saatnya, mulai mengembangkan hidup menggereja yang berdialog dengan segala keprihatinan dunia dan masyarakat dewasa ini. Iman yang senantiasa terlibat untuk semakin menghadirkan sakramen keselamatan di tengah-tengah dunia dan keprihatinannya.
D. Penegasan Bersama dan Penutup
Pemandu mengajak pribadi, keluarga atau lingkungan untuk membuat niat dan aksi-aksi nyata yang bisa dilaksanakan secara konkret oleh pribadi atau lingkungan!
1. Pengendapan
Pemandu mengajak umat membuat pengendapan dengan hening sejenak dalam batin selama kurang lebih 5-10 menit. .
Ajakan untuk meresapkan secara batin pribadi:
Daya ubah macam apa yang akan kita lakukan dalam hidup di tengah lingkungan kita dan masyarakat?
Ajakan untuk berdoa:
Berdoalah agar Roh Kudus membantu kita dalam masa Adven ini, bangun dari keterlenaan diri kita. Kita harus bangun untuk menjadi Gereja yang senantiasa hadir di masyarakat. Berdoalah agar rahmat perutusan yang berdaya ubah terwujud dalam kehidupan kita.
Kita satukan dalam doa yang diajarkan Kristus sendiri yakni doa “Bapa Kami”.
2. Doa Penutup
Bapa Mahkarya, kami bersyukur karena hari ini Engkau telah membawa kami bangun menjadi orang katolik yang berani hadir dan berdampak di tengah masyarakat. Terima kasih Bapa, Engkau telah membarui hidup kami dengan Roh Kudus-Mu sendiri melalui panggilan keselamatan yang telah kami terima. Semoga untuk hari-hari mendatang kami semakin berani membangun dan mewujudkan peradaban kasih di tengah masyarakat. Doa ini kami panjatkan, dalam Tuhan kami Yesus Kristus, Putra-Mu, yang hidup dan bertahta bersama Engkau dalam persekutuan dengan Roh Kudus, sekarang dan sepanjang segala masa. Amin.
3. Nyanyian Penutup
Pemandu dapat mengajak peserta menutup pertemuan dengan lagu-lagu yang memberikan semangat terbuka bagi masyarakat sekitarnya.